#3
Seperti biasanya, usai menghabiskan seluruh tangis nya, Luna kembali tersenyum ceria seolah tak terjadi apa-apa. Bahkan pagi ini ia sudah ceria karena hari ini ia dituntut untuk menunjukkan wajah ramah penuh senyuman.
Ibu Peri adalah nama fiktif, namun Luna sedemikian menyukai nama pena nya, hingga ia bahkan menggunakan topeng agar wajahnya nya tetap misterius. Sejatinya seorang penulis memang dikenal karena karyanya, bukan karena keelokan wajahnya. 😁✌
“Are you okay?” Tanya Aya ketika mereka sarapan bersama pagi ini.
Walau terasa getir, Luna tersenyum. Kepergian Evan sudah sangat lama, mungkin saja kemarin ia sedang berhalusinasi karena berada di tempat awal mula cintanya untuk Evan bersemi.
“Yeah, i'm okay, and ready for today,” Jawab Luna yakin.
“Ingat aku, kapanpun kamu membutuhkan teman bicara,” Aya menawarkan diri.
“Thank you so much, Ay,”
Aya tersenyum lega, lebih dari siapapun, Aya, Darren, dan Daniel lah yang paling tahu betapa hancurnya hati Luna kala mendengar berita kepergian Evan.
Dari arah kamar utama, Darren sudah rapi dengan setelan kerjanya, “Sudah siap? aku akan mengantarmu sekarang.”
“Pergilah dulu, acaraku agak siang,” Jawab Luna, ia tampak asyik menikmati sarapan paginya.
“Yakin??”
Luna mengangguk mantap, ia yakin sekali bisa datang ke lokasi acara seorang diri dengan menggunakan Taxi.
Tak lagi banyak bertanya, Darren pun pamit pada sang istri. Sementara Ryu sudah pergi ke Sekolah bersama Pak Joko.
.
.
Di tempat lain, sebuah mobil mewah melaju kencang di jalan bebas hambatan. Sang pengemudi terburu-buru mendatangi Hotel tempat terselenggaranya acara akad nikah yang akan dimulai 30 menit lagi, tak terhitung sudah berapa puluh kali ponselnya berdering, namun Rian mengabaikannya.
Rian kembali menambah kecepatan mobilnya, fokusnya teralih ketika kini berganti sang kekasih yang menghubunginya. “Apa sih, Sayang? Sudah gak sabar? Kan sebentar lagi halal,” Rian menyempatkan diri menggoda sang kekasih sekaligus calon istrinya.
“Gak usah banyak bercanda deh, kamu dimana? Sebentar lagi acara dimulai, dan Papa nanyain kamu terus,” Gerutu Tasya.
Rian membetulkan letak earphone nya yang sedikit bergeser, “Iya, aku tahu kok.”
Namun tiba-tiba benda berukuran seujung jari kelingking itu jatuh menggelinding di bawah kursi. “Ya… dia pake jatuh lagi,” Gumam Rian, setelah memastikan jalanan di depannya aman, Rian pun melirik ke bawah, earphonenya tergeletak persis di bawah pedal rem. Rian menundukkan tubuhnya, sementara pandangannya masih menatap ke arah depan. Namun tak semudah yang ia kira, karena benda mungil tersebut kembali lepas dari jemarinya.
Rian kembali mengulang apa yang ia lakukan sebelumnya walau sadar hal itu sangat berbahaya, namun ia tak ingin membuat sang kekasih resah menantikan kehadirannya di acara akad nikah yang akan digelar beberapa menit ke depan.
Tin
Tin
Tin
Tin
Tiiiiiiiiiiiinnnn
Braaaakk!!
Gelap, Rian merasa sekitarnya terasa berat diiringi dengan rasa sakit di kepala serta tubuhnya.
Rian tak lagi mendengar suasana sekitar karena ia sudah kehilangan kesadaran.
.
.
Di lokasi acara.
Mama Melinda masih mondar-mandir tak tenang, sementara Nathan kini semakin di buat kesal dengan ulah sang adik. Sudah lebih dari 30 kali panggilan ia lakukan, namun tak ada satupun yang Rian jawab, sementara pihak EO terus menanyakan keberadaan Rian mengingat acara akad yang harus segera dimulai. Karena sesudahnya akan langsung diselenggarakan resepsi besar-besaran yang melibatkan banyak orang penting.
Pagi tadi ia sudah memarahi Rian karena adik lelakinya tersebut nekat pergi mengambil pesanan bunga edelweiss yang akan jadi hand buket nya Tasya, karena Tasya suka sekali dengan bunga edelweiss.
“Bagaimana? Sudah ada kabar dari Rian?” Sekali lagi Mama Melinda bertanya, dan Nathan hanya sanggup menggeleng sebagai jawaban.
“Teleponku sama sekali gak di jawab, Ma.”
Tak lama setelah Nathan mengakhiri panggilan terakhirnya, ponselnya kembali berdering, “apa itu Rian?” buru-buru Mama Melinda bertanya.
Nathan mengerutkan keningnya, ia sendiri tak mengenali nomor asing yang kini menanti jawaban darinya. “Aku pun tak tahu, Mah.”
