Setibanya di rumah, Dirgantara menuju kamar tamu di mana Viona tengah beristirahat.
Malam tengah larut, semua orang sudah nyenyak dalam tidurnya. Dirgantara yang sudah terpengaruh oleh minuman alkohol, dia tak bisa mengendalikan emosinya, di telinganya masih juga terngiang-ngiang oleh ucapan sahabatnya yang menginginkan dirinya segera bercerai dari Viona.
Ia tidak mengetahui kedekatan Viona dengan dokter Farhat, tapi apapun alasannya, ia tak menyukainya.
"Buka pintunya!"
Dirga menggedor-gedor pintu kamar Viona dengan cukup keras sembari meracau.
Viona terkejut mendengar pintunya digedor dari luar. Dengan kondisi mengantuk ia mencoba untuk mencari tahu siapa yang sudah membuat ulah di malam itu. Dia mengucek mata dan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah dua belas.
"Siapa malam-malam begini yang menggedor pintu? Ini udah jam setengah dua belas loh. Apa aku tadi sudah melakukan kesalahan? Perasaan aku nggak ada masalah dengan siapapun?"
Dengan beranjak dari tempat tidurnya, Viona menggerutu sembari berjalan ke arah pintu untuk memastikan siapa yang sudah mengetuk pintunya dengan cukup keras.
Saat pintu terbuka, dia dikejutkan oleh seseorang bertubuh atletis yang sudah berdiri di depan pintu dengan baunya sangat menyengat, bau alkohol.
Viona menautkan alisnya, ia tak tau apa yang akan diperbuat Dirga malam-malam datang ke kamarnya.
"Tuan, ada apa?"
Tak menjawab Dirga langsung mendorongnya masuk ke dalam dan mengunci pintunya.
Refleks Viona terhuyung hampir terjatuh. Pikirannya mulai resah, entah apa lagi yang akan pria itu perbuat. Hendak minta tolong, tiba-tiba saja tubuhnya didorong sampai ke tempat tidur.
"Tuan! Apa yang akan anda lakukan? Tuan sedang mabuk, jangan sakiti saya Tuan, saya tidak bersalah."
Dengan tubuhnya yang bergetar hebat, Viona mencoba untuk menjauhkan dirinya, namun tangan kekar itu mencengkram pundaknya dengan cukup keras hingga tak ada celah untuk menghindar.
"Apa yang sudah kau katakan pada Farhat huh! Kau ingin aku segera menceraikanmu? Jangan mimpi!"
Viona menggeleng. Ia bahkan tak cerita apapun pada dokter Farhat. Bahkan dokter Farhat juga tak memintanya untuk segera bercerai. Mungkin karena suaminya sedang mabuk, bicarakan melantur.
"Tuan, saya nggak cerita apa-apa pada dokter Farhat. Saya tidak ~~
Dengan cepat Dirga menutup bibir Viona dengan bibirnya. Bau alkohol semakin menyengat namun begitu terasa hangat saat bibir pria itu menempel dan menyerangnya.
Viona panik. Hari itu ia kehilangan first kiss-nya, dan yang sudah mengambilnya tak lain, pria kejam yang berstatus sebagai suaminya.
Walaupun mengambilkannya secara paksa, membuat hatinya terkejolak. Ia yakin, pria itu akan menyalahkannya jika sadar dari pengaruh alkohol.
"Tu-tuan! Tolong lepaskan saya. Jangan sentuh saya."
Viona memberontak untuk melepaskan diri, karena tidak ingin disalahkan.
Dirga bukanlah suami yang romantis, yang bisa membuatnya nyaman. Sifatnya yang egois dan suka merendahkannya, ia tak yakin pria itu mau mengakui kesalahannya walaupun pada dasarnya dia juga yang berulah.
Bukannya melepaskan, pria itu dengan seringaian buasnya menarik pakaian yang dikenakan oleh Viona hingga membuat kancing bajunya terlepas semua dan menunjukkan gunung kembar yang tertutup oleh kain namun masih terlihat jelas dan ingin segera digapainya.
"Aku sudah membelimu dengan sangat mahal. Jika aku tidak menggunakanmu tentunya aku akan rugi besar. Di dalam hidupku, aku tidak ingin dirugikan. Kau tak bisa menolak apa yang aku inginkan! Kau hanyalah mainanku, Viona! Jadi kau harus diam, jangan banyak tingkah. Cepat lepaskan semua pakaianmu!!"
Viona menggeleng dengan air matanya yang keluar deras. Ia tidak ingin terlihat seperti wanita murahan yang terlentang untuk memuaskan pria yang hanya menggunakannya sebagai mainan, bukan karena mencintainya.
Walaupun statusnya sudah sah sebagai pasangan suami istri, tapi sikap Dirga sangatlah mencerminkan bukan pasangan yang sebenarnya. Sikap semena-menanya membuatnya takut untuk melangkah.
