#14

#14

Dengan lahap, Pelangi mengunyah makanannya, wajahnya tersenyum bahagia ketika akhirnya sang Papa mengabulkan keinginannya. “Awas, pelan-pelan mengunyahnya.” Tegur Luna, ketika Pelangi tersedak makanan yang sedang ia kunyah. 

“Iya, Ma ... maaf.” Jawab Pelangi, dengan wajah berbinar. 

Kemudian kembali melanjutkan kegiatan makannya, setelah beberapa hari tak bertemu makanan, hari ini rasanya Pelangi kembali hidup lagi. 

Mbak Yuli pun tersenyum bahagia ketika melihat anak asuhnya mau makan, kembali tersenyum manis seperti biasa. Berkat Mama baru yang dibawa Papa, dan kesan pertama yang Mbak Yuli tangkap adalah Mama Luna lebih tulus ketimbang Mama Valerie yang senyumnya saja penuh kepalsuan. 

“Waahh … cake vanila strawberry, Mbak Yuli… aku mau itu.” Pinta Pelangi manja. 

Mbak Yuli kembali mengangguk senang. “Apa ini dessert favorit kamu?” Tanya Luna yang kini sudah mengambil alih cake dari tangan Mbak Yuli. 

“Iya, Ma, lebih enak lagi kalau Papa yang suapin.” Pelangi mengalihkan pandangannya ke arah Mike. “Pa … mau di suapin.” 

Mendengar permintaan Pelangi, Mike segera mengambil langkah cepat, namun tertahan karena lengannya digenggam erat oleh Valerie. Sejak Mike datang bersama Istri yang baru saja ia nikahi, wanita itu sama sekali tak melepaskan genggaman tangannya sedikitpun, Valerie seolah hendak menunjukkan siapa pemilik Mike yang sebenarnya. 

“Jangan coba-coba bergerak!!” Bisik Valerie. 

“Papa …” Sementara Pelangi merengek. 

Dan Luna, tentu tak bisa berbuat banyak, karena ia hanya sebatas Ibu bagi anak Mike. 

Pelan-pelan, Mike melepaskan genggaman tangan Valerie, “Aku hanya ingin merayakan hati ini, dimana gadis kesayanganku kembali mau makan dengan normal,” balas Mike, membuat Valerie terdiam tak bisa mengeluarkan bantahan. 

Mike mendekat, ia sengaja mengambil tempat di seberang Luna, agar Valerie tak terlalu terbawa amarah. 

“Berikan padaku,” Pinta Mike tanpa ekspresi. 

“Papa!! Apa salah Mama, kenapa Papa pasang wajah galak!!??” sembur Pelangi, tak suka ketika melihat ekspresi dingin Mike kala menatap Luna. 

“Nggak, sayang, Papa gak galak, iya kan, Ma?” Mike kembali membujuk Pelangi, bahkan sengaja meminta persetujuan Luna, agar Pelangi mempercayai ucapannya. 

“Eh … iya, tenang aja, Papa gak berani galak sama Mama kok.” Luna ikut bersuara, manalah tega melihat Pelangi yang semula berwajah ceria menikmati makanannya, tiba-tiba cemberut kesal. 

“Tuh, kan? Apa Papa bilang, Mama aja tahu, kalo Papa gak berani galak ke Mama.” 

“Bener ya, awas kalau Papa marah-marah lagi sama Mama, aku mau mogok makan lagi!!” Protes Pelangi. 

“Siap Komandan!!!” Mike berkata tegas, namun sedetik kemudian ia menggelitik perut Pelangi. Membuat Luna dan Mbak Yuli ikut tersenyum. 

Sementara itu, di sudut sana, ada hati yang tiba-tiba berdenyut nyeri, ada luka yang kembali menganga. Kedengkian yang terpendam sekian lama, seakan kembali muncul ke permukaan. 

Flashback

Jam 2 siang di gedung serbaguna sekolah. 

Segerombolan gadis gadis sedang bersiap dengan pakaian khusus yang biasa mereka pakai ketika berlatih Marching Band. 

Luna yang sudah berpakaian, mengencangkan tali sepatunya, serta menguncir rambut panjangnya. 

"Ay… aku udah cantik belum??" Tanya Luna usai bersiap, jika sudah jam pulang sekolah, Aya akan menunggu hingga Luna selesai berlatih. Sementara ia sendiri akan memanfaatkan waktu menunggu tersebut dengan belajar, itulah yang paling Aya sukai, tak heran jika ia sering menyabet gelar juara di ajang Olimpiade Sains dan MIPA. 

"Udah kok," Jawab Aya sembari merapikan anak rambut Luna, "sejak kapan kamu gak cantik." Puji Aya apa adanya. 

"Ish…" Wajah Luna merona. 

"Wajahmu merah… baru juga aku yang melempar pujian, wajahmu sudah merah begitu,"

"Gimana lagi Ay, pujianmu selalu bikin aku melayang." 

