#10
“Bersabarlah, kita berdoa saja agar Pelangi segera membaik, yakinlah, pelan-pelan ia pasti kembali mengingatmu, mengingat kita,” hanya kalimat penghiburan inilah yang bisa Mike ucapkan, karena ia pun merasa aneh dengan tingkah putrinya.
Valerie memeluk sang kekasih, “maafkan aku sayang, aku hanya takut Pelangi membenciku, padahal aku sangat menyayanginya.”
“Aku tahu, kamu tulus menyayanginya,” Mike mengusap kepala dan rambut Valerie. “Oh iya, bukannya tadi kamu mengatakan jika Luna adalah temanmu ketika masih di bangku sekolah?”
“Iya.”
“Ceritakan padaku seperti apa dia.”
Permintaan itu cukup membuat Valerie tercekat, ia tak menyangka Mike bisa penasaran dengan orang yang baru sekali ia temui.
“Apa kamu penasaran tentangnya?” Tanya Valerie mulai tak suka.
“Sekedar ingin tahu saja,” Jawab Mike.
“Lain kali saja aku cerita,” Elak Valerie.
“Sekarang saja,” Desak Mike tak sabar.
“Aku cemburu, sayang.”
Kalimat Valerie membuat Mike merasa bersalah, karena beberapa kemudian kedua mata Valerie berkaca-kaca ketika mengatakan bahwa dirinya cemburu.
Mike kembali memeluk Valerie, karena merasa sangat bersalah, bagaimanapun keduanya sudah lebih dari setahun menjalin kasih. Dan kini tinggal selangkah lagi menuju pernikahan, Mike pun tak ingin persiapan pernikahan mereka gagal total hanya karena curiga dan buruk sangka. “Maaf, sayang, jangan cemburu, kamu tahu aku hanya mencintaimu kan?”
Dalam pelukan Mike, Valerie mengangguk, “Aku hanya tak suka kamu menanyakan perihal wanita lain kepadaku, terutama Luna. Sejak SMU aku tak menyukainya, karena ia selalu merasa jadi gadis paling populer.”
“Gadis paling populer?”
“Iya, dia populer karena keluarganya adalah donatur tetap terbesar di Sekolah kami,” Jawab Valerie dengan wajah datar, “karena itu jugalah, dia jadi gadis yang sombong dan angkuh. Kamu dengar sendiri kan, betapa angkuh kata-katanya?”
Mike memegang dagunya sendiri, ia jadi teringat betapa angkuh gaya bicara Luna.
“Iya, aku akui Luna memang cantik, tapi dia juga pernah membuatku sangat kesal,” Valerie menambahkan. “Karena itulah, aku juga tak mau jika Luna mengambilmu dariku,” Valerie mencebik kan bibirnya, sementara kedua tangannya merapikan dasi Mike yang berantakan.
Mike meletakkan telunjuknya di bibir Valerie. “Cukup, itu saja sudah cukup, apapun yang kamu katakan aku percaya padamu. Aku tak akan lagi bertanya tentang Luna, karena aku tahu, hal itu melukai perasaanmu.”
Valerie tersenyum senang, “terima kasih sayang, aku mencintaimu.”
.
.
Di kamar Pelangi, Luna baru saja berhasil melepaskan genggaman tangan Pelangi, gadis itu sangat posesif. Sepanjang Luna membacakan buku cerita, tangan Kiri Luna ia genggam, seolah-olah tak ingin di tinggal seorang diri.
Luna merapikan selimut yang menutupi tubuh Pelangi, dan juga buku-buku cerita milik gadis kecil itu. Melihat buku-buku milik Pelangi Luna jadi mengingat masa kecilnya sendiri, karena ketika kecil dirinya pun begitu menggemari buku.
Luna kembali duduk di kursi tunggu yang ada di sisi brankar, ia kembali membuka salah satu buku cerita. Setiap membuka buku-buku fantasi selalu membuatnya kembali ke masa silam, saat ia pernah sengaja bolos sekolah demi mendapatkan buku fantasi. Tapi kejadian tak terduga, justru membuatnya berakhir pergi ke kolam pancing bersama Evan.
.
"Van… pancingannya gerak-gerak…" Seru Luna.
Evan segera mengalihkan pandangannya dari ponsel, ia meraih kail pancingnya, dan mulai menggulung benang pancingnya.
“Ish ish … gede juga tenaga ikan nya, tolong ambilkan jaring dan timba nya!!” pekik Evan yang masih berusaha mengendalikan pergerakan ikan.
Tanpa sadar keduanya bekerja sama, saling bantu, hingga seekor ikan gurame berukuran cukup besar berhasil naik ke daratan. Keduanya bersorak kegirangan, hingga pengunjung di sekitarnya ikut senyum senyum menyaksikan heboh nya dua sejoli tersebut.
