#2

#2

Pria yang masih mengenakan setelan kerja lengkap itu, berjalan melewati Luna. Langkah kakinya yang lebar membuat jarak yang tercipta semakin jauh, namun tidak demikian dengan netra Luna yang seakan memindai sosok tubuh yang kian menjauh tersebut. 

“Iya, katakan saja seperti itu, aku sudah memastikan sendiri.”

Deg 

Deg 

Deg

Nyaris saja Luna terkena serangan jantung, pria itu nyata, bahkan tahun-tahun panjang yang telah berlalu tak membuat Luna lupa akan suaranya. Suara yang dahulu kerap menggoda kesehariannya di Sekolah, bahkan malam-malam panjang menjelang akhir masa SMA banyak ia habiskan dengan berbicara dengan sang kekasih melalui panggilan seluler, hingga mereka berdua terlelap begitu saja. 

“Evan …” gumam Luna tanpa sadar. 

Pria itu terus berjalan, namun Luna seperti kehilangan tenaga. Tiba-tiba saja, Kakinya tak mampu bergerak. Hingga ketika hendak membuka pintu mobil, Luna bisa melihat wajah pria itu, senyum menawan terkembang lebar di wajahnya, pantulan cahaya senja membuat Luna seperti mengalami de javu. 

Akhirnya dengan lutut gemetar, Luna melangkah mendekati pria yang sudah diberitakan meninggal 10 tahun yang lalu itu. Hendak bertanya dan memastikan apa yang terjadi, benarkah dia adalah Evan? dan kenapa tiba tiba saja berdiri di hadapannya dalam keadaan sehat walafiat? 

Tanpa terasa air mata Luna mengalir, “Evan,” gumamnya lirih, kerinduannya bertahun-tahun seakan menemukan muara. Namun hal itu hanya berlangsung sesaat, karena tak lama kemudian lelaki itu pergi menggunakan mobilnya. 

Seperti baru saja kehilangan tangkapannya, Luna berlari tanpa sadar, ia hanya menuruti insting dan pandangan matanya, bahkan terlupa bahwa ia bisa mengejar lelaki itu dengan menggunakan mobilnya. 

“Tidak, tunggu!!!” Seru Luna yang masih terus berlari. Kepanikan dan rasa takut jelas tergambar di wajah cantiknya, ia takut kehilangan lagi, satu kali saja sudah cukup. 

“Kumohon, Tuhan, biarkan satu kali saja aku bertanya,” pinta Luna dalam hati. “Aku ingin tahu kemana dan dimana ia selama ini?” 

Sekian tahun menangisi kepergian Evan, ia bahkan nyaris gh-ila jika saja tak ada keluarga dan Nathan disisinya, kini Luna mulai bertanya, Apakah cintanya salah alamat? hingga Evan dengan tega mengarang cerita demi meninggalkan dirinya. 

Beragam tanya tersebut, terus bermunculan, hingga akhirnya ia tak mampu lagi berlari, karena mobil yang ia kejar melaju semakin kencang. 

Luna terduduk di tempatnya berhenti saat ini, tak peduli banyak pasang mata menatap ke arahnya. “Evaaaaann,” untuk kesekian kalinya ia kembali menangisi kepergian Evan, rasanya belum lelah walau sudah bertahun-tahun ia menangisi kekasih hatinya tersebut. Benar kiranya perasaan Nathan, dirinya memang tak pernah benar-benar menempati hati Luna. Karena hingga detik ini nama Evan masih bertakhta di sana. 

Luna benar-benar seperti orang linglung, ia berjalan tanpa alas kaki, kembali ke tempat mobilnya di parkir, entah berada dimana pikirannya saat ini. 

“Darren… bisakah menjemputku?” Akhirnya Luna menghubungi Kakak kembarnya, meminta Darren datang menjemput. 

“Kamu dimana?” Tanya Darren gusar, karena suara Luna terdengar aneh di telinganya. 

“Di Sekolah.” 

“Hmmm baiklah, aku segera datang.” 

Tanpa banyak alasan apalagi basa-basi, Darren menyetujui permintaan Luna. Mau bagaimana lagi, adik perempuannya cuma satu, dan pada dasarnya ia pun sangat menyayangi Luna. Jika hanya perkara jemputan, Darren tak akan keberatan. 

20 menit kemudian, Darren tiba di titik lokasi tempat Luna berada, pria itu memicingkan kedua matanya. Tak biasanya penampilan Luna terlihat lusuh dan kusut, yang lebih aneh lagi Luna membiarkan kakinya menyentuh dinginnya aspal. Padahal kedua tangannya menenteng Heels. 

Karena Luna tak menyadari kedatangannya, Darren pun turun dari mobilnya. Pria itu sudah tak mengenakan jas, dasi sudah ia longgarkan dan lengan kemejanya pun ia gulung hingga ke siku. “Hei … What's wrong?” Sapa Darren. 

