Danira merasa gerah, meski sudah jam sepuluh malam, tapi gerahnya luar biasa.
"Mandi malam gak papa, sesekali kali ya." batin Danira sambil melangkah ke kamar mandi
Setelah mandi, Danira berdiri di depan cermin sambil menyisir rambut panjangnya. Badannya masih berlilitkan handuk.
"Danira!" tiba-tiba Hajun muncul di ambang pintu yang memang tidak dikunci.
Danira terpekik kaget, ia mencengkram erat ujung handuk di dadanya.
"Iishh, Om... ketuk dulu bisakan!"
Mata Hajun menatap dalam tubuh Danira yang hanya terbungkus handuk dari dada sampai di atas lutut.
Hajun melangkah mendekati Danira membuat Danira mundur ke belakang. Danira membalik tubuhnya membelakangi Hajun.
"Iih... Om mau apa? Aku malu nggak pakai baju!"
Bukan menjawab Hajun malah memeluk bahu dan perut Danira.
"Mau bikin adik buat Hannah." Hajun memeluk Danira di depan cermin.
Danira masih mencengkram ujung handuk di dadanya
"Om ...."
"Ehmmm...." gumam Hajun yang bibirnya asyik mengecup bahu dan leher Danira.
Tangannya masih melingkar di bahu dan perut Danira.
"Kita kok kaya kopi sama susu ya, Om."
Hajun mengangkat kepalanya. "Apanya?"
Danira menunjuk lengan putih Hajun yang memeluk bahunya.
"Ini susunya."
Lalu menunjuk lengannya sendiri yang masih mencekal ujung handuk di dadanya.
"Ini kopinya." Ucapan Danira membuat Hajun tergelak
"Dasar bocah kecil dekil disaat seperti ini malah melucu, Mungkin benar kata orang. Punya istri jauh lebih muda bisa bikin awet muda." Batin Hajun
Hajun membalikan tubuh Danira agar menghadap ke arahnya.
"Tapi kopi yang ini istimewa, manis rasanya, pelan tapi pasti membuat kecanduan."
"Iiih... Om gombal deh!" rajuk Danira.
"Benar... nih di sini manis"
Cup....
Hajun mengecup kening Danira.
Cup....
Giliran hidung Danira.
"Manis juga."
Cup....
Pipi Danira.
"Manis sekali, dan yang terakhir paling manis."
Hajun mencium bibir Danira, ciumannya panas dan ganas. Danira membalas tak kalah panasnya.
Dua tangan Danira melingkar dileher Hajun, ia sudah lupa dengan handuknya yang masih bertahan di dada karena jepitan tubuh mereka yang lekat.
Bibir Hajun pindah ke bahu dan leher Danira. Lalu merenggangkan sedikit pelukan mereka membuat handuk Danira jatuh dengan bebas kebawah kakinya.
Danira ingin menutupi dada dengan kedua tangannya, tapi terlambat. Hajun sudah menenggelamkan kepalanya di atas dada Danira.
Hingga kaki Danira seketika terasa lemas.
"Om...." panggil Danira manja.
"Hmmm...." jawab Hajun tanpa mengangkat kepalanya.
"Kakiku lemes, Om."
Hajun mengangkat kepalanya dari dada Danira. Ia mengangkat Tubuh polos Danira lalu ia baringkan di atas ranjang.
Saking malunya, tangan Danira menutupi dada dan bagian bawah tubuhnya dengan telapak tangan.
Hajun tertawa kecil. "Kenapa malu? Gak usah malu sama suami sendiri." ucap Hajun.
"Wajar malu, Om. Inikan malam pertama kita." jawab Danira manja.
"Jadi kamu sudah benar-benar siap untuk malam pertama?" goda Hajun.
"Siap sejak malam pertama pernikahan. Sayang pengantin prianya cuma menganggap sang pengantin wanita, sebagai sahabat anaknya."
Hajun kembali dibuat tertawa. "Nyindir nih ceritanya?"
"Om kesindir ya, padahal yang kuceritakan itu, Papanya sahabatku." goda Danira.
Hajun melepas celananya dan berhasil membuat Danira seketika menutup mata.
"Kenapa? Katanya sudah siap?"
"Nggak mau lihat, takut!"
"Kalau ngobrol terus, bikin adik buat Hannahnya kapan." ucap Hajun sambil mencium bibir Danira.
Ia membisikan sebaris doa di telinga Danira. Lalu Hajun mulai bergerak liar dengan seluruh anggota tubuhnya.
Membuat Danira seringkali memekik, bahkan sampai berurai air mata. Tapi, meski merasa sakit, Danira merasa sangat bahagia.
***
Pagi harinya Hajun mengecup kening Danira. Membuat Danira terbangun dan mengerjapkan mata.
"Maaf ya sayang, tadi malem aku udah kaya singa kelaparan. Maklum sudah hampir sembilan belas tahun puasa bercinta."
Danira menjaukan kepala dari dada Hajun, ia menatap Hajun tak percaya.
"Om sama Tante Donna?"
"Aku sama Donna? Ya Tuhan... meski aku asli korea, Danira. Bukan berarti aku bergaul bebas!"
"Tapi hari itu, Om sama Tante Donna di kamar Om...."
