Bab 16. Diam-diam Perhatian

Sebulan sudah Viona menikah. Walaupun pernikahannya masih juga dingin, tapi Dirga memberikan nafkah lahir padanya.

Pria itu memang masih jutek padanya, tapi soal uang nafkah dikirimkannya melalui rekening yang diberikan.

("Aku sudah mentransfer uang bulanan. Kau bisa menggunakan uangmu dengan baik. Belilah apa yang kau butuhkan.")

Tiba-tiba sebuah chat masuk di WhatsAppnya. Bahkan dia tak memiliki nomernya, mungkin Sania yang sudah memberikan nomernya pada Dirga.

Dengan hati yang berbunga-bunga, Viona langsung memberikan balasan padanya. ("Terimakasih banyak. Tapi apakah aku boleh keluar sebentar untuk berbelanja? Sabun mandiku habis. Bahkan aku tidak punya pembalut. Nanti kalau aku lagi bulanan gimana? Masa iya aku minta sama Sania?")

Dengan percaya dirinya, Viona mengetikkan sesuatu yang tidak seharusnya diketahui oleh suaminya. Tapi berhubung dia sedang merasakan kebahagiaan karena mendapatkan uang, ia tak peduli kalaupun harus malu diejek oleh Dirgantara.

Dirgantara membacanya dengan tertawa terpingkal-pingkal. Cukup lucu juga Viona dengan polosnya gadis itu menjelaskan bahwa dirinya butuh sebuah pembalut untuk persediaan di saat ia sedang datang bulan.

Dengan suasana yang cerah, Ia pun membalasnya. "Memangnya buat apa kau membeli pembalut? Bukannya kau sudah  terbiasa menggunakan kain lab?"

Viona kesal karena sudah diejek. Bisa-bisanya pria itu mengejeknya telah menggunakan kain lab di saat ia sedang datang bulan. Ada-ada saja!

Tapi walaupun kesal, Viona tak ingin berdebat dengan suaminya. Dengan Dirgantara mengizinkannya untuk berbelanja di luar, dia sudah sangat senang.

("Terserah anda mau bilang apa Tuan! Orang miskin seperti saya bukan cuma kain lab yang digunakan, bahkan serabut kelapa akan saya gunakan kalau saya membutuhkannya. Jadi gimana? Apakah anda mengizinkan saya buat keluar sebentar? Saya janji tidak akan pulang terlambat.")

("Tidak boleh! Aku tidak akan mengizinkanmu keluar rumah tanpa adanya pengawasan dari adikku. Jangan mentang-mentang karena aku sudah memberimu uang kau bisa bebas seenak jidatmu sendiri. Lebih baik uang itu gunakan sebagai tabungan, nggak usah keluar atau berkhayal ingin bebas dariku! Aku sedang sibuk! Jangan lagi menggangguku!")

Seketika WhatsApp Dirgantara centang satu. Pria itu langsung menonaktifkan ponselnya.

Viona hanya geleng-geleng kepala, begitu keras kepalanya pria itu hingga tidak memberikan sedikit ruang untuknya bernapas.

'Terus aku kalau butuh sesuatu gimana? Tidak mungkin juga aku nitip sama Sania. Apalagi minta bantuan Sania untuk membelikan kebutuhanku. Benar-benar menyebalkan Dirgantara! Sampai kapan pria itu akan tetap seperti itu? Apakah selamanya dia tidak bisa berubah? Kalau dia tidak bisa berubah terus aku bagaimana? Apakah sampai rambutku memutih aku akan tetap seperti ini? Sungguh miris nasibku.'

Di saat Viona kalut dengan pikirannya yang tak kunjung membuatnya tenang, tiba-tiba saja dia mendapatkan notif di handphonenya. Kali ini bukan Dirgantara, tapi orang lain yang belum tersimpan di kontak telepon.

Viona mengerutkan keningnya menatap nomor yang tidak diketahui namanya, bahkan profilnya juga tidak jelas, hanya bertuliskan huruf  F.

Untuk mengurangi rasa penasaran dengan notif tersebut, Viona langsung membukanya dan membacanya perlahan.

