Bab 12. Ceraikan Saya!

"Kau benar-benar pandai berbohong! Aku tak menyangka kau begitu tega padanya. Memangnya dia punya salah apa sama kamu sampai dia kau Hajar habis-habisan seperti itu. Kalau sampai dia mati bagaimana bang?"

Setelah kepergian dokter Farhat, Sania kembali mengomeli kakaknya. Ia begitu geram dan ingin sekali memberikan tamparan pada kakaknya agar sadar apa yang dilakukannya itu benar-benar sudah salah, dan bahkan bisa membuat orang lain mati karenanya.

Entah bagaimana lagi iya mengingatkannya agar Dirgantara berubah sikap menjadi lebih baik pada Viona. Ia yakin Viona tidak akan dendam dengan apa yang dilakukan suaminya, tapi tentunya gadis itu sangat terpukul karena merasa tidak dianggap kehadirannya.

"Kalau mati ya dikubur, susah amat sih!"

"Astaghfirullah haladzim, Abang! Kau itu benar-benar iblis! Bisa-bisanya kau bicara seperti itu. Kau bahkan tidak sedih sama sekali melihat kondisinya. Aku yakin dia akan mati kalau kau berniat untuk melenyapkannya, dia tak akan membalas, tapi sebagai seorang laki-laki, di mana nalurimu! Seandainya nanti kau punya anak perempuan, dan anakmu diperlakukan seperti itu, apakah kau akan diam saja! Apa kau juga akan membiarkan anakmu mati ditangan suaminya? Jangan karena kau kecewa pada keluarga kita, kau lampiaskan kemurkaanmu pada Kak Viona! Dia tidak tau apa-apa mengenai keluarga kita! Dia hanya korban, Abang! Dia tak akan mau menikah denganmu kalau bukan karena paksaan orang tuanya. Hidupnya begitu menyedihkan! Diusianya yang masih sangat muda sudah dihadapkan dengan pernikahan yang mengerikan seperti ini."

Suara Sania terdengar begitu lantang hingga terdengar di telinga Viona yang mulai membuka mata.

Dengan perlahan Viona terbangun dan memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Dia berusaha untuk bangkit dari tempat tidurnya dan ingin mencari tahu apa yang sudah terjadi di antara kakak beradik itu.

"Apalagi yang mereka perdebatkan? Kenapa mereka selalu berdebat? Apa ini ada hubungannya denganku? Kalau memang aku tidak diinginkan di sini, Aku akan pergi. Lebih baik aku pisah sama dia daripada aku harus hidup menderita seperti ini. Untuk apa bertahan di rumah megah bak istana, tapi hidupku seperti di neraka."

Dengan berjalan gontai, Viona melangkahkan kakinya keluar kamar. Ia ingin tahu masalah apa yang membuat Sania bicara lantang pada Dirgantara.

Viona melihat di lantai dasar, kedua saudara itu berdebat dan mengait-ngaitkan dirinya, tentunya dia yang sebagai orang  baru merasa tak pantas untuk tetap bertahan di rumah itu.

"Benar kan? Mereka berdebat gara-gara aku. Keberadaanku di sini menciptakan malapetaka buat kakak beradik itu. Mereka sudah kehilangan orang tuanya kalau mereka saling menjauh apa jadinya? Lebih baik aku yang mengalah dan pergi dari sini. Lagian aku di sini juga sudah tidak betah, Aku tidak mau hidupku sia-sia demi menuruti keinginan orang tuaku."

***

"Aku minta padaMu Bang! Tolong rawat dia dengan baik. Jangan egois seperti ini. Kamu yang sudah memilihnya untuk kau jadikan istri dan kamu juga yang memintanya untuk tinggal di sini. Kalau kamu sudah mengambil keputusan setidaknya kamu bisa mempertanggungjawabkannya. Jangan seperti pengecut! Dulu aku mengenalmu begitu baik, tapi kenapa sekarang kamu tanya berubah? Kita di sini sudah tidak punya orang tua. Seharusnya di antara kita harus saling support. Aku sayang banget sama Abang, tapi melihat sikap Abang yang semena-mena terhadap Kak Viona, jujur aku sangat jengkel. Aku mohon jangan sakiti dia Bang!"

