Sean kembali ke apartemennya dengan wajah lelah dan kusut. Ia lebih banyak melamun dan memikirkan hubungannya yang telah kandas beberapa jam yang lalu.
Tak beberapa lama terdengar suara panggilan masuk dari nomor Karina. Sean dengan cepat menjawab panggilan telepon dari ibunya saat melihat nomor kontak Karina yang menghubunginya.
"Halo Madre. Apa Madre merindukanku." gurau Sean dengan suara serak. Ia tahu kalau Karina pasti sudah tahu mengenai kabar kepergian Daniella dan pembatalan pernikahan mereka.
Alih-alih menjawab pertanyaan putranya. Karina malah bertanya mengenai keadaan putranya. "Are you okey, Son?" tanya Karina dengan suara lirih.
Karina tahu seberapa cinta Sean kepada Daniella. Hingga tanpa pikir panjang saat Sean mengutarakan keinginannya melamar Daniella. Karina dan Ocean langsung setuju dengan niat baik putranya. Mereka juga yakin kalau Daniella adalah wanita yang baik. Namun wanita itu malah menyakiti hati putra mereka.
Hiks
Hiks
Hiks
"Dia pergi, Madre.... " lirih Sean dengan suara parau.
"Nak. Jangan menangisi wanita yang tidak bisa menghargai perasaan mu. Madre yakin masih banyak wanita baik diluar sana." nasehat Karina dengan bijak. Walaupun sebenarnya Karina ikut sedih mendengar kepedihan dibalik suara parau putranya.
Tak beberapa lama. Oscar membuka pintu apartemen Sean dari luar. Ia melihat Sean menangis meringkuk di sudut kamar apartemen yang selama ini ditempatinya. Untuk pertama kalinya Oscar melihat sisi rapuh saudara kembarnya.
"Kak!" panggil Oscar dengan cepat memeluk tubuh lemah saudara kembarnya.
"Dia mengakhiri pertunangan kami secara sepihak tanpa memikirkan perasaanku, Oscar. Betapa malangnya nasibku. Aku benar-benar mencintai Daniella. Dia perempuan satu-satunya yang berhasil meluluhkan hatiku." lirih Sean mencurahkan isi hatinya kepada Oscar.
Oscar mengepalkan kedua tangannya mendengar curahan hati Sean. Ia benar-benar benci dengan orang-orang yang berani menyakiti anggota keluarganya.
Mungkin Oscar tidak akan melepaskan Daniella begitu saja setelah membuat Sean rapuh dan merasa kehilangan begitu dalam.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun. Oscar menepuk punggung saudara kembarnya dengan lembut agar merasa lebih tenang.
"Lebih baik kita kembali ke Italia. Aku tidak tenang membiarkanmu tinggal sendirian dalam keadaan rapuh begini." ujar Oscar dengan suara lirih.
Meskipun Oscar memiliki sifat yang sangat cuek. Namun hatinya sangat mudah iba saat melihat keluarganya bersedih.
Oscar akhirnya meminta izin kepada Kimberly kembali ke Italia setelah sebulan satu Minggu pernikahan mereka. Kimberly mengizinkan suaminya kembali ke Italia dengan syarat. Oscar harus selalu memberi kabar padanya.
Selama seminggu lebih Sean di Italia sebelum memutuskan kembali ke Amerika karena tuntutan pekerja. Saat kembali bekerja tanpa sengaja Sean mendengar kabar kalau Daniella telah resign dari pekerjaannya beberapa hari lalu.
Kabar itu membuat Sean semakin terluka. Namun, Sean berusaha menguatkan hatinya saat mengingat pesan keluarganya agar tidak terlalu memikirkan Daniella.
Tak terasa 7 bulan berlalu setelah pertunangan mereka berakhir. Sean akhirnya mulai bisa menerima kepergian Daniella. Sena menjalani hari-harinya seperti biasanya. Pergi bekerja dan melakukan semua pekerjaannya dengan sempurna. Hingga atasannya mempromosikan Sean sebagai kepala penelitian di salah satu perusahaan tekstil besar di China.
"Mereka sudah mengeluarkan dana yang cukup fantastis untuk mengembangkan produk ini. Ku harap kau bisa memberikan masukan sebagai pemimpin kepada para bawahan mu. Kinerja mu selama ini sangat memuaskan. Jadi, aku memutuskan merekomendasikan mu. Kau akan tinggal disana selama 1 bulan. Aku sudah menyiapkan rumah dan seorang maid yang akan bekerja di kediaman mu." kata seorang pria paruh baya yang menjawab sebagai kepala laboratorium di tempat Sean bekerja.
Sean sebenarnya tidak ingin menerima tawaran atasannya. Namun untuk mengembangkan karirnya sebagai seorang ahli kimia. Sean akhirnya memutuskan berangkat ke China sendirian tanpa sepengetahuan keluarga besarnya.
