"Saya harap kalian bisa fokus membaca proposal tersebut. Menurut pendapat kalian berapa kira-kira dana yang harus kita keluarkan membangun sebuah resort disana." kata Sean dengan wajah datar.
"Menurut saya kita akan mengeluarkan modal yang cukup besar untuk pembangunan resort ini, Tuan. Namun, disisi lain tawaran bagi hasil keuntungan yang ditawarkan cukup menggiurkan. Perkiraan saya kita akan mengeluarkan dana sekitar 15- 20 juta Euro" kata Charles setelah membaca proposal yang dibagikan oleh Harry.
"Selain itu, lokasi proyek ini cukup bagus dijadikan resort. Meskipun lokasinya berada jauh dari lingkungan penduduk. Namun, keindahan pemandangan yang disuguhi cukup menarik untuk dikunjungi. Para pengunjung tidak akan merasa rugi mengeluarkan biaya besar berlibur disana karena alam sekitar masih alami." lanjut Charles.
"Bagaimana dengan pendapat yang lain?"tanya Harry menatap satu persatu karyawan yang ada di dalam ruangan meeting.
"Sepertinya pendapat Charles cukup masuk akal, Tuan. Dalam berbisnis mungkin ada keuntungan dan kerugian yang harus kita tanggung. Meskipun kita harus mengeluarkan dana yang cukup besar di awal." jawab Theresia mengemukakan pendapatnya.
"Sebagai karyawan yang sangat kompeten di bidang pemasaran. Kami akan memberikan kinerja terbaik kami dalam mempromosikan resort ini. Saya kira kita membutuhkan waktu selama 2 tahun mempersiapkan semuanya hingga proyek ini selesai." lanjut Theresia.
"Masing-masing divisi memiliki tugas masing-masing mengambil bagian dalam menyelesaikan proyek ini. Saya sudah membagi tugas kalian di belakang proposal yang kalian terima." kata Sean menatap datar kearah para karyawan.
"Tuan James! Siapkan rincian anggaran yang kita butuhkan untuk proyek ini sebelum hari Jumat. Saya memberikan Anda waktu selama 3 hari. Selain itu, saya ingin Charles ikut dengan saya menjadi perwakilan tim melakukan perjalanan dinas ke Korea Jumat malam." tambah Sean sebelum keluar dari ruangan meeting.
"Baiklah. Rapat hari ini sampai disini. Kalian bisa kembali ke divisi masing-masing." kata Harry sebelum mengikuti langkah Sean keluar dari ruangan meeting.
Sean melangkah menuju lift. Ia berdiri didepan lift sembari membaca beberapa email yang masuk ke ponselnya. Beberapa saat kemudian lift terbuka. Secara tiba-tiba Daniella keluar dari lift dan menubruk Sean hingga membuat ponsel Sean jatuh ke lantai.
"Maaf, Tuan. Saya tidak sengaja." kata Daniella mengambil ponsel Sean yang terjatuh ke lantai.
"Apa kau punya mata!" ketus Sean sembari mengambil ponselnya dari tangan Daniella dengan kasar.
"Sean..."
Sean berlalu begitu saja masuk ke dalam lift. Dia sama sekali tidak memperdulikan Daniella.
Disaat itu juga Theresia menghampiri Daniella.
"Nona. Mengapa Anda datang telat. Rapat sudah selesai 2 menit yang lalu. Tuan Arnold tidak akan melepaskan Anda begitu saja karena tidak menghadiri rapat dadakan hari ini." kata Theresia dengan wajah serius.
"Aku terkena macet setelah mendaftar kedua anakku di Art School, Theresia." jawab Daniella dengan jujur.
Tiba-tiba Harry memotong pembicaraan mereka.
"Nona, Tuan muda meminta Anda bergabung dengan tim yang ikut melakukan perjalanan dinas Jumat malam. Anda harus menyiapkan kamera dan tripod sebagai media dokumentasi." kata Harry dengan wajah ramah.
"Baiklah." jawab Daniella dengan wajah terpaksa.
Malam harinya di kediaman Daniella. Semua keluarga besarnya sedang berkumpul di ruang tamu sembari menonton TV.
"Ma, Pa. Sepertinya aku akan melakukan perjalanan dinas ke Korea selama beberapa hari. Aku ingin menitipkan kedua anakku kepada kalian." kata Daniella menatap kedua orang tuanya.
Danil sedikit terkejut mendengar perkataan putrinya. Entah mengapa tiba-tiba raut wajahnya berubah sedih.
Xia menggenggam tangan suaminya dan berkata dengan lembut kepada Daniella.
"Apa kamu sudah berbicara kepada kedua anakmu?" tanya Xia.
"Belum, Ma."
"Jangan sampai hal ini membuat mereka sedih. Bukankah kamu sudah berjanji akan mengajak mereka jalan-jalan setiap hari weekend."
"Baiklah. Aku akan memberitahu hal ini kepada mereka. Kalau begitu Ella mau membersihkan diri dulu sebelum menemui mereka." kata Daniella sebelum melangkah ke kamarnya.
1 jam kemudian. Daniella keluar dari kamarnya dan melangkah ke kamar kedua anaknya.
