Bab 11. Berbohong

"Dokter, bagaimana kondisi kakak saya?" tanya Sania.

Sania sangat mengkhawatirkan kondisi Viona yang tiba-tiba pingsan mengeluarkan darah dari hidung.

Sebagai anggota baru, Viona mendapatkan masalah dari kakaknya dan mendapatkan KDRT yang membuatnya jatuh sakit dan kini kondisinya begitu buruk.

Sania hanya takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada Viona, tentunya akan tentunya akan menimbulkan masalah besar dari keluarga Viona.

"Untuk saat ini kondisinya sangatlah lemah. Nanti kalau dia sudah sadar sebaiknya lakukan cek di laboratorium. Tapi ngomong-ngomong kenapa wajahnya lebam-lebam begitu? Aku juga melihat di tangannya membiru. Apakah dia mengalami kekerasan di rumah ini?" tanya Dokter Farhat yang tak lain adalah dokter pribadi keluarganya.

Sania menoleh pada Dirgantara yang berdiri dengan bersedekap dada di ambang pintu.

Dirgantara masih juga cuek dan seakan-akan tak peduli dengan kondisi Viona saat ini.

Sania juga bingung memberikan penjelasan pada dokter. Jika ia bilang Viona tengah mengalami kekerasan dalam rumah tangga tentunya dokter akan melaporkan kejadian tersebut pada pihak berwajib tentunya akan menyeret Dirgantara ke dalam bui.

"Tadi dia terpeleset dan terjatuh di kamar mandi hingga mukanya membentur lantai," sahut Dirgantara.

Sania melongok mendengar penjelasan dari kakaknya. Tak disangka Dirgantara ternyata pandai berbohong, dan seolah-olah tidak terjadi kekerasan di rumahnya, padahal jelas-jelas pria itu adalah pelaku kekerasan yang sesungguhnya.

Sania menatap kasihan pada Viona yang terkapar lemas di ranjang dia bahkan masih memejamkan mata mungkin dia merasa sakit hati dan malas untuk berbaur dengan siapapun.

Sebagai seorang perempuan, Ia bisa merasakan bagaimana pedihnya jika diperlakukan dengan sangat buruk oleh seseorang yang menjadi pasangannya. Pria yang seharusnya menjadi pelindungnya malah menjadikannya sebagai musuh.

"Tapi dia nggak apa-apa kan dok nggak ada sesuatu hal yang menakutkan gitu?" tanya Sania.

"Makanya saya meminta pada kalian untuk mengeceknya di laboratorium.Dengan begitu kalian akan mengetahui keadaannya, apakah dia hanya kecapean atau ada penyakit lain yang membahayakan kesehatannya. Kalau prediksi dari saya, saya tafsirkan hanya kecapean, soalnya saya tak banyak mengetahui rasa sakit yang dideritanya. Tapi kalau boleh tau dia ini siapa kalian? Apa saudara atau ...,"

Sania mengarahkan telunjuknya ke arah Dirgantara yang masih diam dengan raut wajah datar.

Pria tak berperasaan, walaupun ada hal yang mengkhawatirkan, dia terlihat biasa saja. Mungkin memang tujuannya ingin membuat Viona mati ditangannya.

"Dia istrinya Abang," jawab Sania.

Refleks Farhat terkejut. Pria keturunan Jerman yang sudah dikenalnya sejak sepuluh tahun yang lalu itu tak mengetahui kalau Dirgantara sudah menikah. Bahkan Dirgantara tak pernah bercerita kalau dirinya sudah bukan lagi perjaka, melainkan sudah berumah tangga.

Padahal Farhat dan Dirgantara sering bertemu di luar dan menghabiskan waktu bersama, tapi tak sekalipun pria egois itu pernah bercerita mengenai perempuan yang spesial di hatinya.

"Ini serius kamu sudah menikah? Kok kamu nggak pernah bilang-bilang sama aku kalau sudah beristri? Sejak kapan kamu menikah? Kamu punya istri secantik ini dan tidak pernah cerita pada kawanmu ini? Keterlaluan! Bahkan di hari bahagiamu kau tidak mau berbagi denganku? Teman macam apa kau ini!"

