Eps 11

"Kalau tahu akan ditinggal sendiri begini, mending engak usah ikut" gerutu Danira dalam hati

Danira berjalan menuju meja saji lalu meneliti aneka hidangan yang memenuhi meja.

"Danira!" suara seseorang di belakangnya mengagetkan Danira.

Danira seketika berbalik. "Arvin!" suara Danira terdengar sangat terkejut.

Arvin memandang Danira dengan tatapan terpesona, Baginya, tampilan Danira sederhana, tapi elegan, itulah pujian Arvin dalam hatinya

"Hai... sama siapa ke sini?" Arvin memandang sekitar Danira.

"Sama, Om Hajun." jawab Danira,

"Om Hajun nya mana?" tanya Arvin lagi.

"Enggak tahu, tadi pergi sama Tante Dona. Kamu sendiri ke sini sama siapa?" tanya Danira.

"Mama sama Papa. Mamaku masih ada hubungan keluarga dengan Papanya Tante Dona." jawab Arvin.

"Aku bosen di sini, aku mau ke luar." Ucap Danira.

"Ayo... kita ke luar, sama aku juga bosan." ajak Arvin.

Danira mengikuti langkah Arvin, masa bodo kalau nanti Hajun akan marah.

"Salah sendiri ninggalin aku, untung ada Arvin yang aku kenal, coba kalo engga, masa aku cuma jadi patung yang cuma bisa memperhatikan orang-orang."

"Arvin!" seorang wanita memanggil Arvin,

"Mama dan Papa." Arvin berbisik pada Danira, saat pasangan paruh baya itu menghampiri mereka.

"Ma, Pa, kenalin ini Danira, teman kuliah ku."

Danira menyapa Mama dan Papanya Arvin.

"Manis sekali kamu, Danira. Beneran nih cuman temenan?" goda Mama Arvin.

Godaan yang membuat wajah Danira memerah.

"Mama jangan menggoda gitu, dong. Kasihan Danira jadi malu." Papah Arvin menegur istrinya saat melihat wajah Danira.

"Ini tadi kalian mau ke mana?" tanya Papa Arvin.

"Kami mau duduk di luar saja, Pa. Bosan di dalam." jawab Arvin

"Oh... ya sudah... pergilah!" ucap Papa Arvin.

"Ayo pergi Danira." ajak Arvin.

"Permisi, Om dan Tante." pamit Danira.

Mereka berjalan ke luar dari rumah besar itu, mereka berhenti di gazebo yang ada di samping rumah yang agak jauh dari ruangan pesta.

Ditemani cahaya lampu gazebo yang tidak terlalu gelap dan juga tidak terlalu terang.

"Kamu tunggu di sini ya, aku ambil minum dulu." Ucap Arvin.

Danira mengangguk, ia duduk di kursi yang ada di gazebo itu.

Hingga tak berselang lama Arvin datang dengan nampan berisi dua botol air mineral, dan beberapa potong kue dalam piring.

"Aku ambil dari kulkas di dapur, malas masuk ke ruang pesta." ucap Arvin sambil tersenyum.

"Kamu sering ke sini, Vin?" tanya Danira.

"Tidak terlalu sering, hanya sesekali, aku hanya bertemu dengan Bibi Dona sesekali. Dia jarang pulang ke sini, katanya dia lebih memilih tinggal di apartemennya."

"Oh...."

"Tante Donna sepertinya punya hubungan spesial ya sama Om Hajun?" Tanya Arvin.

Sebuah pertanyaan yang sangat tidak ingin dijawab Danira.

"Mungkin!" akhirnya dijawab Danira juga.

"Kok mungkin? Hannah nggak pernah cerita ya, tentang hubungan Papanya dengan Tante Dona?" tanya Arvin lagi.

"Nggak usah bahas itu ya, Vin. Nggak enak ngomongin orang, apa lagi orang itu sudah sangat baik sama aku dan keluargaku." pinta Danira

"Oh... oke, maaf ya. Buatmu, Om Hajun itu pasti super hero mu ya. Aku sudah mendengar dari Shaka, cerita tentang kenapa sampai Om Hajun menjadikan kamu anaknya." ucap Arvin.

"Ya, benar, dia super Heroku. Dia memang sudah menyelamatkan hidupku, dan keluargaku, tapi dia juga sudah mengacak-acak pikiran dan juga hatiku." Batin Danira sedih.

***

Hajun mencari Danira.

Sejak tadi, sampai acara hampir selesai, Hajun tidak melihatnya.

Ada kecemasan di dalam hati Hajun, ia menyesal meninggalkan Danira sendirian, di tempat yang asing, dengan orang-orang yang tidak dikenalnya.

"Hajun!" Papah Donna memanggilnya.

"Kenalkan, Hajun, ini keluarga Handoyo, masih saudara Om." Papa Donna mengenalkan Hajun pada sepasang suami istri di sampingnya.

"Halo... saya Hajun Lee. Senang bertemu dengan anda berdua." Hajun menjabat tangan keduanya.

"Senang juga berkenalan denganmu, Jun. Katanya kamu teman dekat Dona ya?" tanya nyonya Handoyo.

Hajun hanya menanggapinya dengan tertawa.

"Kamu mencari Danira, Jun?" tanya Mamah Donna.

"Iya, Tante, sejak tadi aku tidak melihatnya." jawab Hajun.

