Nada Cinta Untuk Luna
#1
Sorot mata Mama dan Anak itu saling bertabrakan, keduanya sama sama keras dan tak ingin mengalah. Yang satu ingin tetap mempertahankan hubungan, dan yang lain ingin agar hubungan tanpa kejelasan itu segera berakhir.
Adalah Mama Melinda Istri dari Mendiang Sergio Abimana, sekaligus Mama dari Sergio Nathan dan Sergio Rian.
“Mau kamu pertahankan berapa lama lagi?”
Nathan terdiam seribu bahasa, hubungannya dengan Luna memang sudah cukup lama tanpa ada kejelasan. Entah Nathan yang terlalu mencintai Luna, atau Luna yang belum mampu melupakan cinta pertamanya, hingga membuatnya ragu untuk segera melangkah ke jenjang selanjutnya bersama Nathan.
Nathan kembali menunduk dalam-dalam, sudah terlalu banyak kata yang ia ungkapkan untuk membuat Mama Melinda tetap bertahan dan bersabar menanti kesiapan Luna menjadi menantunya. Tapi Malam ini rasa sabar itu sudah mencapai batas maksimal.
“Tolong, Ma, bersabar sedikit lagi, kemarin Luna mengatakan bahwa besok akan menjadi keputusan final.” Mohon Nathan.
Tapi Mama Melinda berdiri, “Dan keputusan Mama tetap bulat, segera bersiap sekarang, Malam ini kita ke rumah Dokter Kevin.” Pungkasnya, tak ingin di bantah. Wanita yang pernah berprofesi sebagai Dokter tersebut, segera mengangkat ponsel dan menghubungi asisten kepercayaan nya.
“Bagaimana dengan persiapan pernikahan Rian?” Tanya Mama Melinda, memastikan persiapan pernikahan Rian, putra bungsunya. Mama Melinda memang sedang berada di Indonesia, karena beberapa hari lagi pernikahan Rian dan Tasya akan digelar. Dan sebenarnya Mama Melinda ingin pernikahan bisnis tersebut terjalin dengan Nathan sebagai mempelai pria, namun hingga detik akhir Nathan tak juga menyerah dengan hubungannya dengan sang kekasih. Padahal Mama Melinda sudah meminta mereka menikah sejak 4 tahun yang lalu.
Nathan menghela nafas, ia lelah dengan semua permintaan Mama Melinda, namun mempertahankan cinta sepihak selama bertahun-tahun juga cukup mengikis rasa sabarnya. “Apakah akan berakhir sampai disini saja, Luna? Aku sungguh mencintaimu, tapi sepertinya cintaku tak cukup kuat untuk merobohkan perasaanmu terhadap dia yang telah tiada.” Nathan membatin.
Setitik air mata lolos begitu saja, cinta memang bukan benda yang bisa diambil sesukanya, tapi cinta seperti makhluk tak kasat mata, tak nampak, namun sungguh terasa kehadirannya jika memang cinta itu benar-benar ada dalam diri Luna. Sudah bertahun-tahun ada di sisi Luna, menjadi kekasih sekaligus tunangan, namun Nathan tak pernah benar-benar melihat binar-binar cinta di kedua bola mata indah milik sang kekasih.
Dan kini ia tak sanggup lagi menolak keputusan mutlak Mama Melinda, Nathan pun pasrah, jika memang Mama Melinda ingin hubungannya berakhir.
.
.
Tak ada yang lebih menyakitkan dibanding sebuah perpisahan, kedua mata biru Luna berkaca-kaca kala melihat sendiri betapa kukuh Mama Melinda dengan keputusannya. Di depan kedua orang tuanya Mama Melinda mengambil keputusan finalnya, mengakhiri pertunangan antara Luna dan Nathan.
Papa Kevin dan Mama Disya tak bisa berbuat apa-apa, memanglah kesalahan murni dari putri mereka yang selalu menunda pernikahan, jadi ketika Mama Melinda mengambil keputusan final, tak ada yang bisa mereka lakukan selain pasrah menerima keputusan.
Walau belum sepenuhnya mencintai Nathan, nyatanya Luna tetap merasa berat ketika cincin pertunangan ia lepas perlahan dari jari tangannya.
“Gak papa, Ma, Saya mengerti jika mama berpikir bahwa saya tak pernah siap melanjutkan hubungan kami. Saya menerima sepenuhnya keputusan Mama, saya pun tak ingin ada kepalsuan jika seandainya kami benar-benar menikah. Nathan terlalu baik, dia layak mendapatkan gadis yang tulus mencintai, bukannya gadis yang hanya bisa memberikan harapan palsu.”
Berurai air matanya, tapi itulah yang Luna rasakan, di matanya Nathan tetap lelaki baik, jika tak baik, maka mungkin sudah sejak lama Nathan pergi meninggalkannya.
Mama Disya menggenggam kedua tangan Luna yang kini terasa dingin usai meletakkan cincin pertunangannya di atas meja.
