#8

#8

Flashback

"Bang, aku Lapar," celetuk Luna sepulang mereka dari kampus malam itu.

Daniel yang sudah menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa, segera membuka aplikasi di ponselnya, "Pizza, mau?"

"Tak masalah, walau aku sedang ingin Pie daging." jawab Luna.

"Besok saja kita ke rumah Bibi Nancy. Kamu bisa makan pie daging sampai kekenyangan." 

Besok siang Bibi Nancy meminta keduanya datang, untuk mengambil beberapa stock makanan beku yang bisa mereka hangatkan sewaktu-waktu.

"Hmmm baiklah, aku mandi dulu yah, kabari aku kalau pizzanya datang," Pamit Luna usai menghabiskan air minumnya.

Tak lama setelah pintu tertutup, Luna mendengar Daniel menerima panggilan, jika dilihat dari candaannya sepertinya si penelepon adalah saudara kembar mereka yang lain. 

Karena belum ingin segera mandi, Luna pun berbaring di tempat tidurnya, meluruskan punggungnya yang terasa kaku akibat terlalu lama duduk, dan lagi musim dingin membuat seluruh tulang-belulangnya seakan membeku.

Luna melihat sebuah notifikasi baru muncul di layar ponselnya. "Kita lihat ada berita apa hari ini." Luna bergumam ketika melihat laman berita di website grup alumni.

Tapi … tak seindah bayangan, tak selaras pula dengan harapannya, karena berita saat ini adalah berita duka yang membuat hatinya porak-poranda. 

Brak 

Brak

Brak

Brak

Terdengar suara gedoran pintu, "Luna … kamu mendengarku?!!" 

Teriakan Daniel terdengar jelas, namun Luna seakan tuli, ia tak menghiraukan suara keras penuh kepanikan. yang ia rasakan kini hanyalah lemah tak berdaya, tak tahu harus berbuat apa. Karena bagaimanapun jika takdir sudah berkata, maka tak ada lagi yang bisa ia lakukan.

Luna masih diam, tanpa tangis ataupun airmata, berjalan gontai membuka pintu yang sengaja ia kunci dari dalam. Ketika melihat wajah cemas Daniel, barulah air mata itu keluar. 

"Bang, kenapa takdir sebercanda ini dengan kisah cintaku?"

Tanpa banyak kata, Daniel memeluk erat tubuh Luna, membiarkan sang adik menumpahkan tangis kesedihannya. "Aku merindukannya, Bang, masih sangat mencintainya, tolong katakan bahwa berita ini gak bener …"

Semakin keras tangisan Luna, semakin erat pula pelukan Daniel.

Flashback end.

.

.

POV Luna

Air mataku mengalir kala mengingatmu. 

Mencoba menghapus dirimu tapi tak bisa. 

Karena Kau, sudah menjadi segalanya bagiku. 

Kau, aku tak lagi bisa melihatmu, tak bisa pula mendengar suaramu. 

Tapi aku akan mencoba baik-baik saja.

Perpisahan kita memang menyedihkan.

Dan hatiku sungguh sakit, 

Tapi ku yakin di sana kau bahagia, kau bisa tersenyum.

Tapi aku… 

Semakin aku ingin menghapusmu.

Semakin aku merindukanmu. 

Sepertinya takdir, tak akan pernah membiarkan aku memiliki orang sepertimu. 

Hanya dirimu, yah … hanya kamu. 

Sebanyak air mata yang kukeluarkan.

Sebanyak itulah aku berharap kau bahagia dalam pelukan-Nya. 

Tapi maaf, karena aku tetap tak kuasa mengucapkan selamat tinggal. 

Hatiku tahu.

Perasaan kesepian ini akan meledak.

Kucoba untuk menyembunyikannya, namun aku tak bisa. 

Karena kau, sudah memenuhi hatiku.

Dan aku harus memaksa diriku untuk menerima bahwa … 

Aku tak bisa memilikimu, tak bisa menyentuhmu. 

Dan aku mengerti, walau sakit dan air mata ini terus mengalir deras.

Maka aku, akan mencoba baik-baik saja.

Riak-riak kenangan masa muda kembali bermunculan, menyeret Luna kembali ke kubangan masa lalu. Masa ketika pertama kali bibir mereka bersentuhan, saat itulah jantung hati Luna berdetak melantunkan nada cinta untuk kali pertama. 

Walau sedikit berbalur kecewa, karena semua terjadi bukan pada saat yang semestinya, namun Luna tak bisa membohongi dirinya sendiri.

Seperti badai yang terus menerjang, seperti itu pula semangat yang tertanam dalam diri Evan.

Tak peduli Luna seperti tuan putri yang selalu dijaga selayaknya permata paling berharga, seperti itu pulalah besarnya semangat Evan untuk memiliki permata tersebut.

Tapi seperti malam tanpa bintang, memandang alam semesta yang gulita, segelap itulah hati Luna, ketika Evan pergi. 

.

Pria itu menegakkan tubuhnya, tingginya proporsional dengan pundak tegap, dan dada yang bidang menawan. Rambut berantakan serta wajah cemas tak mampu mengurangi kadar ketampanan di wajahnya yang telah matang. 