Tanpa keduanya sadari, ada seseorang yang merasa muak, karena tanpa sengaja mendengar pembicaraan Luna dan Aya. Gadis itu memang tak terlalu menyukai Luna, ia berpura-pura baik agar bisa tetap bertahan di kelompok Marching Band tersebut. 

“Gaes, aku ke Toilet dulu ya?” pamit Valerie, tentu bukan benar-benar ingin ke Toilet, melainkan ingin melepaskan rasa kesal yang mendiami hatinya. 

Di International Senior High School, semua seolah tahu sama tahu, dan tak ada yang berani mengusik si cantik cucu perempuan opa Alex dan oma Stella. Karena itulah yang ada hanya pujian serta senyum ramah yang bisa Valerie berikan ketika berhadapan dengan Luna. 

Bukan berarti Luna tak tahu, Luna sangat tahu jika pujian tersebut hanya lah pemanis bibir, bukan sungguh-sungguh dari hati, lain halnya dengan Aya yang selalu berkata apa adanya. karena itulah tak hanya Luna yang Valerie benci, tapi Juga Aya, si anak Ibu Kantin Sekolah yang berlagak seperti Cinderella di antara para pangeran Geraldy. 

Sekembalinya dari Toilet, Valerie kembali dibuat mendidih, ketika tanpa sengaja mendengar obrolan para lelaki yang sengaja bertahan di sana demi melihat atraksi latihan para gadis Marching Band. Karena di antara para lelaki tersebut, ada satu orang yang telah sekian lama mendiami hatinya. 

Sayangnya Evander Gunadi, justru sejak lama mengincar bidadari keluarga Geraldy, walau tak pernah mendapat tanggapan dari gadis itu. Dan lagi, Luna selalu dilindungi kedua kakak dan kedua adiknya, hingga nyaris tak ada celah yang membuat para penggemar Luna untuk mendekat. Sebenarnya Evan sudah mulai putus asa dan ingin menyerah, tapi setiap kali melihat senyum dan kelebatan rambut indah Luna, hatinya selalu berdebar hebat. 

"Van… belum berpindah ke lain hati?" Tanya Andra. 

"Belum lah, gak akan bisa kaya nya, apa aku nekat aja yah?"

"G il a kamu, udah siap babak belur sama kakak dan adik nya?" 

Evan hanya tersenyum, yang jelas ia belum ingin menyerah memperjuangkan gadis pujaannya. “Ya Tapi gimana lagi, hati udah mentok banget, kayaknya bentar lagi ku tembak juga tuh cewe,” Jawab Evan sungguh-sungguh, walau dengan bahasa candaan. 

Sementara Valerie yang tanpa sengaja mendengar ucapan Evan, hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kesal. Beberapa hari lalu, ia menyatakan perasaannya pada Evan, tapi pemuda itu mengatakan ia hanya ingin berteman, belum ingin pacaran. Tapi yang baru saja ia dengar, benar-benar membuat hatinya terluka. 

Flashback End. 

Valerie mengeratkan genggaman tangannya pada tangkai bunga yang berada di hadapannya, saking marahnya ia pada situasi saat ini. Valerie sampai tak bisa merasakan sakit pada telapak tangannya yang kini berdarah, akibat meremas tangkai berduri. 

“Sejak dulu, hingga sekarang, kamu selalu menjadi batu penghalang bagiku,” Gumam Valerie, wajahnya datar namun jangan ditanya seberapa besar amarah yang ia pendam saat ini. “Jika dulu kamu bisa memiliki Evan, maka sekarang, aku bersumpah, tak akan membiarkanmu memiliki Mike. Dia milikku, kekasihku, pria yang mencintaiku, bukan Evan yang mencintaimu.” 

“APA YANG KAMU LAKUKAN!!!????” 

Tiba-tiba Mike bersuara keras, pria itu buru-buru mendekat dan mengurai satu-persatu jemari sang kekasih. Melihat kedatangan Mike, wajah murka Valerie seketika berubah, kini wajahnya kembali menatap sendu. Seolah ia sedang cemburu melihat kebersamaan Mike bersama Putrinya, serta Luna. 

“Kenapa kamu melukai tanganmu sendiri?” Tanya Mike khawatir.

Tapi Valerie menepis tangan Mike, “Apakah seharusnya aku menyerah saja?” tanya Valerie dengan wajah dan suara sendunya. “Sepertinya Pelangi terlihat lebih bahagia bersamamu dan Mama barunya. Sementara aku mungkin hanya akan jadi orang asing diantara kalian.” 

Mike tak lagi bersuara, ia meraih tubuh Valerie ke pelukannya.

Terpopuler

Comments

Sabaku No Gaara

Sabaku No Gaara

apakh ini semua valerie campur tangan?

2025-01-18

0

Patrick Khan

Patrick Khan

. modus valeri😏😏😏

2024-10-09

1

Saadah Rangkuti

Saadah Rangkuti

sebenarnya evan masih hidup gak sih thor?

2024-08-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!