Life is not easy for everyone

Deru kendaraan roda empat milik Indra terdengar mulus membelah jalanan siang yang terkadang macet, mengingat sekarang masih jam makan siang. Dari luar jendela mobil Laura dapat melihat lalu lalang kendaraan beroda dua maupun beroda empat. Ada juga penjual tisu dan pengamen yang terkadang menghampiri tatkala lampu lalulintas berubah merah.

Yang paling membuat pedih, terkadang anak kecil dan lansia turut menjajakan jualannya. Laura jadi teringat sebuah pesan dari salah satu kenalannya yang mengatakan, 'life is not easy for everyone.' Dan benar memang begitulah adanya, hidup tidak selalu memberi apa yang kita mau dan inginkan melainkan apa yang kita butuhkan.

Saat ini, Laura mungkin merasa bahwa dirinya lah yang paling menderita. Suami yang dia percaya dan cintai berselingkuh dan menipunya selama pernikahan mereka. Mertua dan adik ipar yang dianggapnya sebagai keluarganya sendiri, pun turut memberi luka dan menyiramnya dengan cuka. Ketika Tuhan memberikannya keturunan, tapi diambil kembali darinya. Laura merasa seolah dunianya telah hancur berantakan. Dia bahkan beranggapan bahwa Tuhan tidak sayang dan membencinya.

Namun sekarang, Laura tersadar kembali setelah melihat keadaan di sekitarnya. Tiap manusia mempunyai kesulitan hidup masing-masing. Cobaan dan ujian mereka tidak sama. Bisa jadi hal itu mudah baginya, tapi tidak bagi mereka. Begitupun sebaliknya.

Laura seakan ditampar oleh kenyataan hidup, seolah Tuhan sedang menyadarkan dirinya. Bahwa apa yang terjadi padanya itu bukanlah untuk menghancurkan hidupnya, bukan pula karena Tuhan tidak mencintainya. Laura sekarang yakin, Tuhan menggariskan jalan hidupnya berkerikil demikian untuk menyelamatkannya dari orang-orang yang tidak pantas mendapat cintanya.

Tidak terasa air mata Laura mengalir begitu saja, rasa sesak di dadanya seakan lenyap. Beban yang ada di pundaknya seolah terangkat tidak bersisa. Ah, sungguh dirinya ini manusia yang tidak pandai bersyukur.

"Maafkan aku, Tuhan," gumam Laura sambil menghapus air matanya.

Gerak-gerik Laura sudah diperhatikan dari tadi oleh Indra, dokter muda itu sesekali melirik melalui ekor matanya ke arah perempuan yang tengah melamun itu.

Saat melihat Laura menyeka air matanya, Indra cukup penasaran apa yang sekarang membuat perempuan itu kembali meneteskan air matanya yang berharga.

"Kamu kenapa? Ada yang sakit?" tanya Indra yang tidak bisa diam saja dengan keadaan Laura.

Indra masih beranggapan bahwa Laura ini adalah pasiennya, tidak ada alasan lain bagi Indra untuk menggambarkan perasaan aneh di hatinya akhir-akhir ini.

Kehadiran perempuan berkulit putih dengan tinggi yang bahkan tidak sampai bahunya itu, entah kenapa mengusik hatinya. Hal yang belum pernah Indra rasakan sebelumnya, padahal ada banyak rekan kerja maupun teman-temannya di bangku persekolahan yang selalu berusaha menarik perhatian Indra.

"Laura, kenapa tidak jawab? Apa ibuku mengatakan sesuatu yang membuatmu terluka?" tanya Indra sambil melirik Laura. "Kalau benar begitu, kamu beritahu aku saja. Biar aku yang bilang ke Ibu."

Laura yang dari tadi masih sibuk dengan perasaannya itu baru tersadar, kalau tingkahnya mungkin membuat Indra salah paham. Akhirnya Laura buru-buru menghapus sisa air mata dan segera menjelaskan kesalahpahaman Indra.

"B-bukan begitu ... sungguh, aku tidak apa-apa. Aku hanya ... mulai tersadar kalau Tuhan itu sayang padaku. Makanya aku dipisahkan dengan orang-orang yang tidak mencintaiku dengan tulus.

Aku jiga mulai menerima kenyataan akan kepergian calon anakku, bisa jadi seandainya saja anak itu lahir justru dia tidak bisa tumbuh dan dirawat dengan benar. Aku malah takut, karena ulah ayahnya nanti aku justru melampiaskan amarahku pada anak itu. Belum lagi adanya 'baby blues.' Makanya Tuhan memilih mengambil kembali amanah itu, karena aku dirasa belum siap untuk menjadi seorang ibu," tutur Laura.

Indra terdiam mendengarkan penjelasan Laura dari awal hingga akhir. Laki-laki dengan wajah teduh dan terkadang terlihat serius itu mengulas senyum menawannya.

"Baguslah kalau begitu, pokoknya jika ada apapun yang mengganggu pikiranmu maka jangan pernah ragu untuk cerita padaku. Ingat, kamu di mataku masih seorang pasien. Aku tidak akan lepas tangan begitu saja atas diri pasien-pasienku," ujar Indra.

