Akhirnya Hannah pergi diantar supir, dengan mobilnya. Danira membereskan bekas sarapan mereka, sambil sesekali batuknya masih terdengar.
Hajun melangkah mendekati Danira.
"Biar aku yang kerjakan, kamu istirahat saja di kamar." Hajun hendak meraih tumpukan piring dari tangan Danira, Namun Danira seketika menolaknya.
"Gak papa, Om, biar aku saja." jawab Danira seraya melangkah menuju dapur membawa piring kotor.
Danira mencuci piring dengan posisi membelakangi Hajun. Hajun menatap tubuh Danira dari belakang tubuh Danira.
Matanya menyapu bagian leher Danira yang jenjang, yang terasa sangat menggodanya, meskipun kulitnya tidak putih, ingin sekali rasanya Hajun mencium leher Danira.
Hajun perlahan mendekati Danira, kedua tangannya merangkul Danira dari belakang, tangannya melingkari bahu, dan perut Danira.
Dipeluk erat bahu dan perut Danira, dibenamkan wajahnya di tengkuk Danira, yang sedari tadi terasa mengundangnya, untuk memberikan stempel kepemilikannya di sana.
Bibir Hajun menghisap pelan tengkuk Danira, membuat tubuh Danira seketika gemetar.
"Om... Om, Om melamun?" jari dingin Danira yang bekas terkena air, terasa menyentuh lengannya, sehingga menyadarkan Hajun dari khayalannya.
Hajun mengutuk dirinya sendiri, karena sudah tidak tahu malu, membayangkan mencium, dan memeluk Danira.
"Sebaiknya kamu istirahat, Danira. Aku mau ke kamarku dulu." Hajun bergegas pergi, dan berusaha menutupi rasa malunya, karena sempat membayangkan yang tidak-tidak bersama Danira tadi.
***
Danira pergi ke halaman samping rumah, sambil membawa segelas besar es jeruk, dan satu toples besar kue kering.
Dilihatnya Ujang, tukang kebun Hajun, yang merupakan saudara dari Pak Asep, supir Hannah, tengah menata tanaman.
"Minum dulu, Jang!" Danira melambaikan tangannya pada Ujang.
Ujang tersenyum, dan mengangguk, lalu berjalan menghampiri Danira.
"Makasih, Non," jawabnya dengan perasaan sungkan.
"Panggil saja Danira, Jang, kita seumuran kok." Ucap Danira sambil duduk di kursi teras samping.
Dihari biasa, Ujang hanya bekerja paruh waktu karena masih SMA, kalau hari minggu begini, baru kerja full seharian.
Orang tua Ujang tinggal di kampung, di Jakarta, dia tinggal bersama Pak Asep. Tubuh Ujang tinggi, badannya tegap, wajahnya ganteng, sikap, dan bicaranya selalu sopan.
"Tidak, Non, tidak enak kalau cuma panggil nama saja." jawab Ujang seraya menggelengkan kepala pelan.
"Tidak enak kenapa, Jang?" Tanya Danira bingung sampai keningnya berkerut.
"Tidak apa-apa, Non, rasanya kurang sopan saja," jawab Ujang lagi.
Danira berdiri dari duduknya, lalu mengambil selang air di pojok taman.
Danira mulai menyirami tanaman, sementara Ujang duduk sebentar untuk meminum es jeruk yang dibawakan Danira tadi.
Setelah minum, dan memakan beberapa keping biskuit, Ujang meneruskan pekerjaannya memotong rumput, dan merapikan tanaman yang ada di taman kecil itu.
Mereka berdua terlibat percakapan seru, karena pembawaan keduanya yang mudah bergaul.
Sesekali terdengar tawa riang mereka, saat mereka bertukar cerita lucu yang pernah mereka alami.
Hajun yang berada di kamarnya, di lantai dua, melongok ke bawah dari jendela kamarnya.
Dilihat Danira tengah menyiram tanaman, sedangkan Ujang memotong rumput di taman yang tepat berada di bawah jendela kamarnya.
Hajun cepat turun ke bawah, terdengar di telinganya tawa riang Danira dan Ujang dari taman.
"Danira!" panggil Hajun, yang berdiri di ambang pintu teras samping.
Danira dan Ujang sama-sama menatap ke arah pintu.
Ujang menganggukan kepala ke arah Hajun. Hajun tidak merespon anggukan kepala Ujang.
Cepat Danira melepas selang di tangannya dan mematikan kran air.
"Sebentar ya, Jang." ucapnya kepada Ujang.
Ujang hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Ya, Om, ada apa?" tanya Danira setelah berdiri di hadapan Hajun.
"Ganti bajumu, kita makan siang diluar hari ini." Ucap Hajun.
Danira terdiam di tempatnya, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya dari mulut Hajun.
"Danira, kamu denger saya kan?" tanya Hajun tajam.
“Eeh…iya…iya, Om.” Danira tergagap.
"Dua puluh menit." Ucap Hajun sambil naik ke atas menuju kamar tidurnya.
Diiringi Danira yang melangkah menguntit di belakangnya.
Danira mandi sebentar, lalu memakai Jeans panjang berwarna biru dan kaos polos berwarna putih.