Sania merengek berharap belas kasihan Dirgantara agar peduli pada Viona.

Sania hanya tidak ingin Dirgantara disalahkan oleh keluarga Viona, karena tidak bisa menjaganya dengan baik. Mereka pastinya menyesal sudah memiliki banyak hutang yang tidak bisa dibayarnya dan mengharuskan Viona dijadikan jaminan. Sania yakin orang tua Viona pasti merasa bersalah dan sedih melihat anaknya yang menderita karena pernikahan paksanya.

Tak menjawab adiknya, Dirgantara melangkahkan kakinya kembali menuju ruang kerjanya. Di depan pintu kamar tamu, ia bertemu dengan Viona. Masih dengan kejutekannya, ia pura-pura tak melihat, walaupun dalam hatinya ingin bertanya mengenai kondisinya saat ini.

"Tuan ..., saya ingin bicara dengan anda. Apakah anda punya waktu sebentar saja?"

Dirgantara dengan angkuhnya menghentikan langkahnya. Dengan tatapan datar ia menatap gadis itu.

"Cepat katakan! Aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu!"

Viona mengangguk. Takut-takut ia mulai bertekad untuk  menjelaskan niatan untuk pergi, dan dia berharap Dirgantara tak keberatan dengan kepergiannya. Mungkin dengan kepergiannya, hubungan Dirgantara dengan Sania kembali membaik.

"Sa-saya ingin pergi. Bisakah anda menceraikan saya? Saya ingin pergi dari sini. Saya tidak ingin mengganggu anda lagi. Soal  hutang orang tua saya, anda bisa klarifikasi kembali dengan Papa saya."

Refleks Dirgantara mendelik. Ia mengepalkan tangannya geram dengan rahangnya mengeras.

Viona begitu lancang meminta cerai darinya. Hutang orang tuanya saja masih menumpuk tidak terbayar, belum tersentuh saja dia sudah ingin mengakhiri hubungan dengannya.

"Apa kau bilang tadi? Kau ingin pergi dari sini? Enak saja kau bicara seperti itu! KALAU KAU INGIN PERGI DARI SINI, KAU HARUS MELUNASI HUTANG ORANG TUAMU! KAU PIKIR AKU AKAN MELEPASKANMU BEGITU SAJA! JANGAN MIMPI! BAHKAN SEUMUR HIDUPMU KAU TIDAK AKAN BISA MEMBAYARNYA! APA KAU TAU! ORANG TUAMU SEKARANG SUDAH MENJADI KERE! TANPA BANTUANKU, ORANG TUAMU SUDAH MENJADI GELANDANGAN!"

Bagai tertampar hati Viona ingin menjerit. Seumur hidupnya ia tak bisa lepas dari jeratan Pria kejam itu. Mungkin setiap hari ia akan menerima siksaan lahir dan batin. Entah apa yang bakalan terjadi jika kelak ia tidak bisa bertahan hidup, mungkin Ayahnya juga akan menjadi sasaran kebengisan Dirgantara.

"Perlu kau ketahui saja, nona! Kau sudah terkontrak seumur hidup bersamaku. Kau tidak punya hak untuk menolak apalagi berkeinginan untuk pergi dariku. Jika kau melanggarnya ... Maka kau akan tau akibatnya. Ini bukan sekedar ancaman. Aku hanya ingin memberikan pengertian padamu. Lebih baik kau ikuti saja yang aku inginkan. Cepat bersiaplah! Hari ini kau harus pergi ke laboratorium untuk periksa. Aku tidak ingin di rumah ini tercemar oleh penyakit yang kau derita."

