Bab 8. Jangan Menggali Kuburanmu Sendiri

Sania merawat Viona yang sudah dipenuhi oleh luka lebam yang disebabkan oleh kakak laki-lakinya. Gadis itu menyesal karena sudah pergi meninggalkan Viona sendirian di dalam rumah. Sebenarnya Viona tidak sendirian, masih ada beberapa pegawai di rumah, tapi mereka tak punya keberanian untuk melawan Dirgantara, sebab Dirgantara sering mengancam keselamatan mereka saat mereka berani membantahnya.

"Kakak, maafin aku ya? Aku nggak bisa jagain kakak. Seharusnya tadi aku nggak pergi ke sekolah. Seharusnya aku nggak ninggalin kakak."

Sania merasa bersalah karena toko bisa melindungi Viona dari amukan Dirgantara. Pria itu benar-benar sangat keterlaluan, tega sekali menghajar Viona tanpa ampun, padahal Viona tidak melakukan kesalahan.

Andai saja Dirgantara tahu kebenarannya, mungkin pria itu akan malu, sudah menuduh tanpa bukti, dan menang terbukti bahwa Viona tidak bersalah.

"Kamu nggak salah, Nia. Aku nggak apa-apa. Ini hanya salah paham saja."

Walaupun hatinya sudah disakiti tak membuat Viona menaruh dendam. Di situ Sania sudah sangat baik, dan tak seharusnya ia melibatkan Sania dalam masalahnya dengan Dirgantara.

Viona memang kecewa berat karena sudah setuju menikah dengan Dirgantara, harusnya ia memilih buat kabur dan mengabaikan orang tuanya yang menanggung beban hutang setumpuk gunung pada pria itu. Karena ulah orang tuanya, kini ia yang harus  menanggung penderitaan seumur hidupnya.

"Bang Dirga benar-benar sangat keterlaluan! Kenapa dia tega melakukan semua ini pada kakak. Memangnya apa yang sudah Kakak lakukan sampai dia tega melakukan tindakan keji pada kak Vi? Aku tidak akan tinggal diam. Dia harus kuberi pelajaran."

Sania tak punya kesabaran lagi untuk memberikan pelajaran pada kakak laki-lakinya yang sudah sangat keterlaluan main kdrt pada istrinya.

Walaupun belum begitu mengenali Viona, Sania yakin Viona bukan orang jahat yang harus diperlakukan secara buruk.

Hanya karena dibantu dibersihkan ruangannya saja membuat Dirga marah dan naik pitam. Seharusnya pria itu bersyukur karena ada wanita yang peduli dan mau membantunya.

"Sania, jangan lakukan apapun pada Abangmu. Aku tidak ingin kamu kenapa-napa. Kak Vi nggak apa-apa kok, kamu jangan cari gara-gara sama dia. Di sini kak Vi yang salah. Kalau saja kak Vi tak lancang masuk ke ruangan Bang Dirga, mungkin kejadiannya tidak seperti ini. Kamu nggak perlu menegurnya, nanti kamu juga kena amarahnya. Kak Vi hanya butuh istirahat, nanti kalau kamu ada waktu, tolong ambilkan koper kak Vi yang ada di kamarnya bang Dirga. Kak Vi nggak berani masuk ke sana."

Sania menatap iba pada Viona. Wajahnya yang cantik kini lebam akibat terjatuh dan tersungkur di lantai.

Walaupun Viona melarangnya untuk tidak memberikan pelajaran pada Dirga, tapi ia tetap akan menemuinya. Pria arogan itu harus tahu pengorbanan Viona selama ditinggalkan ke luar kota. Bahkan rumah dan ruangan lain nampak begitu rapi karena Viona lah yang sudah membersihkannya.

Pembantu di rumahnya hanya menjangkau beberapa sudut saja untuk dibersihkan, tidak semua tempat bisa dibersihkan, karena tidak mendapatkan izin dari Dirga.