"Donna di kamarku, kapan?" Tanya Hajun kaget
"Hari pas saat Hannah kembali dari Jogja. Om nggak ke luar kamar seharian, aku yang mengantar makan siang Om ke kamar. Waktu itu, Om tengkurap di kasur, mata Om terpejam seperti tidur. Tante Donna duduknya dekat kepala Om. Pakaiannya terbuka sekali." jelas Danira panjang lebar.
"Tapi aku memang gak tau, Danira. Karena lembur sampai pagi, aku habis sarapan tidur lagi, baru bangun jam tiga. Gak tau ada Donna, sungguh!"
"Tante Donna jam dua udah pulang, waktu itu jadi, Om, sama Tante Donna nggak pernah... eeh... itu ....". Danira bingung sendiri mengatakannya.
Hajun menggeleng tegas. "Hhhh... tau begitu aku nggak akan menangis di bawah shower. Sampai sakit, sampai pingsan pula." gumam Danira.
"Apa? Jadi... ya ampun, Danira. Kamu cemburu?" tanya Hajun.
"Cemburu? Nggak, aku nggak cemburu." Danira membalikan badannya. Tapi dari ujung kaki sampai ujung kepala terasa sakit semua.
"Gara-gara Si Om nih. Tadi malem sampai tambah dua kali. Dari habis subuh, tambah lagi sekali. Kemaruk amat Si Om buka puasanya." ucap Danira dalam hati.
"Gak cemburu kok sampai nangis di bawah shower?" goda Hajun.
Tangannya membalikan tubuh Danira yang memunggunginya. Bibir Danira yang cemberut, membuat Hajun tertawa.
"Sana mandi, Om. Sarapan terus pergi ke kantor. Aku juga mau kuliah." Danira mendorong dada Hajun sambil berusaha untuk bangun.
"Yakin mau kuliah?" tanya Hajun.
Danira menganggukan kepala, ia berusaha bangun dari berbaringnya.
"Om... sakit semua, nggak bisa bangun...." Danira sudah meneteskan airmata.
Hajun meraih Danira kedalam pelukannya. "Hari ini gak usah kemana-mana, kita begini saja." ucapbHajun sambil memeluk Danira erat.
Danira mendongakkan wajahnya. "Tapi jangan minta lagi ya, Om... capek." rajuk Danira.
"Iya... gak lagi." jawab Hajun sambil mengecup kening Danira.
Tok ... tok... tok
"Tuan, Non, sarapan sudah siap." suara bibik dibalik pintu.
"Bawa ke sini saja, Bik. Kita sarapan di kamar saja!" Hajun berteriak dari atas ranjang.
Bibik di luar tersenyum. "Baik, Tuan."
"Sarapan di tempat tidur, sambil disuapi suami enak juga." pikir Danira sambil senyum.
Danira duduk dengan menjepit tepi selimut di antara ketiak, untuk menutupi tubuhnya yang tanpa pakaian. Hajun menatap wajah Danira.
"Kenapa senyum-senyum?" tanya Hajun.
"Hah... siapa yang senyum, orang lagi mengunyah." jawab Danira.
Setelah selesai sarapan.
"Tidur lagi boleh ya, Om?"
"Masih ngantuk ya?"
"Ngantuk sekali, pegal sekali, capek sekali." jawab Danira sambil masuk ke bawah selimut.
"Ya udah tidur saja, aku ke ruang kerja ya."
Danira mengangguk lalu ia memejamkan matanya.
"Sebentar saja, cuma mengambil laptop"
Beberapa saat kemudian Hajun sudah kembali ke kamar Danira dengan membawa laptopnya. Ia duduk sambil menghadap laptop.
Lalu mengaktifkan ponselnya yang sejak semalam dinonaktifkan. Ia takut terganggu lagi dimalam pertamanya.
Drrttt... drrrtt
Baru saja menyala ponselnya sudah bergetar.
"Hannah ...." gumam Hajun.
"Iya, Han?"
"Ya ampun, Papa... kenapa ponsel Papa sama Danira nggak aktif?"
"Ada apa?"
"Daniranya mana, kuliah nggak sih? Jam segini kok belum datang, Pa?"
"Danira-nya masih tidur, Han. Dia gak bisa kuliah hari ini."
"Kenapa? Danira sakit, Pa??"
"Iya... sakit gara-gara kamu!"
"Gara-gara aku... maksud, Papa?"
"Iya, gara-gara kamu minta adik, dia jadi sakit."
"Maksud, Papa?" Hannah menjauh dari Shaka dan Arvin yang sedang bersamanya.
Tiba-tiba Hannah tersadar sesuatu.
"Ya Tuhan... Papa sama Danira udah. Yes aku nggak sabar pengen cepat pulang!"
Suara Hannah sedikit ditekannya, ia takut didengar Arvin dan Shaka.
"Mau apa cepat pulang?"
"Mau mendengar cerita malam pertama!"
"Ngomong apa kamu, Han?"
Hannah yakin kalau Papanya saat ini ada di depannya, pasti sudah menjentik keningnya. Hannah terkekeh pelan.
"Ya sudah, Pa, salam buat Danira, sampaikan ucapanku, i love u so much, begitu ya. Bye, Papa!"
"Bye My Princess."
************
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
N Wage
lah!!!gak pake AC kamarnya?orang kaya loh ini.
2024-10-12
0
ellasarniaa
ditunggu kelanjutannya thor 🫶
2024-07-16
1