Laura tercengang akan pernyataan Indra, padahal bukan sekali dua kali dia mendengar dokter yang pernah menanganinya itu mengatakan kalimat serupa. Rasa haru akan sikap Indra berhasil membuatnya terharu, ternyata benar kata orang tidak selamanya mendung itu hujan terus menerus. Tidak selamanya kesedihan yang disebabkan orang lain itu abadi, pasti ada orang-orang yang tulus peduli padanya. Dan entah kenapa, berharap Indra berserta kedua orang tua laki-laki bertubuh tegap itu termasuk ke dalam orang yang tulus tersebut.

"Terimakasih, Indra. Aku bersyukur bertemu dengan dokter baik hati yang mau peduli dengan orang sepertiku."

"Hei, emang kamu orang seperti apa? Sama-sama manusia kan?" tanya Indra yang tidak setuju akan kalimat terakhir Laura.

"Hehehe iya benar, aku manusia. Bukan siluman babi seperti Pat Kai," gurau Laura sambil tertawa lepas di akhir kalimat yang dia ucapkan.

Indra pun turut tertawa, bukan menertawakan 'joke' receh perempuan yang memiliki senyum termanis menurutnya. Indra tertawa karena setelah sekian hari mengenal Laura, akhirnya dia bisa mendengar tawa dari perempuan yang selalu hadir di mimpinya belakangan ini.

Fenomena yang tidak pernah dialami juga oleh Indra, sungguh aneh tapi nyata. Indra bingung ke mana harus dia ceritakan perubahan suasana hatinya tersebut. Akan sangat memalukan bagi seorang laki-laki yang sudah dewasa, masih bergantung pada ibunya saat menghadapi masalah hati.

'Jangan sampai ayah pun tahu apa yang aku rasakan sekarang, bisa disuruhnya aku melamar Laura saat itu juga jika ayah tahu,' batin Indra.

Setelah basa-basi yang keduanya lakukan, hanya untuk menghabiskan waktu sampai mereka tiba di destinasi yang sudah ditetapkan.

Akhirnya, setelah hampir sejam lamanya keduanya telah tiba di kediaman Brian dan keluarganya kecuali Laura. Indra pun keluar dari mobil dan membantu Laura membukakan pintu mobil untuk Laura.

"Kamu yakin aku tidak perlu ikut menemanimu?" tanya Indra ketika dia mendengar Laura yang menyuruhnya untuk tidak ikut serta masuk ke rumah Brian eh rumah ibunya Brian.

Laura tersenyum manis, demi meyakinkan Indra dan sebagai simbol bahwa dia tidak selemah itu. Namun, sikap Laura masih belum bisa meluluhkan hati Indra.

Indra masih belum melepaskan tangannya dari tautan tangan keduanya. Indra yakin Laura tidak akan bisa menghadapi manusia-manusia tidak berhati tersebut.

"Indra, aku bisa dan masih sanggup menghadapi mereka semua. Gini saja kalau begitu, jika keadaannya makin genting, maka akan langsung menghubungimu, gimana? Adil 'kan?"

Indra masih bungkam, setelah dia menghadapi langsung calon ibu mertua Laura. Begitupun kisah calon mantan suami Laura di rumah sakit beberapa hari. Karena itulah Indra masih belum menyetujui ide Laura.

"Ayolah, aku tidak selemah itu. Kalau kamu juga tidak mau percaya padaku, aku harus gimana?" tanya Laura.

Laura berpura-pura marah dan mengerucutkan bibirnya, persis seperti anak kecil yang tengah merayu orangtuanya agar membelikan permen atau juga mainan. Indra yang melihat ekspresi menggemaskan Laura itu pun akhirnya menyerah.

"Hehehe, aku bilang juga apa. Ya sudah kalau gitu aku pergi sebentar ya."

sesaat sebelum Laura melepaskan tangannya, Indra mengingatkan kembali akan rencana yang Laur0a katakan sebelumnya.

"Kembalilah jika dirasa kamu tidak sanggup sendirian." Pesan Indra untuk kesekian kalinya.

"Siap, Dokter Indra!" jawab Laura dengan lantang.

Akhirnya dengan berat hati, tangan Laura dipisahkan darinya. Indra masih berdiri di samping mobjl mkliknya. Indra masih terus mengawasi dan memantalau Luara, hingga perempuan jtu tidak lagi terlihat di pelupuk mata Indra.

"Semoga berhasil, Luara," gumam Indra yang masih berharap-harap cemas tersebut.

"Duh, makin penasaran aku apa yang dilakukan oleh keluarga Brian. Jangan sampai orang-orang jelmaan iblis itu masih tidak mau berubah, maka Indra tidak segan untuk melaporkan mereka kepada pihak yang berwajib," ucap Indra di sela rasa khawatirnya.

Indra masih menatap rumah besar Brian, rumah yang tak ubahnya seperti rumah hantu dk mata Indra.

!

Terpopuler

Comments

cool kid

cool kid

semangat thor 😍

2024-08-03

0

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

jangan takut laura hadapi mereka dg kepala tegap

2024-07-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!