Farhat mengolok-ngolok dirgantara yang sudah melupakannya sebagai teman.

Padahal di antara mereka sering bilang, siapapun yang menikah duluan maka dia harus memberikan traktiran satu minggu penuh untuk berpesta menikmati minum-minuman bersama.

Untuk mengalihkan pembicaraan temannya, Dirgantara nyelonong keluar dari kamar tamu. Dia tak ingin Viona terganggu oleh celotehan teman-temannya yang berstatus sebagai dokter umum.

"Hei! Kenapa kau pergi? Kau belum menjawab pertanyaanku!"

"Bacot!!"

Farhat mengemasi alat-alat kesehatan yang dibawanya lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar Viona meninggalkan Sania.

Pria itu tak terima saat Dirgantara mengabaikannya dan malah nyelonong pergi.

"Hei Bung!! Bisakah kau berhenti! Kau berjalan sudah seperti kuda. Aku ingin bicara denganmu, tolong hargailah aku!"

Dirgantara menghentikan langkahnya tepat di atas anak tangga dan menoleh ke belakang menatap teman dokternya itu berjalan terburu-buru mengejarnya.

Farhat hanya merasa penasaran saja dengan sikap Dirgantara yang kini mulai tertutup dan tidak mau bercerita mengenai pribadinya.

"Apakah aku ada salah sama kamu, sampai kamu menghindariku seperti ini? Aku rasa pertanyaanku tidak terlalu sulit untuk dijawab. Apakah salah kalau aku ingin mengetahui banyak hal mengenai pribadimu? Maksudnya tentang pernikahan dengan Nona Viona?"

Dengan melayangkan  tatapan kesal, Dirgantara pun menjawabnya. "Apakah aku harus selalu membuat laporan setiap hari mengenai kegiatanku? Dan apakah aku juga harus bercerita padamu, jika aku melakukan hubungan intim dengan istriku? Tidak semua bisa aku katakan, Farhat! Aku juga punya privasi yang tidak harus diketahui oleh orang lain. Kalau aku tidak memberitahumu mengenai pernikahanku, berarti pernikahanku itu privasi yang tak semua orang harus mengetahuinya. Jangan berlebihan."

Farhat mematung. Dirgantara menekan setiap kata yang diucapkan. Dia hanya tak suka ada orang terlalu kepo dengan kehidupannya.

Pernikahan yang tidak dilandasi oleh rasa suka, bukanlah hal yang harus dibanggakan dan dipertontonkan pada semua orang. Bahkan keluarga besarnya saja tak pernah mengetahui dirinya sudah menikah.

"Sorry. Aku tadi terbawa emosi. Jujur aku kecewa banget sama kamu, tapi ucapanmu ada benarnya. Tidak semua masalah kita, harus diketahui  oleh banyak orang, tapi kan masalahnya ini pernikahanmu. Pernikahan itu sakral loh, jangan bilang kau menikah tanpa sepengetahuan dari keluargamu juga?"

Bicara mengenai keluarga, Dirga tersenyum getir. Semenjak Ayah dan Ibunya meninggal, tak satupun dari keluarganya ada yang mempedulikannya. Dia hanya hidup berdua saja bersama adik perempuannya. Bahkan nenek ataupun kakeknya tak pernah sekalipun datang untuk menjenguknya.

Karena merasa diabaikan dan tidak dianggap keberadaannya, ia putuskan untuk hidup mandiri tanpa harus bergantung pada siapapun. Ia jalani apa yang diwariskan oleh orang tuanya, dan mengembangkan bisnisnya tanpa campur tangan keluarganya.

"Keluarga mana yang kamu maksud? Papa dan mamaku sudah meninggal. Aku hanya tinggal bersama adikku saja. Aku tidak punya keluarga yang lain. Kalau memang aku punya keluarga, tentu saja aku tidak diasingkan seperti ini, bukan? Bukan sendiri dua hari kau mengenaliku, tapi kita sudah mengenal lebih dari sepuluh tahun, dan kau banyak mengetahui seluk beluk pribadiku. Jadi jangan tanyakan keluarga padaku, karena di sini aku tidak punya keluarga selain adikku."

