#9
“Mama.”
“Dia bukan Mama kamu, sayang, calon Mama kamu masih dalam perjalanan kemari,” potong Mike
Pelangi menggeleng, "Tidak, itu Mamaku, dia yang mengantarku ke Rumah Sakit,” jawab pelangi, santai, namun cukup membuat semua orang kehilangan kata-kata.
Genggaman tangan Luna lepas dari lengan Dokter Juna, bahkan hingga beberapa saat kemudian Luna masih belum bisa menerjemahkan apa yang sebenarnya terjadi.
Sementara pria yang Luna ketahui sebagai Ayah dari Pelangi, kini kian bingung karena pembicaraan putrinya justru ngelantur, tak seperti biasanya.
"Kamu …??"
Tanya Dokter Juna, tak mengerti apa yang ingin ia tanyakan. Semula ia hanya ingin jadi penengah, tapi kemudian terperangah dengan apa yang terjadi.
"Maaf, Uncle, aku juga gak tahu, kenapa anak itu tiba-tiba memanggilku seperti itu."
Beberapa kali Dokter Juna menarik nafas, bergantian pula menatap wajah keponakan serta pemandangan di bilik tempat Pelangi menerima perawatan. "Kamu, yakin tidak pernah mengenal anak itu."
Luna mengangguk.
"Pernah berinteraksi?" tanya Dokter Juna lagi.
"Pernah, tapi tidak secara langsung."
Dokter Juna mengerutkan kedua alisnya, "Lalu?"
"Pertama kali aku bertemu Pelangi, ketika anak itu datang ke peluncuran buku terbaruku beberapa hari yang lalu. Itu pun aku mengenakan topeng, untuk menutupi identitas Ibu Peri."
Luna bercerita dengan suara selirih mungkin, bagaimanapun ia harus melindungi identitas Ibu Peri, selain keluarga dan orang terdekat tak ada yang tahu identitas asli Ibu Peri.
"Gak aunty, gak keponakan, sama-sama anehnya, suka sekali dengan hal-hal misterius." Gumam Dokter Juna, yang pernah mengalami masa galau hanya gara-gara dua gadis berbeda. Tapi sesungguhnya mereka adalah satu orang yang sama.
Luna tersenyum simpul mendengar gerutuan Dokter Juna.
"Masih bisa tersenyum!!” celetuk Dokter Juna gemas, dengan senyum keponakannya.
“Kalimat Uncle tadi, membuatku ingat konyolnya Uncle Juna waktu lagi bucin-bucin nya sama Aunty,” kekeh Luna jahil.
Mau tak mau, Dokter yang sudah memiliki dua jagoan ini tertawa, namun ia tak ingin melanjutkan perbincangan tentang dirinya, “Selain pertemuan itu?"
"Tadi siang, aku menghadiri pentas seni, mewakili Yayasan, itu pun hanya melihat dari jauh, tak sampai berinteraksi secara langsung."
Dokter Juna pun tak mengerti, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Pelangi tak mengalami luka serius. Tapi entah kenapa anak itu justru memanggil Luna dengan sebutan ‘Mama’.
Prang!!!
Terdengar suara keras, dari bilik pemeriksaan Pelangi. Gadis kecil itu marah, ia berontak karena menolak kembali diperiksa. “Pokoknya aku gak mau!!!” Tolaknya dengan tegas.
“Tapi, sejak kapan kamu menolak ada di dekat Papa, Nak?” Tanya Mike, ia nelangsa, karena putri kecilnya mendadak menolak keberadaan dirinya.
“Aku mau Mama!! Bukannya Papa!!”
“Iya … iya … Papa Telepon lagi yah?” Bujuk Mike, sembari mengeluarkan ponselnya.
“Halo … sayang, kamu dimana??”
“Iya … iya … aku sudah di sini,” Jawab wanita yang baru saja memasuki Emergency Room. Nafasnya masih terengah-engah karena berlari kecil sejak tiba di lobi Emergency Room.
Luna bahkan dibuat terperangah melihat kehadiran wanita itu. “Valerie!!!”
Wanita yang di panggil namanya itu menoleh ke arah Luna, yang berdiri agak jauh dari bilik Pelangi.
“Luna!!??”
“Kamu mengenal wanita itu?” Tanya Mike heran, karena calon istrinya mengenal Luna.
“Iya, dia teman sekolahku, bahkan dulu kami satu TIM di marching band sekolah.” Jawab Valerie dengan wajah berbinar bahagia, karena bertemu kembali dengan salah satu teman sekolahnya.
Valerie berjalan mendekati Luna yang masih terkejut melihat kehadirannya, ia memeluk Luna sembari berbisik menanyakan kabar Luna. “Apa kabar?? Maaf ya, aku gak tahu kalau kamu sudah pulang dari London.”
“Eh, aku baik … gak papa kok,” Jawab Luna kikuk.
“Mamaaa … “ Tiba-tiba Pelangi merengek.
“Iya, Sayang, Mama sudah datang.” Jawab Valerie dengan senyuman di wajahnya, ia bergegas mendekati brankar Pelangi.
“Nggak mau!! Tante siapa? Mamaku yang itu.”
Pelangi menolak pelukan Valerie, ia justru menunjuk Luna yang masih berdiri mematung di kejauhan.
Kini semua mata tertuju pada Luna yang masih berdiri mematung di samping Dokter Juna.
Kedua mata Valerie berkaca-kaca, “sayang, ada apa dengan Pelangi? kenapa dia menolakku, padahal tadi, aku hanya terlambat sebentar saja,” Adunya pada Mike.
