Malam itu Dirgantara keluar rumah setelah dihubungi oleh Farhat, temannya yang berprofesi sebagai dokter.
Seperti biasa, jika ada waktu luang mereka berdua bertemu dan menghabiskan waktu bersama dengan minum-minuman beralkohol di salah satu club'
Tak butuh waktu lama, Dirgantara sampai di club' malam di mana dia terbiasa menghabiskan waktu luangnya.
"Hai bro! Apa kau sudah dari tadi menungguku disini?" tanya Dirgantara dan langsung memesan minuman pada petugas bartender.
Dia menarik kursi kayu yang ada di depan meja bartender menemani Farhat yang sudah meneguk secangkir minumannya.
Walaupun profesinya sebagai dokter, Farhat tak bisa menghilangkan kebiasaan buruknya untuk tidak minum alkohol. Sudah menjadi makanannya setiap hari dia selalu menyiapkan alkohol di lemari pribadinya.
"Belum lama. Aku lagi jenuh aja di rumah," balas pria itu dengan kembali menuangkan bir ke dalam cangkir kecil.
"Memangnya kau tak ada kegiatan di rumah sakit? Apa kau sudah dipecat?"
Dengan selorohnya Dirgantara meledek sembari menerima minuman yang disediakan oleh petugas bartender untuknya.
Farhat tak marah dengan ucapan Dirgantara. Sudah menjadi kebiasaannya mereka bercengkrama dan saling meledek.
"Ngawur! Tidak mungkin aku dipecat dari rumah sakit kakekku. Kalau aku sampai dipecat, aku bakalan protes tak mau lagi tinggal bersamanya. Selama ini aku yang ngerawat dia, bukan cucunya yang lain. Padahal dia punya cucu perempuan, harusnya dia lebih memilih cucu perempuannya, tapi dia malah memilih aku. Enak aja mau mecat aku, bakalan ku pecat juga jadi kakekku."
Kedua pemuda itu melepas tawanya. Suka sekali menggibahi orang tua yang tak berdaya.
Dirgantara sudah sangat mengenal keluarga Farhat, begitupun juga dengan keluarga Farhat, hubungan antar keluarga itu sangatlah baik. Bahkan dulu kakeknya Farhat berkeinginan untuk menjodohkan Dirgantara dengan cucu perempuannya, tapi berhubung cucu perempuannya hamil diluar nikah dengan pacarnya, rencana perjodohan itu diurungkan.
"By the way, kau sendiri bagaimana? Maksudnya pernikahanmu dengan Viona? Apakah berjalan dengan baik? Atau kau berniat untuk membuatnya menjadi janda?"
Dirgantara mendelik dan menjitak kepala sahabatnya. Tentu saja Ia tak akan melepaskan Viona begitu saja. Rugi besar jika ia menceraikan gadis itu dengan cepat, bahkan belum sekalipun ia menjamahnya. Rugi besar jika membeli barang tapi tak digunakan, semakin lama barang itu semakin rusak, karatan karena tak terpakai.
"Kau berharap nunggu Viona jadi janda gitu? Sembarangan! Kau langkahi dulu mayatku kalau kau menginginkan jandaku. Memangnya di dunia ini tak ada perempuan lain sampai kau mengharapkan jandanya Viona. Aku tak akan menjandakan dia, dan berhentilah mengharap. Jangan seperti pungguk merindukan rembulan, sampai matipun tak akan kesampaian."
Hening, seketika mereka berdua sama-sama diam dengan pemikirannya masing-masing.
Dirga sangat terganggu oleh pertanyaan sahabatnya. Dia sudah menaruh kecurigaan saat mengajak Viona datang ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisinya, dan kini, Farhat semakin lancang menanyakan kapan dirinya ingin menjandakan Viona.
"Sorry, aku hanya ingin tau saja hubunganmu sama dia. Aku lihat diantara kalian sama-sama kurang bahagia. Sikapmu begitu jutek padanya."
Dirgantara memberikan tatapan yang menghunus. Netra tajamnya terarah pada titik mata Farhat dengan seringaian buas.
Ia paling benci dengan orang yang suka ikut campur masalah pribadinya, walaupun Farhat teman yang baik dan suka menolongnya, tetap saja ia tidak suka dengan Farhat yang ikut campur. Apalagi pria itu menginginkan dirinya berpisah dengan Viona.
"Darimana kau tau kalau pernikahanku dengan Viona tak bahagia? Jadi orang jangan sok tau! Lebih baik kau pikirkan masa depanmu sendiri, tidak usah ikut campur urusan rumah tanggaku dengan Viona."