"Selamat datang lembaran baru. Selamat tinggal masa lalu."
#
#
Beijing, China
Sean masuk ke dalam salah satu rumah minimalis yang dibangun di kawasan elit para petinggi pemerintahan. Sean cukup terkesan dengan interior design rumah yang akan dia tempati.
Sean mengistirahatkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah mengudara selama beberapa jam. Tanpa sadar Sean akhirnya tertidur lelap.
Tepat pukul 10 malam di Beijing. Sean mendapatkan panggilan telepon dari ibunya. Sean dengan cepat membuka kedua matanya dan mengangkat panggilan telepon dari Karina.
"Halo, Madre."
[Halo, Sayang. Apa kamu sudah makan?] tanya Karina dengan suara lembut.
Kriuk
Kriuk
Kriuk
Perut Sean tiba-tiba berbunyi hingga membuat Karina tersenyum tipis di seberang sana.
[Jangan lupa makan, Nak. Jangan buat Madre khawatir.] nasehat Karina membuat Sean merasa bersalah.
"Maafkan Sean Madre. Sean baru saja tiba di Beijing karena urusan pekerjaan. Profesor Alberto mengirim Sean kesini selama sebulan untuk mengembangkan produk baru perusahaan tekstil milik pemerintah."
[Apa kamu tidak lelah. Jika kamu merasa lelah lebih baik kembali ke Italia dan pimpin perusahaan kita yang ada di Indonesia. Lagian Oscar akhir-akhir ini lebih sering ke Amerika ketimbang ke Indonesia.]
"Sean lebih senang bekerja seperti ini Madre. Biarkan Oscar yang meneruskan perusahaan Gultom." jawab Sean dengan penuh keyakinan. Ia tidak terlalu suka dengan bisnis. Ia lebih suka tinggal di laboratorium selama berjam-jam untuk melakukan penelitian.
[Baiklah. Jangan lupa makan. Madre mencintai mu sayang.] ujar Karina sebelum mengakhiri panggilannya.
Sean akhirnya beranjak dari tempat tidur dan memperhatikan sekitarnya beberapa saat sebelum melangkah menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi. Sean memutuskan keluar mencari makan malam meskipun jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Saat berada di garasi. Sean melihat sebuah motor sport terparkir rapi disana dengan kunci yang masih menempel. Sean langsung menunggangi motor itu dan melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
Tak beberapa lama. Sean tiba-tiba di salah satu restoran terbaik di Beijing. Dengan pakaian casual Sean melangkah masuk ke dalam restoran hingga membuat beberapa pasangan mata menatap pria itu dengan tatapan kagum.
"Berikan aku steak dan makan terenak di restoran ini." ujar Sean kepada salah satu pelayan yang menghampirinya.
Saat mengamati interior di dalam restoran itu. Tanpa sengaja manik matanya melihat seorang wanita yang sangat familiar di mata Sean. Sean tiba-tiba berdiri dari duduknya dan melangkah menuju kearah kepergian wanita itu.
Sean bersembunyi di balik pintu sembari menguping pembicaraan wanita itu.
"Bagaimana keadaan Mama?" tanya wanita itu dengan suara serak. Jika wanita itu tahu kalau kepulangan mereka akan membawa petaka. Maka wanita itu lebih baik tidak kembali ke China bersama ibunya.
"Keadaannya sudah kembali stabil. Namun kita tidak tahu kapan dia akan bangun dari tidurnya." jawab seorang pria dari seberang sana.
"Lakukan yang terbaik untuk kesembuhan Mama. Aku yang akan mengumpulkan biaya rumah sakit Mama." kata wanita itu sebelum mengakhiri panggilannya. Wanita itu kemudian mencuci wajahnya sebelum keluar dari toilet.
Sean menatap kepergian wanita itu dengan tatapan tajam dan penuh kebencian.
Sean kembali ke tempat duduknya dan menunggu makanannya dihidangkan oleh pelayan. Hingga tak beberapa lama seorang pelayan mengantar makanan pesanan Sean.
Sean berdehem pelan sebelum mengeluarkan ponselnya. "Apa kau mengenali wanita ini?" tanya Sean dengan wajah datar.
"Ya. Dia adalah karyawan baru di restoran ini. Nona Ella menjabat sebagai manajer di restoran ini." jawab pelayan itu saat mengenali sosok wanita yang ada di galeri foto ponsel Sean.
Pelayan itu berlalu dari sana setelah menjawab pertanyaan Sean. Sean memutuskan kembali ke rumah yang ditempatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Nadiyah1511
kenapa ga d cari tau dulu Sean kenapa dia pergi
2024-06-25
0