“Tenang, kita belum tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada Pelangi. Sebaiknya kamu bersabar sebentar, sampai Dokter berhasil melakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada Pelangi.” Hibur Mike.
“Mama … kenapa masih diam di sana?” Pelangi kembali merengek.
Bukan Luna tak mau mendekat, tapi ia tahu diri, kapasitasnya disini hanyalah sebagai pelaku yang membawa korbannya ke Rumah Sakit. Tak lebih dan tak kurang, Karena untuk biaya, Luna yakin Orang Tua Pelangi lebih dari mampu.
Mike menatap Luna, masih dengan tatapan tajam penuh curiga, begitupun Valerie yang menatapnya dengan penuh airmata. Luna benar benar merasa sangat bersalah pada keduanya.
Dengan terpaksa, Luna pun berjalan mendekat ke arah Pelangi, karena Luna tak mau Tangisan Pelangi, mengganggu pasien yang lain.
Mike menghadang langkah Luna, “hanya disini, dan hanya untuk saat ini. Jangan pernah berharap lebih, karena Pelangi sudah memiliki calon Mama.”
“Iya, aku tahu itu, Tuan Mike yang terhormat. Aku melakukan ini, hanya sebatas rasa kasihan, dan sebagai bukti bahwa aku tak melarikan diri, atau tak bertanggung jawab, seperti yang anda khawatirkan.”
Balas Luna, tak kalah sengit. Walau hatinya harus menahan berbagai macam gejolak, yang entah kapan bisa reda.
Disaat ia berhadapan lagi dengan wajah sang kekasih, tapi sikap ataupun ucapannya, tak sedikitpun menunjukkan bahwa dia adalah Evan sang kekasih yang telah meninggal beberapa tahun silam. Setidaknya Kini, Luna mulai meyakini bahwa Mike memang bukan Evan.
Luna berjalan melewati Mike begitu saja, ia mendekati Pelangi, dan gadis kecil itu langsung mengulurkan kedua lengannya. Memeluk pinggang Luna, bahkan tanpa segan menenggelamkan wajahnya di perut Luna.
Sedikit Risih, tapi entah kenapa Luna menikmati pelukan Pelangi, hingga kedua tangannya pun mengusap rambut dan punggung Pelangi seperti sebelumnya. Sekuat tenaga Luna mencoba mengabaikan tatapan tajam Mike dan Valerie.
Ternyata menjadi Mama, tak semudah kelihatannya, ketika malam hari datang, Luna benar-benar tertahan di ruang perawatan Pelangi. Pelangi memang tak manja seperti kelihatannya, tapi gadis itu benar-benar membuat Luna tak bisa menjauh bahkan untuk beberapa langkah saja. Pelangi sangat mandiri, setidaknya itulah yang bisa Luna tangkap dari kebersamaan singkatnya bersama gadis itu.
Putri Mike tersebut, menolak di suapi, walau membutuhkan pegangan ketika berjalan ke Toilet, Pelangi menolak dibantu untuk urusan di dalam toilet. Bahkan ketika memulai tidur, ia hanya meminta dibacakan buku cerita favoritnya. Karena baru saja Mike meminta sopirnya mengantarkan buku milik Pelangi, buku-buku karangan Ibu Peri tentunya.
Jelas saja hal itu membuat Valerie kesal, hingga ia menyeret Mike menjauh dari ruang rawat Pelangi.
“Kenapa lagi dengan Pelangi, padahal kemarin dia sudah mulai lengket denganku?” Tanya Valerie.
Yang ditanya tentu saja tak memiliki jawaban, karena Mike pun dibuat bingung dengan situasinya saat ini. Biasanya Pelangi tak bisa memejamkan mata jika belum ia bacakan buku, dan harus Mike yang membacakannya. Tapi bersama Luna, Pelangi seolah berubah menjadi sosok lain hingga ia menolak kehadiran Papanya sendiri.
“Aku pun tak tahu, sayang.” Jawab Mike lemah.
“Jangan lemes gini dong, pernikahan kita tinggal beberapa bulan ke depan, masa’ aku harus mulai dari nol lagi mendekati Pelangi.”
Valerie merengek manja pada calon suaminya.
“Bersabarlah, kita berdoa saja agar Pelangi segera membaik, yakinlah, pelan-pelan ia pasti kembali mengingatmu, mengingat kita,” hanya kalimat penghiburan inilah yang bisa Mike ucapkan, karena ia pun merasa aneh dengan tingkah putrinya.
Valerie memeluk sang kekasih, “maafkan aku sayang, aku hanya takut Pelangi membenciku, padahal aku sangat menyayanginya.”
“Aku tahu, kamu tulus menyayanginya,” Mike mengusap kepala dan rambut Valerie. “Oh iya, bukannya tadi kamu mengatakan jika Luna adalah temanmu ketika masih di bangku sekolah?”
“Iya.”
“Ceritakan padaku seperti apa dia.”
.
.
Valerie, adalah tokoh baru, di kisan Because We Are Young, belum pernah keluar, dia hadir sebagai penyedap suasana novel Luna.
🤣🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Saadah Rangkuti
sebenarnya evan itu masa lalu luna gak sich thor?🤔🤔
2024-08-20
0
Barokah 99ˢ⍣⃟ₛ
kasihan luna. terus larut dlm kesedihan. skrg org yg mirip dia cintai udh tdk peduli
2024-08-07
2
𖤍ᴹᴿ᭄☠BanxJeki Hiatus,GC.2th
Papa tampan terabaikan ma anaknya, angkat aye jadi anak mu donggg Pa aye padamu😋👍
2024-08-07
0