"Tapi Tuan, Tuan sedang mabuk. Saya ~~
Pria itu mengangkat dagu Viona dengan tatapan elangnya yang tajam. Bola matanya memerah diselimuti oleh amarah yang cukup membuatnya ketakutan.
Dirga masih tak bisa mengontrol emosinya saat berdebat dengan Farhat, dan kini ia akan melampiaskannya pada Viona, wanita yang membuat Farhat terpesona.
"Jangan banyak membantah! Cepat lakukan! Atau aku akan membuatmu lebih menderita lagi!"
Tak ingin mengalami kdrt seperti yang dilakukan Dirga saat itu, Viona mengangguk pasrah. Dia terpaksa melepaskan semua pakaian yang dikenakannya hingga tak satupun menempel di badannya.
Dirgantara menatap haus wanita yang tampak polos tanpa tertutupi oleh sehelai benang pun. Pria itu dengan cekatannya mendorongnya hingga terjatuh di ranjang dalam posisi terlentang.
Sudah seperti wanita murahan saja Viona merasa dirinya begitu rendah.
Walaupun ia memamerkan bentuk tubuh pada suaminya sendiri, tapi tetaplah kurang nyaman, karena semua itu dilakukan karena paksaan, bukan karena suka sama suka.
"Sudah berapa pria yang pernah menjamahmu wanita murahan!"
Tangan Dirga terulur mengusap pipi Viona dengan tatapan penuh nafsu.
Viona hanya diam dengan memejamkan matanya rapat-rapat. Bulu kuduknya merinding mendapatkan sentuhan tangan pria, bahkan ini pertama kali di dalam hidupnya.
"Apa maksud Tuan? Saya bukan perempuan murahan yang menjajakan harga diri saya hanya demi uang ataupun kepuasan! Tolong jaga bicaramu, Tuan!"
Dengan nafasnya tersengal-sengal Viona melawan. Ia paling benci ada orang yang merendahkan harga dirinya.
Sejak kecil ia diajarkan untuk menjaga diri dengan baik, bahkan Ayahnya melarang untuk pacaran. Namun karena terhimpit masalah ekonomi, ia terpaksa dijadikan jaminan sebagai penebus hutang.
Kalaupun Dirgantara akan meminta haknya sebagai suami, ia akan berikan, dan ia akan buktikan kalau dirinya bukan perempuan murahan seperti yang dituduhkan kepadanya.
"Bohong! Kau itu pembohong! Munafik! Kau sudah merayu dokter Farhat untuk menikahimu, kan? Dasar perempuan nggak tau diri! Dikasih hati malah minta jantung! Kau pikir aku akan menceraikanmu huh! Jangan pernah mimpi kau bisa lepas dari tanganku jal4ng! Aku bersumpah tidak akan membuatmu hidup bebas!!"
Dirga menindih tubuh Viona dengan melepaskan semua pakaiannya.
Hasratnya begitu menggebu. Dengan kasarnya dia menyerang Viona dengan sangat kasar. Meninggalkan jejak kepemilikan di lehernya, bahkan meremas benda sintal yang bisa ditangkup oleh kedua tangannya.
Viona meringis kesakitan. Bukan rasa nikmat yang didapat, tapi sakitnya sampai ke tulang-tulang.
"Diam! Jangan banyak bergerak! Atau aku akan lebih kasar lagi!"
Tangan kekar Dirga mengunci pergerakan Viona sampai pada akhirnya pria itu meneroboskan pisang Ambon ke pusat si gadis, berkali-kali dilakukannya selalu gagal.
Dirga terheran-heran, apa sesulit itu memasukkan barangnya pada inti wanita, karena ia juga baru belajar.
"Sa-sakit Tuan, pelan-pelan."
Viona merintih kesakitan. Rasa ngilu membuatnya ingin lepas dari kungkungan pria berotot kekar itu.
Tak menyerah, Dirga terus menekan-nekan hingga pada akhirnya pertahanan Viona runtuh, gawangnya berhasil dibobol masuk oleh Dirgantara.
Bersamaan dengan itu, darah segar keluar bebas membasahi sprei. Viona menangis, dan Dirga terkejut, namun merasa puas.
"Ini kau beneran masih perawan?"
Hadeh ... Nulis adegan kayak gini author nggak jago ya guys ... Gigi author langsung ngilu😷 maaf kalau adegannya kurang sempurna 😔 author kesulitan untuk menjabarkannya😶 jangan lupa tinggalkan jejak ya guys, vote like dan komennya thanks you 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
4U2C
memang sangat sakit tuh thor kalau bermain kasar apalagi tuh viona masih perawan memang gak bisa jalan tuh nantinya,,rasanya sangat perih dan bengkak.jalannya viona nanti seperti bebek ya 🤣🤣🤣🤣🤣 kasihan sekali kamu viona.
2024-08-13
2
kaylla salsabella
dasar si Dirga besok klu dia sadar jangan bilang viona yang menggoda Dirga tak kasih palu 🔨🔨🔨🔨
2024-08-13
1
ardiana dili
lanjut
2024-08-13
1