Farhat menepuk bahunya dengan mengulas senyuman tipis. Dia bisa merasakan apa yang telah dirasakan oleh Dirgantara.

Dirgantara banyak berubah menjadi egois dan takkan mempedulikan orang lain karena dia sendiri tidak pernah dipedulikan oleh orang lain. Sebagai sahabat yang baik, dia sudah seharusnya menjadi penghibur untuk mengurangi kesepiannya.

"Aku paham dengan sikapmu. Sorry, aku benar-benar minta maaf karena terlalu ikut campur urusan pribadimu. Aku harap kau tidak marah karena ulahmu. Kalau pernikahan ini sudah menjadi keputusanmu, maka kau juga harus bisa menjaganya dengan baik, karena sesuatu yang sudah kau ambil, itu akan menjadi tanggung jawabmu."

Uluh ... Uluh ...! Gemes banget sama Dirgantara. Tapi tau sendiri kan? Dia berubah jutek karena apa? Jangan terlalu menyalahkannya, dimaklumi saja gimana rasanya diabaikan 🥺😭

Terpopuler

Comments

ardiana dili

ardiana dili

semangat kak

2024-08-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sebagai Jaminan
2 Bab 2. Dipaksa Menikah
3 Bab 3. Sah Menjadi Istri
4 Bab 4. Pria Jorok
5 Bab 5. Kecewa
6 Bab 6. Dituduh Maling
7 Bab 7. KDRT
8 Bab 8. Jangan Menggali Kuburanmu Sendiri
9 Bab 9. Rubah Betina
10 Bab 10. Viona Pingsan
11 Bab 11. Berbohong
12 Bab 12. Ceraikan Saya!
13 Bab 13. Sebegitu Bencikah Dia?
14 Bab 14. Keganjengan
15 Bab 15. Tersudutkan
16 Bab 16. Diam-diam Perhatian
17 Bab 17. Gengsi Gede-gedean
18 Bab 18. Gengsi Kok Dipelihara
19 Bab 19. Seperti Pungguk Merindukan Rembulan
20 Bab 20. Masih Perawan
21 Bab 21. Bertepuk Sebelah Tangan
22 Bab 22. Ada Apa Dengan Dokter Farhat?
23 Bab 23. Ipar yang Kompak
24 Bab 24. Puasin Saya
25 Bab 25. Ada Apa Dengan Viona?
26 Bab 26. Positif Hamil
27 Bab 27. Aku Tidak Ingin Berpisah Dengan Bayiku
28 Bab 28. Di Mana Hati Nuranimu?
29 Bab 29. Atau Kau Cemburu?
30 Bab 30. Menanti Kehadiran Si Kecil
31 Bab 31. Morning Sick
32 Bab 32. Orang Tua Kejam
33 Bab 33. Sebatas Kuli Bangunan
34 Bab 34. Aku Bukan Majikanmu!
35 Bab 35. Baperan
36 Bab 36. Tamu Tak Diundang
37 Bab 37. Baku Hantam
38 Bab 38. Bertemu Kakek Di Pemakaman
39 Bab 39. Dirga Jatuh Sakit
40 Bab 40. Dilema
41 Bab 41. Insecure
42 Bab 42. Jengkel
43 Bab 43. Udang Dibalik Batu
44 Bab 44. Siapa Perempuan Itu?
45 Bab 45. Mantan Adalah Maut
46 Bab 46. Sebatas Badut
47 Bab 47. Pergi
48 Bab 48. Kehidupan Baru Viona
49 Bab 49. Bertemu Kembali
50 Bab 50. Jangan Egois
51 Bab 51. Kau Masih Istriku
52 Bab 52. Pengakuan
53 Bab 53. Merasa Digantung
54 Bab 54. Terpaksa Bertemu