"Ya sudah, lebih baik kak Vi istirahat dulu. Nanti aku akan ambilkan barang-barang kak Vi yang ada di kamar bang Dirga. Ini aku udah bawain makanan, jangan lupa dimakan. Bibi bilang kak Vi belum sempat makan sejak siang. Apa benar begitu?"

Viona mengulas senyumnya dengan mengangguk. "Iya benar. Aku memang belum makan. Taruh saja di situ, nanti pasti akan kumakan."

Di ruang kerjanya, Dirga mengecek berkas-berkas yang dirapikan oleh Viona. Tak ada berkas berharga, tapi ia cukup kesal karena perempuan itu sudah lancang masuk ke ruangannya.

Memang kondisi ruangan itu sangat rapi dan tak lagi pengap, tapi tetap saja ia tak merasa bersalah setelah melakukan penganiayaan terhadap istrinya.

"Puas kau!"

Tiba-tiba Sania datang dan membuka pintunya.

Sania tau Dirga pasti ada di ruangannya, karena selain kantor, tempat ternyaman Dirga hanya di ruang kerjanya.

Dirga menoleh pada adiknya dengan berdecak. "Ck, apaan sih! Ganggu saja!"

Sania masuk dan menutup pintunya. Ia tak peduli kalaupun Dirga marah karena kedatangannya. Ia ingin memperlihatkan begitu berbaktinya Viona yang tak dianggap.

"Lihatlah ruanganmu? Apakah sebelumnya tertata rapi seperti ini? Harusnya kamu itu bersyukur punya istri macam Viona. Banyak perempuan di luar sana yang cantik, tapi yang peduli seperti Viona itu langka. Viona sudah berbesar hati mau membersihkan tempat kerjamu dan membuat nyaman di sini, tapi apa yang dia dapatkan? Siksaan! Kau menyiksanya bang! Jahat kau!"

Tak peduli meskipun Dirga akan menganiayanya seperti yang dilakukan pada Viona, yang paling penting baginya bisa mengutarakan kejengkelannya pada kakaknya itu.

Dirga hanya diam dengan menghisap rokok dijarinya yang tinggal separuh. Pria itu mendadak stres setelah melakukan tindakan penganiayaan terhadap Viona, hingga rokok tiga bungkus ia habiskan dalam waktu yang singkat.

"Sudahlah Sania! Kau jangan terlalu membelanya. Biar bagaimanapun juga dia tetap salah. Dia sudah ceroboh masuk ke ruanganku. Kalau saja ada apa-apa yang hilang, apakah dia mau bertanggung jawab?"

Dirga tak suka Sania terlalu membelanya. Bisa-bisa gadis itu besar kepala karena mendapatkan pembelaan dari adiknya. Dia hanya ingin memberikan peringatan agar tidak ceroboh dan seenaknya sendiri tinggal di rumahnya.

Melihat kakaknya yang tidak merasa bersalah membuat Sania gemas, ingin sekali menjambak rambutnya.

Di kamarnya Viona merintih kesakitan, sedangkan pelakunya tidak merasa dirinya bersalah dan tidak ada inisiatif untuk meminta maaf.

"Bang! Aku tahu dia salah karena sudah ceroboh masuk ke dalam ruang kerjamu. Tapi sungguh keterlaluan sikapmu itu menghajar dia habis-habisan. Kau sudah melakukan tindakan kekerasan dalam rumah tangga, jika sampai dia mati maukah kamu bertanggung jawab? Kalau kamu memang tidak menyukainya atau tidak menginginkan dia sebagai istrimu Kau tidak perlu menikahinya. Untuk apa kau menikahinya kalau hanya ingin kau siksa di sini? Dia itu manusia Bang, bukan hewan yang bisa diperlakukan semena-mena. Dia punya perasaan, di sini harga dirinya diinjak-injak oleh suaminya tapi dia tetap diam saja. Alangkah beruntungnya kamu tidak sampai dilaporkan pada pihak berwajib karena sudah melakukan KDRT padanya. Jangan mentang-mentang dirimu berkuasa kau bisa seenaknya sendiri memperlakukan anaknya orang dengan sangat buruk! Jika hal itu terjadi padaku, bagaimana dengan perasaan abang? Apakah Abang akan diam saja? Atau ~~~

Dirgantara yang tengah duduk di kursi kerjanya meremas puntung rokok dan membuangnya secara asal. Dia menyunggar rambutnya dengan helaan nafas berat.