Rambut panjangnya ia biarkan tergerai, Danira juga memakai bedak, dan lipstik dengan warna bibir, Dipakai sepatu flat warna hitam, plus tas slempang kecil berwarna senada.
Saat tiba di ruang tamu, terlihat Hajun sudah menunggunya. Hajun terlihat memakai setelan, yang hampir sama dengan Danira. Padahal mereka sama sekali tak janjian.
Jadilah mereka berpakaian bak remaja yang tengah memakai baju couple.
"Oppa korea, ganteng sekali, dan terlihat lebih muda dari usianya, yang hampir empat puluh tahun." batin Danira.
Hajun menatap Danira dari ujung kaki sampai ke ujung rambutnya.
Yang ditatap jadi mengkerut cemas, Danira takut penampilannya mengecewakan Hajun.
"Ayo! Kita sekarang jadi seperti remaja yang akan pergi kencan dengan pakaian hampir sama seperti ini." Hajun berjalan menuju garasi diiringi langkah Danira di belakangnya.
Di dalam mobil, Hajun benar-benar terlihat sangat santai.
"Bagaimana kuliah kalian?" tanya Hajun membuka percakapan, untuk menghapus keheningan di antara mereka berdua.
"Alhamdulillah lancar, Om," jawab Danira, tanpa menoleh pada Hajun, matanya tetap lurus menatap ke depan, ke arah jalan yang akan mereka lewati.
"Betah tinggal di rumah saya?" tanya Hajun lagi.
"Alhamdulillah betah, Om." jawab Danira lagi.
Hajun memandang Danira dengan perasaan jengkel di hatinya, karena mendengar jawaban Danira yang singkat.
Mobil yang mereka tumpangi berhenti didepan sebuah warung sederhDanira, yang menyediakan soto dan sup sapi.
WARUNG SOTO DANIRA
Mulut, dan mata Danira menganga lebar, Ia merasa nama warung ini sama seperti namanya. Hajun dan Danira keluar dari mobil.
Hajun menggenggam jemari Danira dan membawanya masuk ke dalam warung itu.
"Danira!" Seru sebuah suara yang sangat dikenal Danira, suara Ibunya.
"Ibu!" Danira terperangah melihat ibunya.
Bu Rania memeluk Danira dengan erat, ada kerinduan di dalam hatinya.
"Ibu, kenapa di sini, Ibu kerja di sini?" tanya Danira bingung.
Bu Rania menyeka air mata, yang jatuh dengan sendirinya, karena perasaan bahagia yang tengah melanda.
"Suamimu yang membelikan tempat ini dan juga memberikan uang untuk modal usaha kami, untuk memulai usaha kami di sini." jawaban Bu Rania membuat Danira terperangah tidak percaya.
Danira menatap Hajun, Ia tidak menyangka Hajun memberi perhatian sebesar ini pada keluarganya.
"Kamu ngobrol sama Ibu dulu ya, aku mau bantu Bapakmu melayani pembeli." Ucap Hajun, sebelum melangkah pergi meninggalkan Danira, dan mendekati Pak Burhan untuk membantu mengantarkan pesanan pembeli.
"Kamu mau makan soto, sup, atau masakan Ibu, ada sayur asem dan ikan asin sama sambel terasi?" tanya Bu Rania.
"Masakan Ibu saja." jawab Danira riang.
"Kalau begitu kita naik ke atas saja, ajak suamimu. Kami sementara tinggal di sini, menunggu rumah kita selesai dibangun." Ucap Bu Rania
"Dibangun? Maksud Ibu direnovasi?" tanya Danira bingung.
Bu Rania menggeleng
"Rumah kita sudah diratakan kemarin, jadi mulai besok akan dibangun ulang. Semua suamimu yang melakukannya." Ucap Bu Rania, seraya menatap Hajun yang masih sibuk ikut membantu melayani pembeli.
Danira benar-benar kaget mendengar apa yang diceritakan ibunya. Begitu banyak keluarga mereka berhutang pada Hajun ternyata.
Entah bagaiamana mereka akan membayarnya nanti.
Danira mendekati Pak Burhan yang masih sibuk melayani pesanan pembeli lalu mencium tangan Bapaknya.
"Bapak...." Danira menyapa Pak Burhan dengan suara pelan.
Pak Burhan tersenyum ke arah Danira.
"Kamu bisa bantu Bapak?" tanya Pak Burhan.
"Eh, Bapak, Danira itu mau makan siang dulu." sergah Bu Rania.
"Oh ya sudah, ajak suamimu sekalian." Ucap Pak Burhan
Danira mendekati Hajun yang tengah membantu mengangkat mangkok kotor ke tempat cuci.
"Om, kita ke atas, makan siang dulu." Ucap Danira pelan.
Hajun mengangguk.
"Kamu duluan, nanti aku menyusul." jawab Hajun.
Danira mengangguk, lalu lebih dulu naik ke lantai atas.
Ibunya tengah menyiapkan makan siang untuk mereka di meja makan.
********
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Diana Resnawati
hajun baik bangeut👍
2024-10-29
0
N Wage
mau tanya thor...maaf,apakah kamu pernah menulis cerita ini di aplikasi novel lain?
2024-10-11
0