55 Bab 55. Jangan Pernah Pegang Angel
56 Bab 56. Dermaga
57 Bab 57
58 Bab 58. Jangan Egois
59 Bab 59. Pergi ke Pesta
60 Bab 60. Kau Harus Bertanggungjawab!
61 Bab 61. Izinkan Aku Untuk Memilikimu Kembali
62 Bab 62. Apa Tujuan Dia Mendekatiku?
63 Bab 63. Kau Ingin Menjualku?
64 Bab 64. Bimbang
65 Bab 65. Kecewa Berat
66 Bab 66. Menyingkirlah Dari Kehidupanku
67 Bab 67. Bertengkar di Mall
68 Bab 68. Perawan Tua
69 Bab 69. Akhir Bahagia
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Bab 1. Sebagai Jaminan
2
Bab 2. Dipaksa Menikah
3
Bab 3. Sah Menjadi Istri
4
Bab 4. Pria Jorok
5
Bab 5. Kecewa
6
Bab 6. Dituduh Maling
7
Bab 7. KDRT
8
Bab 8. Jangan Menggali Kuburanmu Sendiri
9
Bab 9. Rubah Betina
10
Bab 10. Viona Pingsan
11
Bab 11. Berbohong
12
Bab 12. Ceraikan Saya!
13
Bab 13. Sebegitu Bencikah Dia?
14
Bab 14. Keganjengan
15
Bab 15. Tersudutkan
16
Bab 16. Diam-diam Perhatian
17
Bab 17. Gengsi Gede-gedean
18
Bab 18. Gengsi Kok Dipelihara
19
Bab 19. Seperti Pungguk Merindukan Rembulan
20
Bab 20. Masih Perawan
21
Bab 21. Bertepuk Sebelah Tangan
22
Bab 22. Ada Apa Dengan Dokter Farhat?
23
Bab 23. Ipar yang Kompak
24
Bab 24. Puasin Saya
25
Bab 25. Ada Apa Dengan Viona?
26
Bab 26. Positif Hamil
27
Bab 27. Aku Tidak Ingin Berpisah Dengan Bayiku
28
Bab 28. Di Mana Hati Nuranimu?
29
Bab 29. Atau Kau Cemburu?
30
Bab 30. Menanti Kehadiran Si Kecil
31
Bab 31. Morning Sick
32
Bab 32. Orang Tua Kejam
33
Bab 33. Sebatas Kuli Bangunan
34
Bab 34. Aku Bukan Majikanmu!
35
Bab 35. Baperan
36
Bab 36. Tamu Tak Diundang
37
Bab 37. Baku Hantam
38
Bab 38. Bertemu Kakek Di Pemakaman
39
Bab 39. Dirga Jatuh Sakit
40
Bab 40. Dilema
41
Bab 41. Insecure
42
Bab 42. Jengkel
43
Bab 43. Udang Dibalik Batu
44
Bab 44. Siapa Perempuan Itu?
45
Bab 45. Mantan Adalah Maut
46
Bab 46. Sebatas Badut
47
Bab 47. Pergi
48
Bab 48. Kehidupan Baru Viona
49
Bab 49. Bertemu Kembali
50
Bab 50. Jangan Egois
51
Bab 51. Kau Masih Istriku
52
Bab 52. Pengakuan
53
Bab 53. Merasa Digantung
54
Bab 54. Terpaksa Bertemu
55
Bab 55. Jangan Pernah Pegang Angel
56
Bab 56. Dermaga
57
Bab 57
58
Bab 58. Jangan Egois
59
Bab 59. Pergi ke Pesta
60
Bab 60. Kau Harus Bertanggungjawab!
61
Bab 61. Izinkan Aku Untuk Memilikimu Kembali
62
Bab 62. Apa Tujuan Dia Mendekatiku?
63
Bab 63. Kau Ingin Menjualku?
64
Bab 64. Bimbang
65
Bab 65. Kecewa Berat
66
Bab 66. Menyingkirlah Dari Kehidupanku
67
Bab 67. Bertengkar di Mall
68
Bab 68. Perawan Tua
69
Bab 69. Akhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!