Seketika Luna mendongak, kakak kembarnya kini berdiri dan menatap wajahnya dengan tatapan heran. Tak menunggu lama, Luna segera menghambur memeluk kakak kembarnya tersebut, menangis sejadi-jadinya, bukan tangis sesenggukan kecil, tapi tangisan keras yang menyesakkan dada. Hanya mendengarnya saja membuat dada Darren terasa sesak dan tersayat, Darren yang mengerti pun sengaja membiarkan Luna menghabiskan tangisnya. 

Hanya satu tebakan Darren, dan hanya dia yang membuat adik kembarnya patah hati sehebat ini. Evander Gunadi. 

Beberapa saat berlalu, entah berapa puluh menit Darren membiarkan tubuhnya jadi sandaran adik kembarnya. Patah hatinya dulu tak sehebat Luna, karena Tuhan masih berbaik hati memberinya kesempatan. Tapi yang dialami Luna lebih membuat hati pecah berkeping-keping karena rindu yang paling menyakitkan adalah rindu ketika tak bisa lagi menjumpai dia yang di cinta karena alam yang sudah berbeda. 

Tak sedetik pun Darren menghentikan usapan lembutnya di punggung Luna, seiring dengan lidahnya yang tak mampu mengeluarkan kalimat penghiburan. 

“Tunggulah di dalam, aku akan menitipkan mobilmu pada security,” Bisik Darren. 

Darren membimbing langkah kaki saudarinya, ia perlakukan Luna seperti memperlakukan benda yang rapuh. Mulai dari membukakan pintu mobil, hingga memastikan Luna duduk dengan nyaman karena Darren sedikit menurunkan sandaran kursinya. 

Tak butuh waktu lama bagi Darren untuk meminta bantuan pada Security, karena mereka pun masih mengenal Darren dengan baik. 

Darren mengusap kepala Luna usai kembali ke kursi kemudi, “cobalah untuk tidur,” ujarnya, tak lupa memasangkan seat belt Luna. 

Luna tak menjawab, sepanjang perjalanan ia diam dengan sisa isak tangisnya. 

Satu jam kemudian, wajah Ryu yang pertama kali menyambut kedatangan Darren, “Papa gendong siapa?”

“Papa gendong Aunty,” Jawab Darren. 

Aya pun segera beranjak, ketika Darren pulang bersama Luna dalam gendongannya. 

“Luna kenapa?” Tanya Aya nyaris berbisik. 

“Nanti aku ceritakan, tolong siapkan kamar Luna.” Titah Darren pada sang istri. 

Aya berjalan cepat menuju kamar paling ujung yang memang menjadi persinggahan Luna jika sedang menginap. 

Darren membaringkan tubuh Luna perlahan, sementara Aya mengatur suhu pendingin ruangan, Aya menarik selimut hingga menutupi dada Luna. Aya merasakan pergerakan Luna ketika ia hendak menarik tangannya menjauh, “jangan pergi, Ay,” kedua kelopak mata itu belum lagi terbuka, namun Luna seperti merasa ia hendak di tinggalkan. 

Aya menoleh meminta persetujuan sang suami, merasa bahwa saat ini yang Luna perlukan adalah kehadiran Aya, Darren pun memberikan anggukan. Pria itu menggendong Ryu keluar kamar, agar Luna bisa beristirahat dengan tenang. 

Aya mengusap air mata yang masih mengalir dari kelopak mata Luna, “Evan …” lirih Luna dalam tidurnya. Tak ada yang bisa Aya lakukan selain menepuk pelan punggung tangan Luna dari permukaan selimut, agar Luna merasa tenang tak merasa sendirian. 

Tepat jam 11 malam Aya keluar dari kamar tempat Luna berada, “Apa dia sudah tenang?” 

“Huum, aku rasa begitu, dia tak lagi mengigau,” jawab Aya. “Apa yang terjadi dengannya?” akhirnya Aya melontarkan pertanyaan. 

Darren meletakkan teh hangatnya di meja, “mungkin ini yang disebut takdir.”

“ … ???” Wajah Aya penuh tanya. 

“Sepertinya, tanpa sengaja Luna bertemu dengan Pak Mike.” 

“Maksudmu, Michael Bimantara?” 

Darren menganggukkan kepala guna menjawab pertanyaan sang istri. “Tepat seperti dugaan kita, aku rasa wajar jika Luna merespon demikian. Kita pun hampir pingsan ketika pertama kali bertemu dengannya kan??” 

Aya membuang nafasnya perlahan, “jadi apakah sekarang saatnya kita bercerita?” 

“Jangan dulu, biarkan semuanya mengalir apa adanya. Mungkin takdir sedang berjalan menghampirinya.”

Terpopuler

Comments

Sabaku No Gaara

Sabaku No Gaara

stella alex...kevin gadisya...andre bella... daniel naya...darren cahaya...emira arjuna(lom selesai)...lompat ke luna ...hahaha

2025-01-18

1

senja

senja

seru ka cerita nya aku hampir nangis bacanya

2025-02-12

1

Itha Fitra

Itha Fitra

gk usah galau luna,jodoh mu pak mike

2024-08-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!