Namun tanpa Luna duga, dalam sekejap saja wajah pria itu berubah menjadi tatapan tajam penuh amarah. “Jadi anda pelakunya? persiapkan saja diri anda karena saya akan membawa kasus ini ke jalur hukum!!!”

Air mata Luna mengalir semakin deras, bukan karena takut mendengar ancaman pria itu. Tapi karena mendengar dengan jelas suara yang ia rindukan sejak lama. Yakni suara Evan. 

“Kenapa menangis? takut, huh? Sudah kuduga orang sepertimu pasti takut jika berurusan dengan hukum.” Tuduh pria itu kian menjadi. 

Namun hal itu tak berlangsung lama, karena segera saja Dokter Juna datang menengahi, karena sang istri sedang ada jadwal praktek. “Maaf, saya bicara dengan Tuan… ?” tanya Dokter Juna. 

Suami Aunty Emira tersebut segera pasang badan, demi melindungi sang keponakan. 

“Mike, Michael Bimantara,” Jawabnya, masih dengan nada suara yang dingin. 

“Oh, Tuan Mike, kenalkan saya Dokter Arjuna,” Dokter Juna memperkenalkan diri, ia mengulurkan tangan, walau Mike menyambutnya dengan enggan. 

“Begini, Tuan Mike, berdasarkan hasil pemeriksaan, kami tak menemukan adanya luka parah. Hanya sedikit memar di pelipis, serta retakan di tulang kering sebelah kiri.”

Dokter Juna menunjuk betis Pelangi, yang kini sudah dibalut gips. Agar pemulihan bisa maksimal. 

“Anda yakin?” Tanya Mike penuh selidik. 

“Yakin sekali.” 

Dokter Juna membuka beberapa hasil foto rontgen milik Pelangi. “Kami tak sekedar bicara, karena kami memang melakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada tubuh Putri anda.” 

Mike menerima dan mengamati hasil foto, ia pun menyimak dengan benar ketika Dokter Juna memberi penjelasan perihal foto tersebut. 

“Saya atas nama Nona Luna, secara tulus memohon maaf pada keluarga anda, terutama pada putri anda. Saya berani menjamin bahwa Kami, eh maksud saya Nona Luna, akan bertanggung jawab sepenuhnya jika di kemudian hari terjadi masalah.” 

“Anda mengenal Nona ini secara pribadi?” Tanya Mike, sementata pandangannya mengarah pada Luna. 

“Iya, dia keponakan saya,” 

“Oh, jadi kalian sudah bersekutu,” tuduh Mike tanpa rasa bersalah. “Saya akan mencari second opinion, karena saya mulai meragukan hasil pemeriksaan di Rumah Sakit ini.”  Mike berbicara secara blak-blakan, sungguh ia tak suka ada ketidakadilan menimpa putri kecilnya. 

“Silahkan, kami tak keberatan, tapi jika boleh menyarankan, sebaiknya jangan, karena itu hal yang sia-sia.”

“Tidak ada jaminan akan hal itu, bisa saja kalian bersekongkol melakukannya.” 

Dokter Juna tersenyum, “bekerja sama dalam hal keburukan bukanlah sifat saya, Tuan. Tapi jika anda tetap memaksa ingin mencari second opinion, kami persilahkan.” 

“Uncle…” bisik Luna. Tapi Dokter Juna menggenggam tangan Luna, meyakinkan bahwa ucapan Mike bukanlah ancaman, karena prosedur pemeriksaan Pelangi, sudah sesuai dengan kenyataan. 

Perdebatan itu terus berlangsung, Dokter Juna tak melarang, tapi juga tak mempersilahkan. Toh hasil rontgen memang sudah berbicara, dan Luna pun tak lari dari tanggung jawab. 

Kedua kelopak mata Pelangi mulai berkedip, bola matanya memindai seisi ruangan, “sayang, ini Papa, Nak.” 

“Papa?” tanya Pelangi dingin, tak hangat seperti biasa. 

“Iya, Ini Papa.”

Pelangi masih terdiam, ia kembali mengamati orang-orang di sekelilingnya. 

Wajah Pelangi berbinar, ia menatap Luna kemudian memanggilnya dengan sebutan, 

“Mama.”

“Dia bukan Mama kamu, sayang, calon Mama kamu masih dalam perjalanan kemari.” 

Pelangi menggeleng, "Tidak, itu Mamaku, dia yang mengantarku ke Rumah Sakit,” jawab pelangi, santai, namun cukup membuat semua orang kehilangan kata-kata. 

Terpopuler

Comments

Barokah 99ˢ⍣⃟ₛ

Barokah 99ˢ⍣⃟ₛ

pelangi anak pintar bngt/Facepalm/evan masih hilang ingatan. harus banyak bersabar lg kamu luna

2024-08-07

2

𖤍ᴹᴿ᭄☠BanxJeki Hiatus,GC.2th

𖤍ᴹᴿ᭄☠BanxJeki Hiatus,GC.2th

Panggilan mengejutkan oh Pelangi 😋👍

2024-08-07

0

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

Evan amnesia maybe yaak...
klo Luna yakin banget sosok Michael Jackson itu Evander Gunadi

2024-08-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!