Viona terkejut, dia memegangi pipinya, saat Dirgantara mengatakan soal penyakit yang dideritanya. Ia tak pernah mengetahui penyakit apa yang dideritanya, bahkan selama ini dia baik-baik saja.

Hanya karena kelelahan dan membuatnya pingsan, Dirgantara sudah mengatakan bahwa dirinya seseorang yang penyakitan.

"Tu ... Tuan! Penyakit apa maksud anda? Saya selama ini baik-baik saja. Saya tidak pernah sakit, Tuan."

Dirgantara memicingkan tatapannya. Kalau bukan karena penyakit, lalu kenapa tiba-tiba saja Viona mengeluarkan darah segar dari hidungnya. Ia hanya khawatir, Viona memiliki riwayat penyakit yang diabaikannya.

"Jangan banyak membantah! Turuti saja keinginanku. Aku hanya ingin memastikan rumahku tidak terserang kuman oleh penyakit yang kau bawa! Cepat bersiaplah!"

Jadi penasaran dengan Viona 🤔 kira-kira dia punya penyakit apa sih? Yuk, ikuti terus kisahnya, jangan lupa tinggalkan jejak vote like dan komen ya??? Thanks you 😍 😍

Terpopuler

Comments

ardiana dili

ardiana dili

lanjut

2024-08-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sebagai Jaminan
2 Bab 2. Dipaksa Menikah
3 Bab 3. Sah Menjadi Istri
4 Bab 4. Pria Jorok
5 Bab 5. Kecewa
6 Bab 6. Dituduh Maling
7 Bab 7. KDRT
8 Bab 8. Jangan Menggali Kuburanmu Sendiri
9 Bab 9. Rubah Betina
10 Bab 10. Viona Pingsan
11 Bab 11. Berbohong
12 Bab 12. Ceraikan Saya!
13 Bab 13. Sebegitu Bencikah Dia?
14 Bab 14. Keganjengan
15 Bab 15. Tersudutkan
16 Bab 16. Diam-diam Perhatian
17 Bab 17. Gengsi Gede-gedean
18 Bab 18. Gengsi Kok Dipelihara
19 Bab 19. Seperti Pungguk Merindukan Rembulan
20 Bab 20. Masih Perawan
21 Bab 21. Bertepuk Sebelah Tangan
22 Bab 22. Ada Apa Dengan Dokter Farhat?
23 Bab 23. Ipar yang Kompak
24 Bab 24. Puasin Saya
25 Bab 25. Ada Apa Dengan Viona?
26 Bab 26. Positif Hamil
27 Bab 27. Aku Tidak Ingin Berpisah Dengan Bayiku
28 Bab 28. Di Mana Hati Nuranimu?
29 Bab 29. Atau Kau Cemburu?
30 Bab 30. Menanti Kehadiran Si Kecil
31 Bab 31. Morning Sick
32 Bab 32. Orang Tua Kejam
33 Bab 33. Sebatas Kuli Bangunan
34 Bab 34. Aku Bukan Majikanmu!
35 Bab 35. Baperan
36 Bab 36. Tamu Tak Diundang
37 Bab 37. Baku Hantam
38 Bab 38. Bertemu Kakek Di Pemakaman
39 Bab 39. Dirga Jatuh Sakit
40 Bab 40. Dilema
41 Bab 41. Insecure
42 Bab 42. Jengkel
43 Bab 43. Udang Dibalik Batu
44 Bab 44. Siapa Perempuan Itu?
45 Bab 45. Mantan Adalah Maut
46 Bab 46. Sebatas Badut
47 Bab 47. Pergi
48 Bab 48. Kehidupan Baru Viona
49 Bab 49. Bertemu Kembali
50 Bab 50. Jangan Egois
51 Bab 51. Kau Masih Istriku
52 Bab 52. Pengakuan
