Setelah mendapatkan hasil dari pemeriksaan, Dirgantara membawa Viona ke tempat kerjanya Farhat. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Farhat, setelah melakukan cek di laboratorium, Dirgantara harus menyerahkan hasil tesnya.
"Ini hasil tesnya. Sekarang jelaskan padaku, apa penyebab dia keluar darah dari hidungnya?"
Dirgantara menyodorkan kertas putih yang masih terlipat rapi dibungkus oleh amplop bertuliskan laboratorium Mardika kepada Farhat, temannya yang berprofesi sebagai dokter umum.
Dirgantara maupun Viona berharap tidak ada sesuatu yang membahayakan. Di situ Viona terlihat sangat pucat, mungkin karena terlalu takut jika ia mengidap penyakit yang berbahaya.
"Dia mengalami mimisan. Mungkin karena terlalu kelelahan dan stres."
Farhat memberikan penjelasan pada mereka berdua mengenai kejadian yang menimpa Viona.
Viona sedikit lebih lega, karena dirinya hanya mengalami mimisan, tidak ada penyakit yang membahayakannya.
Dulu dia pernah mengalami mimisan waktu masih kecil. Menurut dokter tidak ada penyakit yang serius, mungkin hanya karena terlalu kelelahan.
"Mimisan itu apakah sejenis penyakit yang membahayakan?" tanya Dirgantara.
Pria itu hanya tidak ingin disalahkan oleh keluarga Viona ataupun adiknya karena mengabaikan penyakit yang diderita oleh Viona.
Selain itu dia tidak ingin memiliki pasangan yang penyakitan dan ujung-ujungnya mati sebelum bisa bersenang-senang dengannya.
"Sudah kubilang tadi dia itu terlalu kelelahan dan juga stress. Apakah kau mempekerjakannya seperti pembantu di rumahmu hingga membuatnya kelelahan?"
Di situ Dirgantara diam dengan menekuk ludahnya kasar.
Selama tinggal di rumahnya Viona tidak pernah dimintanya untuk mengerjakan sesuatu, bahkan ia jarang sekali bicara sepatah kata pun dengan gadis itu, tapi kalau Viona melakukan aktivitas yang berlebihan itu bukanlah kesalahannya.
"Mungkin juga dia stress karena sikapmu. Kau itu jadi orang terlalu jutek. Kenapa aku bilang seperti ini? Karena aku juga merasa kalau kau banyak berubah. Sikapmu yang dulu periang sekarang berubah menjadi dingin dan masa bodoh dengan urusan orang lain. Kurasa istrimu juga menjadi korban keegoisanmu. Kau terlalu mengabaikan perasaannya dan tidak begitu mempedulikannya. Apakah benar seperti itu?"
Viona menahan tawa mendengar suaminya dicecar dan dituduh buruk oleh sahabatnya sendiri memang benar selama ini ia diabaikan bahkan tidak dianggap sebagai istrinya.
Berbeda lagi dengan Dirgantara. Pria itu tidak terima di tubuh buruk karena sudah mengabaikan Viona.
Selama Viona tinggal di rumahnya, ia bahkan tidak pernah memerintah atau bahkan melakukan penindasan hingga membuatnya stress berlebihan. Ia hanya marah karena Viona sudah lancang masuk ke ruang kerja tanpa sepengetahuannya, karena ia paling benci pada orang yang suka berbuat seenaknya sendiri, apalagi ia sudah melarang siapapun untuk memasuki ruang lingkupnya.
"Enak saja kau bicara seperti itu! Kau tidak bisa menuduhku tanpa bukti apapun. Selama dia tinggal bersamaku, Aku bahkan tidak pernah menyuruhnya untuk mencuci pakaianku atau sekedar menyuapiku! Jangan bilang dia stress karena ulahku, karena aku tidak pernah melakukan apa-apa padanya, terkecuali kalau dia melakukan pelanggaran yang sudah aku buat, maka aku tidak bisa menahan diri untuk tetap diam, aku pasti akan menghukumnya."
Dengan arogannya Dirgantara menekan setiap kata agar diingat di otak kecil Viona bahwa dirinya tidak pernah melakukan tindakan jahat yang membuatnya tertekan.
Dia tahu Viona begitu marah dan membencinya karena sudah diperlukan sangat buruk, tapi di situ jelas-jelas Viona sudah bersalah karena tanpa seizinnya masuk ke ruang kerjanya. Dia hanya khawatir jika saja Viona memiliki pemikiran buruk ingin mencuri sesuatu yang berharga, maka dirinyalah yang akan kehilangan.