("Selamat siang Nona Viona. Ini saya dokter Farhat. Maaf sudah mengganggu waktunya.")

'dokter Farhat ngapain dia chat nomerku? Siapa yang udah ngasih nomorku pada dokter Farhat? Perasaan aku tidak memberinya nomorku? Atau jangan-jangan dirgantara yang sudah memberikan nomorku padanya? Atau mungkin Sania?'

Viona bertanya-tanya pada dirinya sendiri dan tidak merasa memberikan nomor handphonenya pada siapapun kecuali Sania.

Di sini bukan hanya Dirgantara saja yang mengetahui nomor handphonenya, tapi dokter Farhat juga mengetahuinya. Siapa yang sudah lancang memberikan nomornya pada orang lain? Tapi yang jelas ini cukup mengganggunya.

Tak ingin dianggap tidak punya sopan santun dia pun langsung membalas chat dari dokter Farhat.

("Selamat siang juga Dokter Farhat. Dokter Farhat ada apa menghubungi saya? Kalau boleh tahu Dokter Farhat mendapatkan nomor saya dari siapa ya? Seingat saya, saya tidak pernah memberikan nomor saya pada siapapun, tapi kok dokter Farhat mengetahui nomor saya?")

Viona mencoba untuk bersikap sopan agar tidak menyinggung perasaan orang lain karena biar bagaimanapun juga, Farhat adalah seorang dokter pribadi keluarga suaminya.

("Saya hanya menanyakan bagaimana kondisi kamu sekarang? Apakah kamu masih sakit?")

Dokter Farhat tidak menunjukkan tanda-tanda mencurigakan. Viona pun menanggapinya dengan baik.

("Alhamdulillah kondisi saya sudah lebih baik. Saya masih mengkonsumsi obat seperti yang dianjurkan oleh dokter. Terima kasih atas bantuannya ya, dokter?")

Hampir setiap hari Viona memang mengonsumsi obat yang diberikan oleh dokter Farhat. Walaupun tidak terdeteksi ada penyakit yang membahayakannya, setidaknya dia berjaga-jaga dengan mengonsumsi vitamin dan obat untuk mencegah terjadinya mimisan.

("Syukurlah kalau kamu sudah sehat. Jangan lupa diminum obatnya. kamu nggak perlu sungkan sama saya. Oh ya nona Viona, alangkah lebih baiknya jika anda jangan memanggil saya dengan sebutan dokter. Panggil saja dengan nama, biar lebih akrab. Saya masih seumuran dengan Dirgantara. Kalau soal nomor anda, saya mendapatkan dari siapa, itu tidaklah penting. Saya bisa mendapatkan nomor anda dengan begitu mudah tanpa harus bertanya pada siapapun.")

Berulang kali Viona membaca pesan yang ditulis oleh dokter Farhat.

Bisa-bisanya seorang dokter tidak ingin dipanggil dokter dan malah ingin dipanggil nama. Sangatlah tidak sopan jika ia harus memanggilnya dengan sebutan nama saja. Biar bagaimanapun juga dokter Farhat umurnya jauh lebih tua dibandingkan dirinya.

("Maaf dokter, bukannya saya menolak untuk memanggil dokter dengan sebutan nama, tapi rasanya sangatlah tidak sopan. Apalagi dokter memiliki kedudukan yang tinggi, sedangkan saya ...., saya hanya manusia biasa, tidak memiliki kedudukan apa-apa.")

("Saya tidak pernah menilai seseorang dari kedudukannya nona, tapi dari sifat dan tulusnya. Tolong save nomor saya ya? Jika ada waktu senggang, saya akan menghubungi anda kembali. Jangan lupa, mulai hari ini anda harus membiasakan diri anda memanggil saya dengan sebutan lain, mau panggil nama, mau panggil mas, atau apapun, saya mau. Selamat beristirahat, jangan lupa makan.")

Setelah itu tak ada lagi percakapan. Viona memutuskan untuk tidak membalas chat terakhir dari dokter Farhat.

Ia hanya merasa aneh dengan gelagat dokter Farhat. Entah dokter muda itu punya niatan apa, yang jelas ia tak ingin memikirkannya.