Dirgantara langsung meraih gelas kecil dan menuangkan minuman untuk ditenggaknya.
Mereka sama-sama kembali hening fokus pada minumannya masing-masing.
Di hati Dirgantara cukup dongkol, tapi ia tahan untuk tidak tersulut emosi.
Cukup lama diam, Farhat kembali mengulangi ucapannya. Ia tak bisa tenang dan selalu terngiang-ngiang oleh bayangan Viona. Perasaan yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, kini dirasakan saat bertemu dengan wanita yang statusnya sudah menjadi istri dari sahabatnya.
"Bukannya aku terlalu ikut campur urusan kamu dengan istrimu, tapi di sini aku merasa ada yang ganjal aja. Aku yakin sekali luka lebam yang ada di tangan dan wajah istrimu bukanlah jatuh dari lantai kamar mandi, tapi kamu sudah melakukan KDRT padanya. Benarkah seperti itu Dirga? Kau sudah menyakiti fisik dan mentalnya? Kalau kau memang tidak mencintainya, aku rasa kau harus melepaskannya, jangan menyiksa anak orang. Kalau memang orang tuanya berhutang padamu, kau tinggal bilang saja padaku, biar aku bayar semua hutang-hutang orang tuanya, dan lepaskan dia untukku. Aku janji akan menjaganya dengan sepenuh hati."
Bug!!
Dua bogeman langsung melayang di wajah Farhat. Tanpa basa-basi Dirgantara langsung menghadiahi kepalan tangan pada sahabatnya karena sudah lancang ingin menjadi orang ketiga di rumah tangganya.
Seketika Farhat tersungkur di lantai dengan mukanya yang langsung berubah membiru.
Awalnya dia dia memendam amarahnya tidak mau membuat kegaduhan apalagi dia sudah mengenali Farhat dengan sangat baik, tapi semakin diam dia merasa diinjak-injak harga dirinya sebagai laki-laki ia tak mau direndahkan oleh orang lain.
"Kau sadar dengan apa yang kau ucapkan itu! Kau sudah menabuh genderang peperangan denganku! Selama ini aku selalu bersikap baik dan menganggapmu seperti saudaraku sendiri, dan inikah balasanmu? Kau ingin menjadi duri yang tumbuh di tanaman milik orang lain?! Kau benar-benar payah! Nyesel aku sudah terlalu percaya padamu! Kupikir kau teman yang baik! Yang bisa saling suport, saling tukar pikiran! Dibalik sikap baikmu, ternyata ada kemauannya. Sampai-sampai kau menginginkanku bercerai dari Viona, karena kau memendam perasaan padanya! Dasar teman lakhlat!"
Dengan degub jantung yang berdetak begitu kencang, Dirgantara meluapkan emosinya yang terpendam. Selain itu Dirgantara maupun dokter Farhat sudah terpengaruh oleh minuman keras, mereka mulai meracau dan melantur, tapi ucapan Farhat masih bisa dipahami oleh Dirgantara, bahwa pria itu sudah terang-terangan menyatakan perasaannya terhadap Viona.
Sebelum memutuskan untuk pergi, kembali Dirgantara memberikan peringatan padanya agar tak menjadi duri dalam daging.
"Sekali lagi kuperingatkan padamu, jangan sekali-kali kau dekati Viona! Dia itu milikku. Jika kau ingin mencari pasangan, cari saja wanita lain. Di sini kau bisa memilih banyak model perempuan cantik dan menarik, TAPI BUKAN VIONA! VIONA ITU HANYA MILIKKU! PAHAM LO!!"
Setelah itu, dengan berjalan gontai, Dirgantara keluar dari club. Rencananya ingin menenangkan diri setelah berdebat dengan adiknya, malah dihadapkan dengan situasi yang menjengkelkan.
"Brengsek! Dasar teman nggak ada akhlak! Awas saja kalau sampai aku tahu dia masih mengganggu Viona! Akan kupatahkan lehernya!!"
Loh .. loh .. loh!! Kenapa harus marah, Dirga! Bukannya Viona bukan wanita idamanmu? Terus apa masalahnya jika Farhat menyukainya? 🤔🤔🤔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
4U2C
bagaimana Dirga enggak sanggupkan kamu kalau Farhat ada hati sama Viona,,tuh kamu juga tidak menganggap Viona isteri kamu,,justeru itu kamu Dirga buang egomu,,sebelum Farhat benar-benar mengambil jandamu🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-08-12
2
ardiana dili
lanjut
2024-08-12
1
kaylla salsabella
ealah Dirga ..ga ...klu suka bilang aja jangan gengsi
2024-08-12
1