Dengan santainya dokter Farhat melirik pada Viona dengan berkata, 'Aku harap luka lebam yang ada di tubuh istrimu itu bukan karena ulahmu. Jika saja itu ulahmu, maka ceritanya akan berbeda bung! Kau sudah melakukan tindakan KDRT terhadap istrimu dan tentunya penjara menjadi tempat tinggalmu!'
Viona langsung menggelengkan kepalanya. Walaupun pada dasarnya memang benar Dirgantara sudah melakukan KDRT, tapi ia tidak ingin Dirgantara masuk ke dalam bui. Pria itu sudah banyak membantu orang tuanya bahkan melunasi semua hutang-hutang orang tuanya yang tidak mungkin terbayarkan.
Walaupun hatinya kesal, tapi ia tidak ingin nama baik suaminya tercemar. Cukup dirinya saja yang tersakiti, asal harga diri suaminya tidak butuh dikalangan masyarakat.
"Tentu saja bukan dokter. Bukan dia yang membuat saya terluka seperti ini, tapi saya terjatuh dari kamar mandi. Di sini saya ceroboh karena sudah tidak berhati-hati."
Wanita itu sangat tulus membuat hati sang dokter terkejolak.
Jujur sejak pertama kali bertemu dengan Viona, pria itu jadi teringat terus pada si gadis. Sayangnya Viona sudah menikah dengan sahabatnya, jadi perasaan aneh itu hanya disimpannya sendiri.
Dirgantara juga tak menyangka, walaupun ia sudah melakukan kdrt padanya, tak membuat Viona mengakui jika dirinya yang sudah bersalah dan pantas menerima hukuman. Entah karena apa wanita itu melindunginya. Padahal jika dia mau, dengan sangat mudah Viona melaporkannya pada pihak berwajib mengenai kdrt yang dilakukannya.
"Ya ampun ..., kenapa bisa jatuh di kamar mandi? Lain kali hati-hati ya? Kamar mandi walaupun bentuknya kecil, tapi bisa membuat orang terluka, bahkan bisa berdampak buruk. Jadi kamu juga harus memastikan lantai kamar mandi harus selalu dalam keadaan bersih dan kering. Jangan sampai ada sabun atau barang-barang lain yang berserakan di lantai."
Banyak penuturan yang disampaikan oleh Farhat pada Viona membuat Dirgantara tak suka. Pria itu merasa diabaikan oleh sahabatnya karena terlalu perhatian pada istrinya
Ekhem!! "Apakah pernyataan ini sudah jelas? Kalau sudah tidak lagi ada yang dipermasalahkan, aku akan pulang. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Tidak ada waktu buat berbasa-basi denganmu!"
Ada rasa sesal sudah mengajak Viona datang ke rumah sakit menemui sahabatnya. Seharusnya dia datang sendiri tanpa harus mengajak Viona, dan kini ia melihat Farhat mulai respect terhadap Viona.
"Oh, iya. Kurasa nona Viona cukup beristirahat dengan baik. Jaga pola makannya, jangan terlalu kelelahan. Jangan karena tidak terlalu membahayakan jadi diabaikan."
Viona hanya mengangguk patuh, tapi dalam hatinya menggumam 'tak mungkin aku tinggal di rumah mewah tanpa harus melakukan aktivitas. Aku bukan Tuan putri yang harus dimanja, atau bahkan dianggap sebagai permaisuri raja yang selalu diperlakukan dengan baik oleh suamiku. Dia mana mungkin akan diam melihatku hanya rebahan tanpa melakukan kegiatan apapun. Mustahil ..., ucapannya itu lain di bibir, lain di hati.'
Ketika melihat Dirgantara beranjak dari tempat duduknya, Viona juga mengikutinya.
Setelah berpamitan pria itu langsung bergegas keluar ruangan Farhat diikuti oleh Viona di belakangnya.
"Kamu itu jadi cewek nggak usah keganjengan! Jijik tau! Sudah menikah masih juga merespon pria lain, di mana otakmu!"
Dirgantara melangkahkan kakinya lebar meninggalkan Viona yang dibuat bingung oleh ucapannya.
"Keganjengan? Memangnya apa yang sudah aku lakukan?"
Haduh,, ini kenapa lagi si Dirga? Orang nggak ngapa-ngapain dibilang keganjengan? Apa dia melihat Viona dicium sama sahabatnya? Bisa-bisanya bilang seperti itu. Au ... ah!!🙄🙄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
kaylla salsabella
ealah bang kok marah gara" pak dokter perhatian sama pasien😂😂🤭🤭
2024-08-10
1