"Dasar dokter edan! Baru kali ini ada dokter tak suka dipanggil dokter. Apa maunya? Sudah tau aku ini istri dari sahabatnya? Bisa-bisanya dia mempedulikanku. Bodoamat lah, yang penting aku tak menanggapinya.

Saat mengesave nomer dokter Farhat, tiba-tiba saja Sania datang nyelonong masuk ke dalam kamarnya. Sontak ia terkejut dan melemparkan handphonenya ke atas bantal.

"Kak Vi! Kamu kenapa terkejut begitu? Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?"

Sania memicingkan matanya menatap kecurigaan pada Viona yang tiba-tiba melemparkan handphonenya.

Kira-kira ada apa dengan dokter Farhat?🤔 Bisa-bisanya seorang dokter menolak untuk dipanggil dokter? Benar-benar menguji kesabaran Viona. Sabar ya Vi, mungkin dokter Farhat mau kasih BPJS kesehatan biar kamu kalau ke rumah sakit kagak dipungut biaya 😁😁🤭

Terpopuler

Comments

4U2C

4U2C

hei hei dirga jaga mulut ya,,aku sewaktu-waktu dahulu juga pernah pakai kain lap dirga,,kerana masalah ekonomi,,jadi beli yang untuk anak-anak saja pembabalut tuh kira gampang🤣🤣🤣🤣🤣