“Hallo …”
“Hallo, selamat pagi, Tuan Sergio Nathan, benar?”
“Iya, benar, Pak, dari mana ini?”
“Kami dari Kepolisian, Tuan.” Jawaban tegas itu cukup membuat detak jantung Nathan seolah berhenti sesaat.
“Iya, Pak, ada yang bisa saya bantu?” Nathan berusaha bicara se normal mungkin.
“Benar anda adalah pemilik mobil dengan Plat Nomor BL 1744 ALX??”
Deg…
Kembali dada Nathan berdentum hebat, itu memang mobil barunya, mobil Sports seri terbaru yang Plat Nomornya sudah ia pesan secara khusus dengan inisial nama sang kekasih. Namun semua rencananya gagal total, karena Mama Melinda memintanya mengakhiri hubungannya dengan Luna. Karena Nathan tak ingin menjual mobil tersebut, maka ia pun memberikan mobil tersebut pada sang adik sebagai kado pernikahan.
Saking bahagianya menerima kado mobil mewah dari sang kakak, pagi tadi Nathan nekat keluar mengendarai mobil Sports tersebut untuk mengambil sendiri pesanan hand buket untuk Tasya. Karena sedang sangat bahagia, Rian tak peduli omelan sang Kakak. Ia nekat pergi dengan mengendarai mobil barunya, yakin bahwa akan kembali tepat sebelum acara dimulai.
“Iya, benar pak, itu mobil saya,” Jawab Nathan tegas, karena memang mobil tersebut belum dialihkan nama kepemilikannya.
“Baru saja, mobil anda, mengalami kecelakaan di jalan Tol …”
“LALU, PENGEMUDINYA BAGAIMANA, PAK?!!” Nathan langsung memotong ucapan Polisi tersebut.
“Dengan sangat menyesal, saya beritahukan bahwa, pengemudinya tewas di tempat.” Jawaban tegas itu membuat Nathan tanpa sadar menjatuhkan ponselnya.
Mama Melinda segera mendekat. “Nathan, ada apa? Katakan pada Mama?!!” Tanya Mama Melinda panik, karena wajah Nathan tiba-tiba pucat, dengan tubuh gemetar.
Mama Melinda segera menyambar ponsel Nathan yang tergeletak di lantai. “Halo, siapa ini? dan ada masalah apa?!!” Tanya Mama Melinda.
Beberapa saat kemudian, Mama Melinda mengalami hal yang sama dengan Nathan. Bahkan yang terburuk, wanita itu pingsan seketika.
“Ma … Mamaaaa!!!” Pekik Nathan, yang segera tersadar dan menangkap tubuh sang Mama yang hampir roboh ke lantai.
“Vanooo!!!” Jerit Nathan, memanggil asistennya.
“Iya, Tuan.” Jawab Vano yang segera berlari mendekat kala mendengar jeritan Nathan.
“Urus kecelakaan yang menimpa Rian, aku akan bicara pada keluarga Mahesa tentang … tentang … kecelakaan maut yang menimpa Rian,” Jawab Nathan tercekat, mengingat berita ini terlalu mengejutkan.
Tiba-tiba Mama Melinda membuka mata, “jadi berita itu benar?” Tanya Mama Melinda dengan bibir bergetar.
“Benar, Ma … tadi Mama dengar sendiri kan?”
Pintu yang masih terbuka membuat seseorang disana mendengar dengan jelas semua yang terjadi di dalam ruangan, “Tuan…”
Suara Vano membuat perhatian Nathan dan Mama Melinda beralih pada seseorang yang baru saja memasuki ruangan. “Jelaskan apa yang terjadi? apakah tadi aku tidak salah dengar?”
Nathan membantu Mama Melinda berdiri, wanita itu masih pucat dengan wajah bersimbah air mata. “Tuan, dengan sangat menyesal kami kabarkan bahwa baru saja Rian mengalami kecelakaan maut,”
Tuan Gibran Mahesa mundur beberapa langkah, tak terbayangkan olehnya, lelaki yang akan jadi calon menantunya tiba-tiba meregang nyawa akibat kecelakaan lalu lintas.
“Tapi pernikahan ini tak boleh batal,” ujarnya Tuan Gibran.
“Apa anda sedang bercanda?” Tanya Nathan terkejut, “Di saat kami berduka, anda masih mengatakan tak ingin acara pernikahan ini batal??”
“Iya, aku yakin sekali dan pernikahan ini tak akan ku batalkan. Karena ini bukan hanya menyangkut keluarga kita, tapi juga nama baik perusahaan yang susah payah aku besarkan, Perusahaan yang di bangun berdasarkan pemikiranku dan juga Almarhum Papamu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Barokah 99ˢ⍣⃟ₛ
kasihan luna. semoga kamu mndptakan kebahagiaan kembali, dan melupakan masa lalu yg menyedihkan
2024-08-06
0
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
astaga, egois nya 🤧🤧
2024-08-06
0
𖤍ᴹᴿ᭄☠BanxJeki Hiatus,GC.2th
Yah apalah jika garis umur tak bisa di perpanjang meski sakit, semoga Rian di terima di sisinya 😭👍
2024-08-06
1