Persidangan berjalan cukup kacau, tidak lain dan bukan sebab Brian menolak untuk mengakui semua bukti yang telah Ridwan keluarkan. Bahkan saat rekaman suara pertengkarannya dengan Laura dan menyebabkan Laura keguguran itu pun, Brian berdalih bahwa hal itu hanya tipu daya Laura untuk mengeruk harta kekayaannya saja.
Namun, kelakuan Brian tidak berlangsung lama. Cctv yang ada di lobi apartemen dan lorong apartemen merekam semuanya. Di mana saat Laura datang dirinya masih sehat, tapi ketika Laura keluar dari apartemen Brian, Laura sudah dalam keadaan berdarah-darah.
Ditambah dengan rekam medis yang diberikan oleh Indra, kesaksian Indra dan salah seorang perawatnya akan keributan yang dilakukan Brian dan Brenda. Menambah daftar barang bukti yang tidak terbantahkan semakin panjang. Putusan sidang dipastikan Laura yang akan memenangkannya.
Di sidang yang akan datang, Laura diperbolehkan untuk tidak hadir dan diwakilkan oleh Ridwan saja. Laura juga dapat menuntut ganti rugi atas derita fisik dan psikis yang dialaminya.
Dengan hasil sidang yang berpihak pada Laura, tentu menjadikan keluarga Brian mengamuk di pengadilan agama tersebut. Mereka tidak terima akan keputusan sidang, apa lagi hal yang paling tidak bisa mereka terima adalah biaya ganti rugi yang harus mereka berikan pada Laura.
Seusai sidang, Laura dan Brian berjalan menuju area parkir. Namun, langkah keduanya dihadang Brian.
"Apa ini yang kamu harapkan Laura! Kamu berniat untuk membuatku jatuh miskin, bukan! Kamu itu harusnya nyadar, kalau kamu bisa jaga diri, tidak mungkin aku akan berpaling darimu," ucap Brian melampiaskan amarahnya pada Laura.
"Hah? Kamu ini tuli ya? Bukankah hakim juga sudah memutuskan bahwa memang kamu bersalah dan aku berhak menuntut kamu!"
Laura sudah naik pitam, dari pagi dia berusaha untuk bersikap tenang. Bahkan di saat dirinya mendapat caci-maki dari keluarga Brian. Jika ingin ikutkan kata hati, ingin rasanya Laura menghajar mulut-mulut yang tidak tahu diri itu.
"Sudah, Laura. Kita pergi saja dari sini. Tidak akan ada hal baik yang akan kamu dapatkan dengan meladeni mereka," ucap Indra.
"Heh! Diam kamu brengsek! Kamu 'kan yang menghasut Laura untuk berani padaku! Kamu pasti yang menjadi dalang dibalik sikap Laura yang tidak seperti biasa.
"Asal kamu tahu saja, Laura itu dulu sangat penurut. Dia juga selalu percaya dengan apa yang aku katakan. Jangan-jangan memang benar kamu lah punca semua masalah yang terjadi di rumah tangga kami!" geram Brian.
Laura mendengus kesal, emosinya sudah sampai di ubun-ubun. Dia ingin muntah mendengar semua kalimat yang dikatakan Brian. Laki-laki tidak tahu malu itu makin menjadi.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Laura Kiehl? Kamu tidak terima selingkuhanmu itu aku ganggu?" Brian mencengkeram lengan Laura. Berusaha untuk mengintimidasi Laura, tapi dengan tangkas Laura langsung membalikkan keadaan.
Laura menendang kaki Brian, hingga laki-laki itu terjatuh dan meraung kesakitan.
"Dengar Brian, sekali lagi kamu membuat ulah maka aku tidak akan segan untuk menyeret kalian semua ke penjara," ancam Laura sebelum dia meninggalkan Brian yang langsung dirubungi oleh keluarga dan kekasih gelapnya.
***
Sesampainya di rumah, Laura disambut Puspita yang mengkhawatirkan dirinya. Persis seperti seorang ibu yang khawatir akan keadaan anaknya.
"Laura sayang, kamu pasti lelah sekali bukan? Ayo masuk, Ibu sudah memasak makanan yang kamu suka. Terima kasih karena sudah bertahan sampai sejauh ini, Nak. Kamu hebat, Sayang."