Tak hanya Luna, nyatanya Nathan pun menangis ketika mendengar keputusan Luna. Terlalu sayang jika hubungan ini berakhir begitu saja, tapi juga terlalu sadis jika Nathan tetap memaksakan cinta yang tak semestinya.
“Saya, selaku orang tua Luna, pun ingin meminta maaf, kepada anda, Nyonya, terkhusus pada Natahan.”
“Tidak, Pa, jangan meminta maaf,” Sahut Nathan serba salah, harusnya dirinya yang meminta maaf, bukannya Papa Kevin. “Nathan yang harusnya minta maaf.”
“Ya sudah, kita sama sama minta maaf,” Kembali Papa Kevin berucap, “Luna benar, kamu lelaki baik, Papa yakin di salah satu belahan bumi, Tuhan telah menyiapkan seorang gadis sebagai calon pendampingmu. Dan seorang laki-laki sebagai calon pendamping Luna, bukan kalian yang salah, kalian hanya tidak berjodoh, karena itulah pernikahan kalian belum juga terlaksana walau sudah bertunangan selama hampir 7 tahun.”
Setelah Papa Kevin berucap, seisi ruangan nampak bernafas lega, dua keluarga telah sama-sama ikhlas mengakhiri pertunangan anak-anak mereka. Dan semoga kelak mereka dipertemukan dengan jodoh yang semestinya.
.
.
Beberapa hari kemudian, satu hari sebelum pernikahan Rian.
Acara yang semula akan diadakan dua minggu lagi, kini dimajukan atas permintaan Luna, Event Organizernya pun tak keberatan asalkan ada tempat memadai, dan ready untuk dipakai agar acara tersebut tetap bisa terselenggara dengan nyaman tanpa hambatan berarti.
Maka disinilah Luna kini berada, memeriksa detail persiapan, Launching buku dongeng terbaru yang rencananya hanya terbit 100 ribu eksemplar saja di seluruh Indonesia. Selain Launching buku, nanti juga akan ada sesi mendongeng, meet n greet, serta penandatanganan buku secara langsung, jika ada yang ingin buku tersebut ditandatangani.
Ibu Peri adalah nama pena yang Luna gunakan, nama yang sangat di idolakan gadis kecil yang menyukai cerita Princess, karena sosoknya yang baik hati. Kecintaannya pada buku-buku fantasy sudah dimulai sejak ia mula mengenal buku. Seperti layaknya gadis kecil ia pun mengkhayalkan suatu saat akan bertemu dengan pangeran berkuda putih yang akan membawanya menjadi Ratu kerajaan.
Rasanya ingin tertawa geli jika ia ingat khayalannya yang tak masuk akal, namanya juga anak-anak, mudah sekali terpengaruh apa yang ia baca.
Tempat ini selalu indah dalam ingatan Luna, tempat ia menimba ilmu selama 6 tahun, melalui masa remaja yang indah, tentunya bersama 2 kakak laki-laki nya serta 2 adik sepupunya yang juga laki-laki. Entah dianggap untung atau buntung, karena diantara 7 cucu Alexander Geraldy, hanya dirinya yang berbeda gendernya.
Luna menghentikan langkahnya ketika tiba di lorong penghubung menuju Tribun milik International School Jakarta. Memorinya muncul begitu saja tanpa permisi, ketika tiba-tiba ada lelaki yang menunjukkan perasaannya tanpa basa-basi. Lelaki itu dengan berani memberikan Luna sebuah pengalaman tak terlupakan, First kiss.
Ciuman pertamanya, bukan ciuman pertama dengan Evan, melainkan pengalamannya berciuman untuk pertama kalinya.
Dan kini …
Semuanya telah berlalu, bersama kenangan yang nyatanya tak pernah benar-benar menghilang. Telah lama Evan pergi, namun rindu itu masih bertahan di hati, jadi wajar rasanya jika Nathan akhirnya menyerah.
Luna menyapu air matanya, ia kembali melanjutkan melangkahnya, melihat persiapan yang dilakukan pihak EO yang menghandle acaranya.
Tak lama Luna berada di sana, ia berbalik pergi ketika semua persiapan sudah berjalan lancar sesuai kehendaknya.
Langkahnya terhenti ketika seseorang tiba-tiba mendahului langkahnya, pria itu berjalan dengan langkah lebar sembari melakukan panggilan, “Iya, katakan seperti itu padanya, aku sudah memastikannya sendiri.”
Deg
Deg
Deg
Nyaris saja Luna terkena serangan jantung, pria itu nyata, bahkan tahun-tahun panjang yang telah berlalu tak membuat Luna lupa akan suaranya. Suara yang dahulu kerap menggoda kesehariannya di Sekolah, bahkan malam-malam panjang menjelang akhir masa SMA banyak ia habiskan bersama suara itu.
“Evan …”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
#ayu.kurniaa_
.
2024-10-26
0
15_01 RD
7 tahun jagain jodoh orang 😑
2024-10-22
0
NVY 04
kasihan bgt Nathan /Sob/
2024-09-07
1