Bagi seorang laki-laki dia merasa gengsi kalau harus minta maaf pada Viona. Mau ditaruh di mana mukanya jika ia harus merendah meminta maaf kepadanya?

"Lebih baik kau temui dia sekarang juga dan meminta maaflah padanya. Ingat Bang, penyesalan itu selalu datang di saat semuanya semakin buruk! Jangan sampai kau menggali kuburanmu sendiri."

Jadi bingung kan? Gimana perasaan Dirgantara? Sudah pasti hatinya kacau, jangan-jangan nanti malam dia nggak bisa tidur nemenin author begadang 😁😁🤭

Ingat ya friend ... Jangan lupa tinggalkan jejak, vote like komen biar author semakin semangat nulisnya 🤗🤗

Terpopuler

Comments

ardiana dili

ardiana dili

lanjut

2024-08-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sebagai Jaminan
2 Bab 2. Dipaksa Menikah
3 Bab 3. Sah Menjadi Istri
4 Bab 4. Pria Jorok
5 Bab 5. Kecewa
6 Bab 6. Dituduh Maling
7 Bab 7. KDRT
8 Bab 8. Jangan Menggali Kuburanmu Sendiri
9 Bab 9. Rubah Betina
10 Bab 10. Viona Pingsan
11 Bab 11. Berbohong
12 Bab 12. Ceraikan Saya!
13 Bab 13. Sebegitu Bencikah Dia?
14 Bab 14. Keganjengan
15 Bab 15. Tersudutkan
16 Bab 16. Diam-diam Perhatian
17 Bab 17. Gengsi Gede-gedean
18 Bab 18. Gengsi Kok Dipelihara
19 Bab 19. Seperti Pungguk Merindukan Rembulan
20 Bab 20. Masih Perawan
21 Bab 21. Bertepuk Sebelah Tangan
22 Bab 22. Ada Apa Dengan Dokter Farhat?
23 Bab 23. Ipar yang Kompak
24 Bab 24. Puasin Saya
25 Bab 25. Ada Apa Dengan Viona?
26 Bab 26. Positif Hamil
27 Bab 27. Aku Tidak Ingin Berpisah Dengan Bayiku
28 Bab 28. Di Mana Hati Nuranimu?
29 Bab 29. Atau Kau Cemburu?
30 Bab 30. Menanti Kehadiran Si Kecil
31 Bab 31. Morning Sick
32 Bab 32. Orang Tua Kejam
33 Bab 33. Sebatas Kuli Bangunan
34 Bab 34. Aku Bukan Majikanmu!
35 Bab 35. Baperan
36 Bab 36. Tamu Tak Diundang
37 Bab 37. Baku Hantam
38 Bab 38. Bertemu Kakek Di Pemakaman
39 Bab 39. Dirga Jatuh Sakit
40 Bab 40. Dilema
41 Bab 41. Insecure
42 Bab 42. Jengkel
43 Bab 43. Udang Dibalik Batu
44 Bab 44. Siapa Perempuan Itu?
45 Bab 45. Mantan Adalah Maut
46 Bab 46. Sebatas Badut
47 Bab 47. Pergi
48 Bab 48. Kehidupan Baru Viona
49 Bab 49. Bertemu Kembali
50 Bab 50. Jangan Egois
51 Bab 51. Kau Masih Istriku
52 Bab 52. Pengakuan
53 Bab 53. Merasa Digantung
54 Bab 54. Terpaksa Bertemu
55 Bab 55. Jangan Pernah Pegang Angel
56 Bab 56. Dermaga
57 Bab 57
58 Bab 58. Jangan Egois
59 Bab 59. Pergi ke Pesta
