Di dalam mobil.
"Kata Shaka kamu saudara angkat Hannah, benar, Ra?" Tanya Arvin memulai percakapan diantara mereka.
"Iya benar."
"Sejak kapan?"
"Sejak kuliah."
"Ooh, kamu betah tinggal di rumah Hannah?"
"Iya."
"Ayahnya tidak over protektif sama kalian?"
"Tidak, biasa saja."
Arvin menatap gemas pada Danira, karena jawaban Danira yang singkat saja.
"Ini cewek ngomongnya pelit amat." pikir Arvin di dalam hatinya.
Di lirik sosok Danira yang duduk di sampingnya, mata Danira tampak fokus ke jalan didepannya.
"Tidak cantik, tapi menarik, dan terasa ada sesuatu yang istimewa, tapi apanya yang istimewa."
Arvin bingung juga.
Arvin merasa betah saja menatap wajah Danira yang sering tanpa ekspresi, Danira tampak sangat berbeda sekali dengan gadis-gadis yang selama ini mengejar Arvin.
Mereka gadis-gadis cantik kelas atas, yang sering menghujaninya dengan berbagai hadiah, dan rayuan juga cinta, dan perhatian.
Sedangkan Danira jangankan mencari perhatiannya, melirik saja tidak. Baru kali ini Arvin merasakan yang namanya mengejar cinta, biasanya dia yang dikejar-kejar Cinta.
"Stop di depan." suara Danira yang tiba-tiba mengejutkan Arvin.
Arvin menghentikan mobilnya di depan pintu pagar. Ujang yang ada di dalam pos jaga di dekat pagar melongokkan kepala dari balik pintu pos.
Danira membuka jendela mobil, lalu melambaikan tangannya pada Ujang.
"Bisa tolong buka pintu pagarnya, Jang?" pinta Danira. "Ooh iya, Non."
Bergegas Ujang membuka pagar dengan satu tangannya, sedang tangan yang lain memegang payung.
Danira menolehkan kepalanya ke arah Arvin.
"Terimakasih tumpangannya, Vin." Danira memberikan senyumnya kepada Arvin, sebelum ia membuka pintu mobil.
"Sama-sama, Ra." sahut Arvin.
Ujang mendekati Danira, dan memayunginya agar Danira tidak terkena air hujan.
"Aku pulang ya, Ra... bye." Arvin melambaikan tangannya pada Danira.
Danira mengangguk, dan balas melambaikan tangannya juga.
Arvin menjalankan mobilnya kembali. Ujang mengantarkan Danira sampai ke teras setelah menutup pintu pagar.
"Kamu tidak ikut pulang kampung, Jang?" tanya Danira.
"Tidak, Non, lagi banyak ulangan di sekolah." jawab Ujang.
"Ooh... ya sudah, aku masuk dulu ya." ucap Danira.
Ujang menganggukkan kepala, lalu berbalik kembali ke pos jaganya.
Danira melangkah masuk, lalu naik ke kamarnya.
Setelah mandi, dan sholat maghrib, baru Danira turun ke dapur, berniat membantu bibi menyiapkan makan malam.
"Bi, Om Hajun sudah pulang belum?"
"Sudah, Non, ada di kamarnya." jawab Bibi.
"Ooh, sudah lama?" tanya Danira lagi.
"Lepas Ashar tadi, Tuan sudah pulang, Non." jawab bibi lagi.
"Terimakasih, Bik" Danira mengangguk.
Hatinya agak cemas, takut Hajun melihat, kalau hari ini Arvin yang mengantarkannya pulang.
Danira masih ingat dengan kata-kata Hajun beberapa hari lalu, yang melarangnya dekat-dekat dengan lelaki lain.
Danira, dan Bibi sudah selesai menata meja untuk makan malam. Danira naik ke atas, memanggil Hajun untuk makan malam.
"Om, Om, makan malam sudah siap!" Danira mengetuk pintu kamar Hajun.
Hajun muncul di depan pintu, hanya memakai celana pendek, dan bertelanjang dada.
Danira memalingkan mukanya yang merona.
"Kamu duluan, nanti saya menyusul." suara Hajun sedingin tatapan matanya, dan terasa lebih dingin dari cuaca di luar sana.
Danira mengangguk, hatinya mulai merasa cemas saat melihat sikap Hajun yang tidak seperti biasanya.
Mereka berdua makan, tanpa ada yang berusaha memulai percakapan.
"Danira kita harus bicara, aku tunggu di ruang kerjaku." akhirnya Hajun bicara juga, setelah ia menyelesaikan makan malamnya.
Danira menganggukkan kepala "Iya, Om," jawabnya singkat.
Danira menghabiskan makannya dengan cepat, takut Hajun terlalu lama menunggunya.
Diketuk pintu ruangan kerja Hajun.
"Masuk!" suara sedingin es menyahut ketukannya dari bagian dalam ruangan.
Danira membuka pintu pelan, lalu masuk, dan menutup pintunya kembali.
"Duduk!" perintah Hajun.