Bahkan dengan bantuan pria yang duduk di sebelah mereka, sekali lagi Evan mengabadikan momen mereka bersama si gurame pemersatu kedamaian hati tersebut.
Setelah hasil pancing mereka terhidang di atas meja, Luna melahap gurame bakar tersebut, sambal dan lalapan segar membuatnya menghabiskan dua porsi nasi sekaligus. Melihat sang kekasih makan dengan lahap, membuat Evan menahan rasa laparnya.
Lelaki muda itu justru membantu menyingkirkan duri ikan, agar Luna bisa makan dengan nyaman, tanpa perlu merasa terganggu dengan duri-durinya.
“Kenapa kamu gak makan?” Tanya Luna ketika menyadari Evan membantunya membersihkan duri ikan.
Evan tersenyum, “melihatmu makan dengan lahap, apa mungkin aku tega bersaing denganmu menghabiskan seekor ikan ini?” gombalan ala remaja kasmaran itu memang sukses melelehkan hati Luna, karena sedetik kemudian Luna tak lagi mampu menyembunyikan rona di wajahnya.
“Hei, wajahmu merah,” cetus Evan.
Luna gelagapan, ia berpaling namun hal itu tak cukup untuk menyembunyikan rona wajahnya. “Hah?!! Merah?”
Dengan punggung tangannya yang masih bersih, Evan membuat wajah Luna berhadapan langsung dengan wajahnya. “Cantik, tapi juga seksi ketika tempo hari menghajarku, itulah kamu … gadisku … I love you.”
Luna terdiam, sungguh tak menyangka jika pernyataan Evan mampu membuat dadanya berdebar hebat. “Eh … a … aku …”
“Jangan di jawab sekarang jika belum yakin, aku akan sabar menunggu.”
Luna yang masih terkejut, mendadak kehilangan kata-katanya. Hingga Evan menepuk pelan pipi Luna, bermaksud menyadarkan lamunannya.
.
“Luna … “
Tepukan di pipi Luna terasa begitu nyata, bahkan Luna mendengar namanya di dengungkan. Tepukan hangat ia rasakan mampir di pipinya, memaksanya kembali ke alam sadar segera.
“Nona …”
Sekali lagi Luna mendengar dengan jelas ada suara mampir di telinganya.
Luna membuka matanya perlahan, dan seketika air mata mengalir begitu saja, manakala wajah Evan terlihat begitu nyata di hadapannya. “Evan…”
Luna menangkupkan kedua tangannya di pipi Evan, “aku merindukanmu…” cetusnya sebelum kedua lengannya memeluk erat pria di hadapannya.
“Aku benar, ternyata firasatku benar, selama ini kamu masih hidup,” Ucap Luna di sela tangisan.
Mike melepas pelukan Luna di lehernya, ia mencengkeram erat kedua lengan Luna, sambil berkata, “Nona, kamu salah paham, aku Bukan Evan.”
Tapi Luna yang masih belum sepenuhnya sadar dari mimpi singkatnya, menggeleng kuat. Putri bungsu Dokter Kevin itu, tetap bersikeras dengan keyakinannya, “tidak mungkin aku salah paham, apalagi salah mengenali kekasihku.”
“Semua yang ada pada dirimu masih sama, bahkan aku bisa merasakan detak jantungmu seperti dahulu.”
Mike semakin bingung, karena Luna terus berusaha meyakinkan dirinya bahwa pria di hadapannya kini adalah Evan, kekasihnya.
Apakah pria bernama Evan ini adalah lelaki yang dimaksudkan oleh Valerie?
Kebingungan Mike kini berubah menjadi senyuman sinis, “Aku tegaskan sekali lagi pada anda, Nona. Aku tidak tahu, dan juga tidak mengenal pria yang anda maksudkan!! sejak lahir, namaku adalah Michael Bimantara, jelas.”
Bibir Luna bergetar menahan tangis, “dan jangan kamu pikir air matamu ini akan membuatku luluh!!!” Mike benar-benar menegaskan siapa dirinya, kemudian dengan kasar Mike menghempaskan genggaman tangannya. Hingga Luna mundur beberapa langkah, menubruk seseorang yang tiba-tiba masuk ke ruangan tersebut.
“Berani kamu bersikap kasar pada putriku!!!???”
.
.
Tuh Mike, jangan hanya berani sama perempuan, kalo bernyali lawan bapaknya, bikin gedeg aja 😤😤😤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
𖤍ᴹᴿ᭄☠BanxJeki Hiatus,GC.2th
Memimpikan orang terkasih yang telah pergi sampai menangis itu huweee Luna 😭 👍
2024-08-07
0
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
Sabarr Lun, klo iya Evan amnesia yaak perlahan memulainya
2024-08-06
0
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
Luna sampai mimpi pun membayangi evan terus belum bisa move on sampe mike di kira evan
2024-08-05
0