Tok
Tok
Tok
"Apa Mommy menganggu istirahat kalian?" tanya Daniella dari luar kamar.
Ceklek
Pintu dibuka dari luar. Zayan tersenyum hangat menatap wajah segar ibunya.
"Kami pikir Mommy lembur." kata Zayan mempersilahkan ibunya masuk ke dalam kamar. Xavi terlihat asik membaca buku sembari mendengarkan musik menggunakan headset bluetooth.
Xavi menghentikan aktivitasnya saat melihat kedatangan ibunya.
"Mommy..." sapa Xavi tersenyum tipis.
"Mommy ingin berbicara dengan kalian berdua." ujar Daniella memanggil kedua anaknya agar turun dari tempat tidur dan duduk di sofa.
Xavi turun dari tempat tidur dengan patuh.
"Begini... Mommy akan melakukan perjalanan bisnis beberapa hari ke Korea. Minggu ini Mommy tidak akan bisa menemani kalian liburan di hari weekend. Mommy akan meminta kakek dan nenek atau Uncle Zayn yang menemani kalian jalan-jalan." kata Daniella membuat Zayan sedih. Sementara Xavi terlihat tak berekspresi mendengar perkataan ibunya.
"Mommy juga sudah mendaftarkan kalian berdua di Art School. Mulai Minggu depan kalian akan belajar di taman kanak-kanak. Mommy tidak ingin kalian hanya berdiam diri di rumah tanpa bersosialisasi dengan anak seusia kalian."
Kedua hanya bisa mengangguk dengan patuh.
"Baiklah, Mom." kata keduanya dengan kompak.
"Apa kalian sudah makan malam?" tanya Daniella mengelus kepala kedua anaknya.
"Sudah, Mom." jawab mereka kompak.
"Baiklah. Kalau begitu kalian sudah bisa beristirahat. Mommy tidak akan menganggu istirahat kalian." kata Daniella.
Xavi dan Zayan melangkah ke arah tempat tidur beristirahat.
Daniella tersenyum tipis melihat sikap penurut kedua anak kembarnya.
Daniella menyelimuti keduanya sebelum mematikan lampu dan keluar dari kamar anak kembarnya.
Setelah Daniella keluar. Zayan turun dari tempat tidur dan menghidupkan lampu tidur.
"Xavi. Bukankah lebih baik kita mendaftar Mommy di situs kencan buta agar tidak terlalu fokus dengan pekerjaannya. Jika Mommy menikah, Mommy tidak perlu menjadi tulang punggung keluarga lagi." celetuk Zayan membuat Xavi menghela napas panjang.
"Apa kau tidak takut Mommy marah besar. Bukankah Mommy sangat mencintai Daddy makanya betah menjanda sampai hari ini." sahut Xavi dengan mata terpejam.
"Tapi aku lebih suka melihat Mommy berdiam diri di rumah merawat kita. Meskipun ada kakek, nenek dan Uncle Zayn yang selalu ada menemani kita. Tapi aku lebih nyaman dan tenang saat bersama Mommy." balas Zayan mengungkapkan perasaannya.
"Zayan, jangan egois. Mommy merupakan tulang punggung keluarga. Mommy harus bekerja keras memenuhi kebutuhan kita." sahut Xavi menatap adiknya dengan tajam.
"Bukankah kau selama ini bekerja secara diam-diam dan memiliki tabungan rahasia tanpa sepengetahuan kami! Uang itu sangat cukup memenuhi kebutuhan kita. Bahkan Mommy bisa menggunakan uang itu memulai bisnis sendiri." celetuk Zayan dengan wajah cemberut.
"Zayan! Tutup mulutmu! Aku tidak ingin Mommy mengetahui hal ini!" sentak Xavi dengan wajah dingin.
"Xavi, mengapa kau memarahi ku?" tanya Zayan dengan mata berkaca-kaca.
Xavi menghiraukan pertanyaan adiknya. Ia malah berbaring menyamping dan tidur membelakangi adiknya.
Hiks
Hiks
Hiks
Zayan tiba-tiba menangis saat Xavi mengacuhkannya.
"Mengapa kau menangis?" tanya Xavi memeluk adiknya.
"Kau memarahi ku dan mengacuhkan ku." kata Zayan dengan suara serak.
"Berhentilah bersikap egois. Bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga adalah pilihan Mommy. Menjadi orang tua tunggal untuk kita berdua adalah pilihan Mommy. Tidak menikah untuk kedua kalinya adalah pilihan Mommy. Jadi, jangan coba-coba bersikap egois dan memaksa Mommy menikah dengan pria yang tidak dicintainya." nasehat Xavi dengan bijak. Ia menghapus air mata yang membasahi pipi adiknya.
Zayan memeluk Xavi dengan hangat. Ia begitu menyayangi kembarannya hingga tidak betah berlama-lama bermusuhan.
"Aku sangat beruntung memiliki kembaran seperti mu."ujar Zayan memejamkan kedua matanya membuat hati Xavi tersentuh.
"Aku juga beruntung memilikimu, Zayan." jawab Xavi ikut memejamkan kedua matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Uthie
masih panjang nii kayanya soal ayah kandung si kembar terungkap 😁😁
2024-07-12
0