Danira duduk di sofa yang ditunjuk Hajun, ia mulai merasa gemetar mendengar suara Hajun.
"Siapa yang mengantarmu pulang tadi?" tanya Hajun tajam, sambil menatap tepat ke mata Danira, membuat Danira cepat menundukan kepala
"Nah... betulkan. pasti Oppa Korea ini tadi melihat dari atas kalau Arvin yang sudah mengantaku pulang."
"Danira, jawab pertanyaan saya!" Hajun mulai tidak sabar menunggu jawaban Danira.
"Arvin, Om." jawab Danira pelan.
"Kenapa tidak menelponku untuk minta jemput? Tatap mata saya, saat saya bicara Danira!"
Danira mengangkat kepala dengan perasaan takut mendengar nada suara Hajun yang keras.
"Saya tidak punya nomer kontak Om." jawab Danira terbata.
"Apa? Jangan bercanda, Danira!" Hajun sungguh tidak percaya berbulan-bulan sudah mereka menikah, dan Danira mengaku tidak punya nomer kontaknya.
"Sungguh, Om." jawab Danira berusaha untuk meyakinkan Hajun.
"Sini, mana hp mu!" tangan Hajun terulur, meminta Danira menyerahkan ponselnya.
Danira mengeluarkan hp dari saku baby doll yang dipakainya.
Diserahkan ponsel jadul yang cuma bisa untuk telpon, dan sms itu ke tangan Hajun. Hajun menatap tidak percaya ponsel di tangannya.
"Ini... hp mu?" tanyanya sambil menggenggam hp jadul itu di tangannya.
Danira menganggukkan kepala dengan wajah merona.
"Ya ampun Danira apa kata orang kalo tahu istri seorang Hajun Lee ponselnya jadul begini, memalukan....." gumam hati Hajun.
"Kenapa tidak kamu gunakan kartu yang aku berikan kemarin untuk membeli ponsel baru?" tanya Hajun sengit.
Danira menggelengkan kepala. "Ini masih bisa dipakai, Om." jawab Danira polos.
Hajun menarik nafas berat sambil melihat kontak siapa saja yang ada di ponsel Danira.
Memang tidak ada namanya tertera di sana, tapi ada beberapa nama pria yang tidak dikenalnya.
Drrt... drrrtt
Ponsel milik Danira di tangan Hajun bergetar. Ada sms masuk
Danira menatap ke arah ponselnya, rasa penasaran akan sms yang masuk membuat matanya tidak berkedip.
Sementara Hajun membaca sms yang masuk.
Selamat malam Danira.
Selamat tidur.
Mimpikan aku dalam tidurmu ya.
Sampai jumpa besok.
Dari Arvin.
Wajah Hajun menyiratkan kemarahan, dengan gerakan kasar Ia mencabut sim card dari hp Danira.
"Simpan ponselmu, jangan digunakan lagi, besok aku akan membelikanmu yang baru." ucapnya seraya menyerahkan ponsel Danira kembali ke tangan Danira, tanpa ada sim card lagi di dalamnya.
"Tapi kartu ku, Om?" tanya Danira bingung.
"Mulai malam ini, tidak boleh ada nomer kontak lelaki lain di ponselmu, selain nomer kontakku, Ayahmu, adikmu, dan Pak Asep, mengerti Danira!?" Hajun menatap Danira tajam membuat Danira mengkerut karena merasa takut.
"Kenapa Oppa Korea ku begini? Siapa tadi yang sms sehingga dia bisa semarah ini?" batin Danira.
"Danira!" Hajun meninggikan suaranya karena Danira tidak juga bersuara.
"I... iya, Om mengerti." Danira menganggukkan kepalanya takut.
"Ya ampun Om, jangan membuat aku berpikir, kalo Om sedang cemburu dong. Jangan membuat aku berharap lebih dari Om." batin Danira lagi.
Melihat Danira masih menggenggam ponselnya hati Hajun merasa kesal.
"Aku bilang cepat simpan ponselmu, besok aku akan membelikan ponsel baru untukmu."
"Tidak perlu, Om, ini ...."
"Jangan membantah, Danira!" Hajun meninggikan suaranya lagi.
"I... iya, Om, maaf" jawab Danira, dan langsung memasukan ponsel ke saku bajunya.
"Sekarang kamu boleh ke luar." ucap Hajun.
Danira berdiri lalu melangkah ke luar meninggalkan Hajun yang masih duduk di sofa ruang kerjanya.
Hajun bersandar di sofa, merasa bingung dengan hatinya sendiri.
"Apa yang kulakukan tadi? Ini kedua kalinya, aku melakukan sesuatu pada Danira di luar kendali. Aku yang menegaskan padanya sejak awal, kalau aku menganggapnya tidak lebih dari sahabat Hannah." Hajun begumam sambil mengacak rambutnya.
*********
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Diana Resnawati
ngaku aja kl kamu udh cinta sm danira
2024-10-29
0
N Wage
fix sama persis!
2024-10-11
0