2024-08-10

2

kaylla salsabella

kaylla salsabella

lanjut thor semangat berkarya thor 🥰🥰🥰

2024-08-10

1

ardiana dili

ardiana dili

lanjut

2024-08-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sebagai Jaminan
2 Bab 2. Dipaksa Menikah
3 Bab 3. Sah Menjadi Istri
4 Bab 4. Pria Jorok
5 Bab 5. Kecewa
6 Bab 6. Dituduh Maling
7 Bab 7. KDRT
8 Bab 8. Jangan Menggali Kuburanmu Sendiri
9 Bab 9. Rubah Betina
10 Bab 10. Viona Pingsan
11 Bab 11. Berbohong
12 Bab 12. Ceraikan Saya!
13 Bab 13. Sebegitu Bencikah Dia?
14 Bab 14. Keganjengan
15 Bab 15. Tersudutkan
16 Bab 16. Diam-diam Perhatian
17 Bab 17. Gengsi Gede-gedean
18 Bab 18. Gengsi Kok Dipelihara
19 Bab 19. Seperti Pungguk Merindukan Rembulan
20 Bab 20. Masih Perawan
21 Bab 21. Bertepuk Sebelah Tangan
22 Bab 22. Ada Apa Dengan Dokter Farhat?
23 Bab 23. Ipar yang Kompak
24 Bab 24. Puasin Saya
25 Bab 25. Ada Apa Dengan Viona?
26 Bab 26. Positif Hamil
27 Bab 27. Aku Tidak Ingin Berpisah Dengan Bayiku
28 Bab 28. Di Mana Hati Nuranimu?
29 Bab 29. Atau Kau Cemburu?
30 Bab 30. Menanti Kehadiran Si Kecil
31 Bab 31. Morning Sick
32 Bab 32. Orang Tua Kejam
33 Bab 33. Sebatas Kuli Bangunan
34 Bab 34. Aku Bukan Majikanmu!
35 Bab 35. Baperan
36 Bab 36. Tamu Tak Diundang
37 Bab 37. Baku Hantam
38 Bab 38. Bertemu Kakek Di Pemakaman
39 Bab 39. Dirga Jatuh Sakit
40 Bab 40. Dilema
41 Bab 41. Insecure
42 Bab 42. Jengkel
43 Bab 43. Udang Dibalik Batu
44 Bab 44. Siapa Perempuan Itu?
45 Bab 45. Mantan Adalah Maut
46 Bab 46. Sebatas Badut
47 Bab 47. Pergi
48 Bab 48. Kehidupan Baru Viona
49 Bab 49. Bertemu Kembali
50 Bab 50. Jangan Egois
51 Bab 51. Kau Masih Istriku
52 Bab 52. Pengakuan
53 Bab 53. Merasa Digantung
54 Bab 54. Terpaksa Bertemu
55 Bab 55. Jangan Pernah Pegang Angel
56 Bab 56. Dermaga
57 Bab 57
58 Bab 58. Jangan Egois
59 Bab 59. Pergi ke Pesta
60 Bab 60. Kau Harus Bertanggungjawab!
61 Bab 61. Izinkan Aku Untuk Memilikimu Kembali
62 Bab 62. Apa Tujuan Dia Mendekatiku?
63 Bab 63. Kau Ingin Menjualku?
64 Bab 64. Bimbang
65 Bab 65. Kecewa Berat
66 Bab 66. Menyingkirlah Dari Kehidupanku
67 Bab 67. Bertengkar di Mall
68 Bab 68. Perawan Tua
69 Bab 69. Akhir Bahagia
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Bab 1. Sebagai Jaminan
2
Bab 2. Dipaksa Menikah
3
Bab 3. Sah Menjadi Istri
4
Bab 4. Pria Jorok
5
Bab 5. Kecewa
6
Bab 6. Dituduh Maling
7
Bab 7. KDRT
8
Bab 8. Jangan Menggali Kuburanmu Sendiri
9
Bab 9. Rubah Betina
10
Bab 10. Viona Pingsan
11
Bab 11. Berbohong
12
Bab 12. Ceraikan Saya!
13
Bab 13. Sebegitu Bencikah Dia?
14
Bab 14. Keganjengan
15
Bab 15. Tersudutkan
16
Bab 16. Diam-diam Perhatian
17
Bab 17. Gengsi Gede-gedean
18
Bab 18. Gengsi Kok Dipelihara
19
Bab 19. Seperti Pungguk Merindukan Rembulan
20
Bab 20. Masih Perawan
21
Bab 21. Bertepuk Sebelah Tangan
22
Bab 22. Ada Apa Dengan Dokter Farhat?
23
Bab 23. Ipar yang Kompak
24
Bab 24. Puasin Saya
25
Bab 25. Ada Apa Dengan Viona?
26
Bab 26. Positif Hamil
27
Bab 27. Aku Tidak Ingin Berpisah Dengan Bayiku
28
Bab 28. Di Mana Hati Nuranimu?
29
Bab 29. Atau Kau Cemburu?
30
Bab 30. Menanti Kehadiran Si Kecil
31
Bab 31. Morning Sick
32
Bab 32. Orang Tua Kejam
33
Bab 33. Sebatas Kuli Bangunan
34
Bab 34. Aku Bukan Majikanmu!
35
Bab 35. Baperan
36
Bab 36. Tamu Tak Diundang
37
Bab 37. Baku Hantam
38
Bab 38. Bertemu Kakek Di Pemakaman
39
Bab 39. Dirga Jatuh Sakit
40
Bab 40. Dilema
41
Bab 41. Insecure
42
Bab 42. Jengkel
43
Bab 43. Udang Dibalik Batu
44
Bab 44. Siapa Perempuan Itu?
45
Bab 45. Mantan Adalah Maut
46
Bab 46. Sebatas Badut
47
Bab 47. Pergi
48
Bab 48. Kehidupan Baru Viona
49
Bab 49. Bertemu Kembali
50
Bab 50. Jangan Egois
51
Bab 51. Kau Masih Istriku
52
Bab 52. Pengakuan
53
Bab 53. Merasa Digantung
54
Bab 54. Terpaksa Bertemu
55
Bab 55. Jangan Pernah Pegang Angel
56
Bab 56. Dermaga
57
Bab 57
58
Bab 58. Jangan Egois
59
Bab 59. Pergi ke Pesta
60
Bab 60. Kau Harus Bertanggungjawab!
61
Bab 61. Izinkan Aku Untuk Memilikimu Kembali
62
Bab 62. Apa Tujuan Dia Mendekatiku?
63
Bab 63. Kau Ingin Menjualku?
64
Bab 64. Bimbang
65
Bab 65. Kecewa Berat
66
Bab 66. Menyingkirlah Dari Kehidupanku
67
Bab 67. Bertengkar di Mall
68
Bab 68. Perawan Tua
69
Bab 69. Akhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!