Eps 9

"Kenapa sikapku akhir-akhir ini, seakan aku seorang suami yang mencemburui istrinya. Jangan katakan kalau aku mulai jatuh cinta kepadanya. Itu sangat tidak mungkin, masih banyak wanita di luar sana yang lebih segalanya dari dia, yang mengantri untuk mendapatkan cintaku." batin Hajun mulai gelisah dengan apa yang sikapnya yang sudah la perlihatkan di depan Danira.

Drrt... drrrtt

Ponsel Hajun bergetar.

"Hannah!" gumamnya.

"Papa, Danira mana? Kenapa ponselnya tidak aktif. Papa tidak apa-apakan dia kan?" cerocos suara Hannah dari seberang sana.

"Ya ampun, Han, bisakan salam dulu, say hello dulu, tanya kabar Papa dulu, jangan langsung nyerocos begitu." jawab Hajun lembut pada putrinya.

"Iya... Assalamualaikum, hello Papa, apa kabar, sekarang jawab pertanyaanku, mana Danira, kenapa hpnya tidak aktif?"

Hajun menghela nafas, sebelum menjawab pertanyaan Putrinya.

"Walaikumsalam, Papa baik, Danira ada di kamarnya, soal hpnya nanti tanya saja sendiri."

"Aku mau bicara sama Danira, kasih hp Papa ke dia ya!" mohon Hannah.

"Iya ... iya, matikan dulu ponselnya, nanti Papa hubungi lagi. Papa masih di ruang kerja sekarang." ucap Hajun.

"Oke, I love you, Papa!"

"Love u too, My Princess"

***

Hajun ke luar dari ruang kerjanya, untuk mencari Danira di kamarnya. Tapi Danira tidak ada. Kemudian ia turun lagi ke lantai bawah. Ia mencari Danira ke dapur, tapi yang ada hanya bibi.

"Bi, lihat Danira?" tanya Hajun.

"Ooh... Non Danira tadi ke depan, Tuan."

"Ke depan, kenapa?" Hajun mengerutkan keningnya

"Mengantar kopi buat Ujang." jawab bibi.

Wajah Hajun langsung berubah. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, ia melangkah cepat ke arah luar, pintu depan terbuka, didengarnya tawa Ujang, dan Danira. Sejenak Hajun berhenti di balik pintu, menurunkan emosinya, lalu ia ke luar.

"Danira!" panggilnya.

Danira, dan Ujang sama-sama berdiri.

Ujang menganggukan kepala pada Hajun.

"Selamat malam, Tuan." sapa Ujang.

Tanpa menjawab, Hajun hanya membalas anggukan Ujang.

"Danira, masuk!" perintah Hajun.

Danira melepaskan jaket yang menutupi bahunya, lalu menyerahkannya pada Ujang.

"Makasih ya, Jang!" ucap Danira.

Hajun merasa kemarahannya sampai di puncak kepala, saat menyadari Danira memakai jaket Ujang.

"Aku masuk dulu, Jang. Nanti kita lanjutkan lagi ngobrolnya." Danira menatap Ujang dengan senyum di bibirnya. Hajun benar-benar merasa panas hatinya.

"Permainan apa yang kamu lakukan Danira? Membuat aku marah dengan sikapmu pada dua pria yang berbeda, hanya dalam satu malam?" gumam hati Hajun.

Danira berjalan melewati Hajun, Hajun mengikutinya dari belakang, kemarahan Hajun hampir meledak, sekuat tenaga Hajun mengontrolnya.

Hajun mengikuti Danira masuk ke dalam kamar, ditutup pintu kamar Danira, ditariknya lengan Danira, disandarkan punggung Danira ke daun pintu yang tertutup.

Hajun menyambar bibir Danira dengan kasar, tangannya ketat memeluk tubuh Danira, jemari Danira kuat mencengkeram bahu Hajun.

Danira merasa kakinya lemas. Ciuman Hajun meski kasar seperti menguasai seluruh mulutnya, tapi tetap membuat tubuhnya seperti meleleh.

Hajun melepaskan ciumannya. Keduanya tersengal dengan wajah memerah, Danira menundukkan wajahnya. Hajun belum melepas pelukannya. Perlahan Hajun mengangkat dagu Danira, mata mereka bertemu

"Itu hukuman untukmu, Danira. Sudah aku katakan, jangan dekat-dekat dengan lelaki lain, kamu itu istriku!" ucap Hajun, tanpa melepas tangannya dari dagu Danira.

Danira membuka mulutnya ingin bicara. Tapi, Hajun sudah kembali mencium bibirnya, kali ini dengan lembut.

"Jangan bantah aku, Danira." ucap Hajun disela ciuman lembutnya.