53 Bab 53. Merasa Digantung
54 Bab 54. Terpaksa Bertemu
55 Bab 55. Jangan Pernah Pegang Angel
56 Bab 56. Dermaga
57 Bab 57
58 Bab 58. Jangan Egois
59 Bab 59. Pergi ke Pesta
60 Bab 60. Kau Harus Bertanggungjawab!
61 Bab 61. Izinkan Aku Untuk Memilikimu Kembali
62 Bab 62. Apa Tujuan Dia Mendekatiku?
63 Bab 63. Kau Ingin Menjualku?
64 Bab 64. Bimbang
65 Bab 65. Kecewa Berat
66 Bab 66. Menyingkirlah Dari Kehidupanku
67 Bab 67. Bertengkar di Mall
68 Bab 68. Perawan Tua
69 Bab 69. Akhir Bahagia
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Bab 1. Sebagai Jaminan
2
Bab 2. Dipaksa Menikah
3
Bab 3. Sah Menjadi Istri
4
Bab 4. Pria Jorok
5
Bab 5. Kecewa
6
Bab 6. Dituduh Maling
7
Bab 7. KDRT
8
Bab 8. Jangan Menggali Kuburanmu Sendiri
9
Bab 9. Rubah Betina
10
Bab 10. Viona Pingsan
11
Bab 11. Berbohong
12
Bab 12. Ceraikan Saya!
13
Bab 13. Sebegitu Bencikah Dia?
14
Bab 14. Keganjengan
15
Bab 15. Tersudutkan
16
Bab 16. Diam-diam Perhatian
17
Bab 17. Gengsi Gede-gedean
18
Bab 18. Gengsi Kok Dipelihara
19
Bab 19. Seperti Pungguk Merindukan Rembulan
20
Bab 20. Masih Perawan
21
Bab 21. Bertepuk Sebelah Tangan
22
Bab 22. Ada Apa Dengan Dokter Farhat?
23
Bab 23. Ipar yang Kompak
24
Bab 24. Puasin Saya
25
Bab 25. Ada Apa Dengan Viona?
26
Bab 26. Positif Hamil
27
Bab 27. Aku Tidak Ingin Berpisah Dengan Bayiku
28
Bab 28. Di Mana Hati Nuranimu?
29
Bab 29. Atau Kau Cemburu?
30
Bab 30. Menanti Kehadiran Si Kecil
31
Bab 31. Morning Sick
32
Bab 32. Orang Tua Kejam
33
Bab 33. Sebatas Kuli Bangunan
34
Bab 34. Aku Bukan Majikanmu!
35
Bab 35. Baperan
36
Bab 36. Tamu Tak Diundang
37
Bab 37. Baku Hantam
38
Bab 38. Bertemu Kakek Di Pemakaman
39
Bab 39. Dirga Jatuh Sakit
40
Bab 40. Dilema
41
Bab 41. Insecure
42
Bab 42. Jengkel
43
Bab 43. Udang Dibalik Batu
44
Bab 44. Siapa Perempuan Itu?
45
Bab 45. Mantan Adalah Maut
46
Bab 46. Sebatas Badut
47
Bab 47. Pergi
48
Bab 48. Kehidupan Baru Viona
49
Bab 49. Bertemu Kembali
50
Bab 50. Jangan Egois
51
Bab 51. Kau Masih Istriku
52
Bab 52. Pengakuan
53
Bab 53. Merasa Digantung
54
Bab 54. Terpaksa Bertemu
55
Bab 55. Jangan Pernah Pegang Angel
56
Bab 56. Dermaga
57
Bab 57
58
Bab 58. Jangan Egois
59
Bab 59. Pergi ke Pesta
60
Bab 60. Kau Harus Bertanggungjawab!
61
Bab 61. Izinkan Aku Untuk Memilikimu Kembali
62
Bab 62. Apa Tujuan Dia Mendekatiku?
63
Bab 63. Kau Ingin Menjualku?
64
Bab 64. Bimbang
65
Bab 65. Kecewa Berat
66
Bab 66. Menyingkirlah Dari Kehidupanku
67
Bab 67. Bertengkar di Mall
68
Bab 68. Perawan Tua
69
Bab 69. Akhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!