"Danira ... maksudnya gadis manis teman Arvin bukan?" tanya Nyonya Handoyo.

"Oh... anda kenal Arvin?" tanya Hajun.

"Dia putra kami. Danira apakah putri anda Tuan Hajun?" tanya Nyonya Handoyo lagi.

"Putri angkatnya." Mamah Donna yang menjawab.

"Oh... nah itu mereka, cocok ya mereka." Nyonya Handoyo menunjuk ke arah pintu samping.

Hajun mengikuti arah yang ditunjuk oleh Nyonya Handoyo.

Sekuat tenaga, Hajun berusaha menguasai hatinya yang panas.

"Sebelumnya aku belum pernah melihat, mata Arvin berbinar begitu terang saat memandang wanita, seperti dia memandang Danira. Tuan Hajun anda tidak keberatan, kalau putri anda dengan putra saya menjalin hubungan?" pertanyaan Nyonya Handoyo bak pisau yang menusuk hati Hajun.

"Tentu saja tidak, iya kan, Jun? Mereka seumuran, satu kampus pula. Arvin anak baik, tidak pernah macam-macam, meski dia punya segalanya." Mama Donna yang menyahut.

Hajun sungguh tak bisa bersuara, mulutnya kini seolah terkunci.

"Ya... mereka seumuran. Danira pantas mendapatkan yang terbaik, yang paling baik. Sedang aku ini cuma lelaki tua yang hanya pantas jadi Ayahnya."

Baru kali ini Hajun menyesali usianya.

Arvin dan Danira mendekati mereka. Ada sirat ketakutan di dalam tatapan mata Danira saat menatap Hajun.

Tidak disadari, jemarinya berada dalam genggaman Arvin.

Arvin merasa tangan Danira sangat dingin. Digenggamnya lebih erat lagi seolah ingin memberi kehangatan.

"Ini dia couple kesayangan kita, bagaimana Tuan Hajun? Cocok tidak putrimu dengan putra kami? Aku harap kita akan jadi keluarga nanti." Nyonya Handoyo terkekeh pelan.

Danira melongo, matanya menatap Hajun penuh pertanyaan.

Tapi Hajun tidak mau membalas tatapan Danira. Hajun hanya mengangguk, dan tersenyum ke arah Nyonya Handoyo.

"Apa arti anggukan dan senyumannya, apa Om Hajun setuju kalau aku dan Arvin jadi teman dekat?"

Hajun beralih memandang Danira.

"Sudah waktunya kami pulang, sekali lagi, Om dan Tante, selamat atas ulang tahun perkawinannya, semoga bahagia selalu, kami permisi." Hajun mengangguk pada semuanya.

"Maaf Arvin, Danira harus pulang sekarang." ucap Hajun, mata Hajun menatap tangan Arvin yang masih menggenggam erat jemari Danira.

Danira yang baru menyadari tangannya dalam genggaman Arvin dengan cepat menariknya lepas.

"Sudah mau pulang, Sayang?" suara Dona yang datang menghampiri.

"Iya, kami harus segera pulang." jawab Hajun.

"Baiklah, hati-hati di jalan ya." ucap Donna.

Danira juga beralih memandang Arvin.

"Aku pulang dulu. Mari, Om dan Tante. Oma dan Opa, juga Tante Donna, terimakasih untuk pestanya." pamit Danira.

***

Dalam perjalanan pulang, Hajun fokus pada jalan, tapi di dalam kepala dan telinganya terus terngiang-ngiang kalimat.

COUPLE KESAYANGAN dan MEREKA SEUMURAN.

"Sungguh menyakitkan bukan, saat istrimu dijodohkan orang dengan pria lain. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, jika pernikahan ini akan sanggup mengacaukan pikiran, dan perasaanku. Tak pernah terpikirkan olehku, gadis kecil, dekil di sampingku ini, akan sanggup membuatku merasakan lagi apa yang pernah kurasakan dulu, pada Aurora... Ibunya Hannah."

Danira melirik Hajun, ia mencoba membaca apa yang dipikirkan oleh Hajun dari wajah suaminya itu.

Wajah itu terlihat dingin, tidak ada senyum.

"Om, maaf...."

"Tak perlu minta maaf."

"Aku berjanji ..."

"Tak perlu berjanji"

"Aku,akan...."

"Diamlah, aku harus fokus pada jalanan!" Bentak Hajun.

Danira seketika menciut, ia terdiam. Punggungnya bersandar pada jok, pandangannya dibuang ke luar jendela.

"Tahan Danira.... Jangan menangis di depannya. Kamu harus bisa menahan semua luka hatimu... tahan."

Menahan tangis itu tidak enak, dada Danira terasa sesak. Hajun melirik Danira, namun wajah Danira tak terlihat, karena Danira memandang ke luar jendela.

Ada rasa sesal di dalam hati Hajun, karena sudah membentak Danira.

"Maafkan aku Danira." Batin Hajun

Keduanya hanya diam sampai tiba di rumah, dan masuk ke kamar mereka masing-masing.

Sudah hampir dua Minggu, Hannah belum pulang juga.

Katanya, Oma dan Opanya masih betah di sana dan sayangnya mereka juga tak mau ditinggal Hannah pulang.

Sejak malam pesta itu, Danira tidak pernah bertemu Hajun. Hajun selalu pergi sebelum Danira bangun dan pulang setelah Danira tidur.

********

********

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!