Kali ini, Danira benar-benar merasa, kedua kakinya tidak mampu lagi menopang tubuhnya, yang terasa meleleh akibat ciuman Hajun.

Tanpa melepas ciumannya, Hajun mengangkat Danira lalu membaringkan Danira di atas ranjang.

Tangannya mulai membuka kancing baju Danira. Bibirnya mengecup bahu Danira hingga berbekas. Lalu bibirnya turun ke atas dada Danira, memberi kecupan berbekas juga di sana.

Tubuh Danira bergetar, merasakan sensasi yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Hajun kembali menciumi bibir Danira sambil tangannya berusaha melepaskan baju Danira.

Drtt... drrttt

Ponsel Hajun bergetar, Hajun melepaskan Danira. Hajun duduk di tepi ranjang. Danira masih pada posisinya

"Hannah." gumamnya sambil menatap Danira.

Danira bangun, lalu duduk juga di tepi ranjang

"Tadi dia mau bicara sama kamu." ucap Hajun. "Halo Han...." Hajun memasang loudspeaker ponselnya

"Papa, mana Danira? Dari tadi ditungguin lama banget, katanya mau telpon balik. Papa suaranya seperti baru bangun tidur, ketiduran ya?" cerocos Hannah

"Ini Danira ada di sini, ini Papa speaker, biar Danira bisa mendengar suaramu, Han."

"Halo Han, bagaimana kabarmu, dan keluarga di sana?" tanya Danira. Suaranya juga terdengar serak.

"Kamu bangun tidur, Ra? Suara kamu, dan Papa sama-sama serak, Jangan-jangan... apa kalian tidur berdua? Asik! Aku akan punya adik!" sorak Hannah kegirangan

Danira menatap Hajun wajahnya yang merah padam.

"Jangan asal bicara deh, Han."

"Kok asal bicara, sih. Kalian kan suami istri, wajar dong tidur berdua. Yang tidak wajar itu, kalau tidur nya pisah kamar!" ucapan Hannah kembali sukses membuat wajah Danira merah padam.

Matanya melirik Hajun yang merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Mata Hajun terpejam seperti tertidur. Danira pindah duduk ke sofa di dekat jendela.

Hannah, dan Danira lama sekali mengobrol di telpon.

Usai Hannah menutup telpon, Danira menatap Hajun yang tertidur. Danira merasa bingung.

"Dibangunkan atau tidak ya?" pikir Danira.

Danira berjalan ke arah meja rias, ia menatap dirinya di cermin. Baru ia menyadari kancing bajunya sudah terbuka.

Matanya melebar saat melihat banyaknya bekas kecupan Hajun di atas bahu, dan dadanya.

Namun, tiba-tiba, Hajun sudah berdiri di belakangnya. Hajun memeluk erat perutnya, lalu menciumi tengkuknya, dan merabai dadanya. Dan, tangan Hajun Mulai membuka baju Danira.

"Danira, Danira, kamu mengigau!"

Danira terlompat bangun. Ternyata cuma mimpi. Danira tertidur di atas sofa, karena Hajun tidur di atas ranjangnya. Mata Danira seketika mengerjap.

Mukanya kembali merah karena barusan memimpikan Hajun.

"Pindah ke ranjang tidurnya, aku mau kembali ke kamarku." ucap Hajun.

Danira seketika berdiri, kepalanya mengangguk pelan. Hajun meraih kepala Danira, dipegangnya dagu Danira. Cup

Dikecupnya bibir Danira lembut.

"Selamat malam, selamat tidur." Hajun melepaskan wajah Danira, lalu melangkah ke luar kamar.

"Hhh... malam ini, si Oppa benar-benar aneh. Mau dibilang cemburu, tidak mungkin. Cemburu itu tanda cinta, si Oppa saja tidak pernah bilang cinta, jadi mana mungkin cemburu, membingungkan...." gumam Danira dalam hati.

Danira merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia berusaha untuk tidur.

***

Selesai sholat subuh, Danira hendak turun ke lantai bawah, untuk membantu bibi di dapur. Ia melihat Hajun ke luar dari ruangan olah raga di samping kolam renang.

Hingga sesaat kemudian, Hajun sudah rapi dengan jas, dan dasinya.

Hajun duduk dengan kopi susu di atas meja makan, dan koran di tangannya lalu Hajun melipat korannya saat melihat kehadiran Danira.

"Kamu gak kuliah?" Hajun bertanya pada Danira yang dilihatnya masih menggunakan baju rumahan.

"Agak siangan nanti, Om." jawab Danira

"Jam berapa? Biar nanti supir kantor yang antar jemput kamu."

Danira ingin menolak, tapi ia takut Hajun marah

"Jam 11, Om."

"Ya sudah, kamu tunggu saja di rumah nanti."

"Iya, Om."

*********

*********

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!