60 Bab 60. Kau Harus Bertanggungjawab!
61 Bab 61. Izinkan Aku Untuk Memilikimu Kembali
62 Bab 62. Apa Tujuan Dia Mendekatiku?
63 Bab 63. Kau Ingin Menjualku?
64 Bab 64. Bimbang
65 Bab 65. Kecewa Berat
66 Bab 66. Menyingkirlah Dari Kehidupanku
67 Bab 67. Bertengkar di Mall
68 Bab 68. Perawan Tua
69 Bab 69. Akhir Bahagia
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Bab 1. Sebagai Jaminan
2
Bab 2. Dipaksa Menikah
3
Bab 3. Sah Menjadi Istri
4
Bab 4. Pria Jorok
5
Bab 5. Kecewa
6
Bab 6. Dituduh Maling
7
Bab 7. KDRT
8
Bab 8. Jangan Menggali Kuburanmu Sendiri
9
Bab 9. Rubah Betina
10
Bab 10. Viona Pingsan
11
Bab 11. Berbohong
12
Bab 12. Ceraikan Saya!
13
Bab 13. Sebegitu Bencikah Dia?
14
Bab 14. Keganjengan
15
Bab 15. Tersudutkan
16
Bab 16. Diam-diam Perhatian
17
Bab 17. Gengsi Gede-gedean
18
Bab 18. Gengsi Kok Dipelihara
19
Bab 19. Seperti Pungguk Merindukan Rembulan
20
Bab 20. Masih Perawan
21
Bab 21. Bertepuk Sebelah Tangan
22
Bab 22. Ada Apa Dengan Dokter Farhat?
23
Bab 23. Ipar yang Kompak
24
Bab 24. Puasin Saya
25
Bab 25. Ada Apa Dengan Viona?
26
Bab 26. Positif Hamil
27
Bab 27. Aku Tidak Ingin Berpisah Dengan Bayiku
28
Bab 28. Di Mana Hati Nuranimu?
29
Bab 29. Atau Kau Cemburu?
30
Bab 30. Menanti Kehadiran Si Kecil
31
Bab 31. Morning Sick
32
Bab 32. Orang Tua Kejam
33
Bab 33. Sebatas Kuli Bangunan
34
Bab 34. Aku Bukan Majikanmu!
35
Bab 35. Baperan
36
Bab 36. Tamu Tak Diundang
37
Bab 37. Baku Hantam
38
Bab 38. Bertemu Kakek Di Pemakaman
39
Bab 39. Dirga Jatuh Sakit
40
Bab 40. Dilema
41
Bab 41. Insecure
42
Bab 42. Jengkel
43
Bab 43. Udang Dibalik Batu
44
Bab 44. Siapa Perempuan Itu?
45
Bab 45. Mantan Adalah Maut
46
Bab 46. Sebatas Badut
47
Bab 47. Pergi
48
Bab 48. Kehidupan Baru Viona
49
Bab 49. Bertemu Kembali
50
Bab 50. Jangan Egois
51
Bab 51. Kau Masih Istriku
52
Bab 52. Pengakuan
53
Bab 53. Merasa Digantung
54
Bab 54. Terpaksa Bertemu
55
Bab 55. Jangan Pernah Pegang Angel
56
Bab 56. Dermaga
57
Bab 57
58
Bab 58. Jangan Egois
59
Bab 59. Pergi ke Pesta
60
Bab 60. Kau Harus Bertanggungjawab!
61
Bab 61. Izinkan Aku Untuk Memilikimu Kembali
62
Bab 62. Apa Tujuan Dia Mendekatiku?
63
Bab 63. Kau Ingin Menjualku?
64
Bab 64. Bimbang
65
Bab 65. Kecewa Berat
66
Bab 66. Menyingkirlah Dari Kehidupanku
67
Bab 67. Bertengkar di Mall
68
Bab 68. Perawan Tua
69
Bab 69. Akhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!