Puspita merengkuh Laura dalam dekapannya, dia sungguh menganggap Laura sebagai bagian dari keluarganya. Bukan hanya karena dia merindukan mendiang putrinya. Namun, kasih sayang yang dia tunjukkan pada Laura murni tanpa embel-embel apa pun. Siapa saja pasti akan tersentuh dengan kisah hidup Laura yang penuh liku dan berduri.
Dalam dekapan Puspita, tangis Laura pecah. Sungguh dia sangat rapuh akan kasih sayang yang ibu Indra berikan padanya. Indra hanya bisa menatap sayu, hatinya pun seolah tercabik-cabik. Dia tidak menyangka ada perempuan yang begitu keras menghadapi hidupnya. Dengan tubuh kecil itu, Laura bergelut dengan ujian demi ujian seorang diri.
"Ayo, Bu. Kita masuk ke dalam dulu, kasihan Laura," ajak Indra.
Puspita pun merenggangkan pelukannya pada Laura, dia mengusap sisa air mata yang masih ada di pipi putih Laura.
"Sudah, Nak. Setelah ini kamu bebas. Kamu tidak lagi terikat dengan mereka yang menyakitimu. Mungkin akan sulit untuk melupakannya sekaligus. Namun, Ibu yakin kamu mampu melakukannya. Yuk masuk ke dalam. Kalau kamu belum berselera untuk makan, kamu bisa istirahat terlebih dahulu."
"Benar kata Ibu, Laura. Masuklah ke kamarmu. Istirahat lebih awal. Turun saja jika kamu lapar," sahut Indra menyetujui ucapan ibunya.
Laura seolah tidak memiliki tenaga yang tersisa lagi, dia pun melangkah menuju kamarnya. Langkah yang semula tegap itu kini lunglai tidak berdaya.
Laksana robot yang telah habis daya, begitulah kondisi Laura saat ini.
"Ndra, nanti kamu cek kesehatan Laura ya. Ibu takut dia sakit lagi," pinta Puspita pada putranya.
"Baik, Bu."
Indra memapah ibunya masuk ke dalam rumah, laki-laki itu mengedarkan pandangannya untuk mencari sang ayah. Namun, dia tidak menemukan keberadaan ayahnya.
"Ayah belum pulang, Bu?" tanya Indra yang penasaran ke mana perginya sang ayah.
"Oh, ayahmu. Dia sedang pergi ke dealer mobil."
"Hah? Dealer? Buat apa? Memang ayah mahu ganti mobil?"
"Bukan untuk ayahmu atau Ibu, tapi untuk Laura. Ayahmu ingin menghadiahkan mobil untuknya.
Indra terperangah akan jawaban ibunya, dia memang tahu ayahnya itu orang yang seperti apa. Hanya saja, memberi hadiah mobil pada Laura, sungguh tidak ada dalam benak Indra.
Untuk beberapa detik dia kagum atas perbuatan ayahnya, tapi dia jadi teringat hal penting.
"Bu, kalau Laura punya mobil sendiri itu artinya aku tidak bisa mengantar atau menjemput Laura, dong?" tanya Indra yang akhirnya ingat apa hal penting yang hampir saja dia lupakan.
"Duh kamu ini! Biarkan saja lah ayahmu itu berbuat apa, lagian kamu ini kalau suka Laura yang ngomong saja langsung sama orangnya."
Indra bungkam, dia tidak bisa menjawab ucapan ibunya. Bukan dia tidak mau dan tidak mampu untuk membahagiakan Laura. Akan tetapi, untuk saat ini Indra yakin dengan pasti Laura tidak akan semudah itu untuk membuka hati untuknya atau bahkan untuk laki-laki lain.
Laki-laki itu paham betul apa yang saat ini Laura alami, semua kejadian buruk yang menimpanya bisa saja menyebabkan Laura mengalami trauma mendalam dengan apa yang dinamakan ikatan suci pernikahan.
"Aku harap, kamu bisa melalui semua ini dan bangkit lagi, Laura," gumam Brian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Tati st🍒🍒🍒
aku kok curiga mereka tuh ada pertalian darah,kok keluarga dokter baik banget ya
2024-08-24
0
Eemlaspanohan Ohan
lanjut
2024-08-22
0