Bangkitnya Laura

Laura menekan bel rumah Brenda, beberapa kali dia melakukan hal yang sama tapi belum ada yang membukakan pintu berwarna putih itu. Karena tidak berhasil dengan cara normal, Laura pun mulai menggedor-gedor keras pintu itu. Dia juga berteriak memanggil nama mertua dan adik iparnya.

Kepalan tangan Laura bahkan sampai memerah karena tindakannya. Akan tetapi, Laura tidak bisa berhenti. Dia masih melakukan aksinya hingga usahanya berhasil. Pintu kokoh itu terbuka dan Luke Shabrina Regan keluar menemuinya.

"Hei, bodoh ya. Kamu mau merusak pintu rumah kami!" teriak adik iparnya itu.

Laura menatap tajam ke arah gadis yang masih belia itu, hanya saja karena Luke Shabrina Regan memiliki darah bule perawakannya tinggi. Luke nama panggilan yang tidak cocok untuknya mengingat dia seorang gadis. Kening Laura mengerut tatkala gadis itu wajahnya bengkak, oh tentu bukan bengkak karena sakit atau terluka. Sepertinya Luke baru saja mengoperasi wajahnya. Maklumlah, gen ayahnya hanya di tinggi badan saja, tapi wajahnya di bawah standar. Padahal cita-cita Luke Shabrina Regan itu menjadi seorang idol.

"Ngapain kamu lihatin aku kaya gitu hah?" tanya Luke yang tidak suka dirinya diperhatikan sedemikian rupa oleh Laura.

Raut ketidaksukaannya tergambar jelas di wajah bengkak Luke, sungguh sekarang tidak ada lagi yang ditutupi dari adik ipar Laura tersebut. Jika dulu Luke masih berlaku manis dan manja pada Laura, tapi tidak dengan sekarang. Gadis itu sangat terang-terangan menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya, apa lagi setelah kejadian Laura mengetahui perselingkuhan Brian.

"Minggir, aku mau masuk," ucap Laura. Didorongnya tubuh jangkung Luke.

"Heh! Kamu pikir siapa kamu, hah! Main nyelonong masuk saja! Berhenti sekarang juga! Atau aku laporkan kamu ke polisi!" seru Luke.

Laura hanya menoleh, tidak pula menuruti perintah Luke. Laura terus berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua, Laura hanya berharap semoga barang-barangnya belum dibuang. Minimal semua surat-surat berharga dan sisa tabungan yang dia miliki. Perkara baju, Laura tidak peduli. Toh selama ini dia tidak pernah membeli atau dibelikan baju baru oleh Brian.

Alasan yang selalu diberikan oleh Brian tidak lain hanyalah untuk berhemat agar bisa membeli rumah sendiri, tapi nyatanya uang itu Brian habiskan bersama perempuan lain dan berfoya-foya semata.

"Syukurlah, kunci kamar belum diganti," gumam Laura.

Laura memutar ke bawah gagang pintu kamarnya, dia melihat sekeliling kamar untuk memastikan apakah kamar itu masih belum diusik Brian dan keluarganya. Namun, sayang sekali harapan Laura sirna. Perabotan di kamar itu sudah berubah. Bahkan ketika Laura membuka lemari bajunya, semua baju yang dia miliki telah raib. Foto pernikahan yang tergantung di dinding kamarnya juga telah diganti dengan foto Brian bersama Zaskia.

Dalam bingkai foto itu, potret Brian yang sedang memeluk pinggang Zaskia dan mencium pipi pelakor itu keduanya terlihat bahagia.

"Laki-laki brengsek!"

Laura nyaris saja mengambil dan membanting foto tersebut, tapi niatnya terhenti saat dia samar-samar mendengar suara gelak tawa dari arah kamar mandi.

"Siapa? Jangan bilang Brian dan pelakor itu ada di dalam sana?"

Laura sangat yakin kedua orang yang telah membuat hidupnya hancur itu ada di dalam kamar mandi, apa lagi sekarang suara desahan Zaskia juga terdengar sangat jelas. Laura meradang, degup jantungnya begitu cepat, tinjunya mengepal. Namun, Laura mencoba untuk tenang. Dia menarik napas perlahan dan membuangnya, beberapa kali dia lakukan hal itu. Pintu kamar pun sengaja dia kunci dari dalam, dia mendengar suara Luke menggedor pintu dan meneriakkan namanya.

Setelah Laura sudah mengontrol emosinya, dia beralih menuju arah ranjang. Di bawah ranjang sana ada map coklat yang Laura sembunyikan tanpa sepengetahuan Brian. Map yang berisi ijazahnya, tabungannya, dan surat-surat penting lainnya. Sekitar sepuluh menit lamanya Laura ada di kamar itu, bahkan Luke mengancam akan menelpon polisi. Akan tetapi, baik Brian dan Zaskia sama sekali tidak mendengar keributan yang dilakukan Luke.

"B-ajingan sialan itu, dia ngeseks sampai tidak dengar teriakan orang gila di luar kamar?"

Laura menyembunyikan mapnya di handbag, ternyata ada untungnya juga Laura membawa handbag besar tersebut. Perempuan itu melangkah menuju kamar mandi, biasanya Brian tidak akan mengunci pintu kamar mandi dan ya benar saja. Senyum simpul nan getir itu tersirat di wajah teduh Laura yang sayu. Dia menghela napas lagi dan membuka kasar pintu kamar mandi.

Sungguh memalukan pemandangan yang ada di depannya. Dua insan yang tidak mengenakkan busana itu bahkan masih dalam posisi penyatuan mereka. Ekspresi terkejut dari wajah keduanya, atas kedatangan Laura tidak terelakkan lagi.

"N-ngapain kamu di sini sialan!" teriak Brian yang buru-buru melepaskan miliknya dari surga dunia milik Zaskia. Brian menyambar handuk yang tergantung di dekat jakuzi. Sementara itu, Zaskia menatap penuh kemarahan ke arah Laura yang telah mengganggu aktivitasnya.

"Heh! Apa yang kamu lakukan di sini! Sudah kubilang kamu dan aku itu sudah berakhir, wanita jalang!" teriak Brian yang juga langsung menjambak rambut panjang Laura. Sedangkan tangan kirinya hendak menampar Laura, tapi dapat Laura tangkis dengan mudah.

Bahkan Laura memelintir ke belakang tangan Brian, laki-laki itu refleks langsung melepaskan tangannya dari rambut Laura.

"Hah, aku tidak menyangka ternyata kamu sudah membawa pelakor itu ke rumah ini. Bahkan kalian juga melakukan tindakan tercela itu di kamar kita," ujar Laura.

"Diam! Itu hakku mau aku apakan kamar ini. Ini rumah ibuku, bukan rumahmu jalang!"

Laura tertawa kecil mendengar cacian Brian yang mengatakannya sebagai jalang. Padahal secara hukum Laura masihlah istri dari Brian Regan.

"Hahaha! Jika aku ini jalang, lalu wanita yang baru saja kamu masuki lubangnya itu apa? Perek? Pela-cur? Oh iya tapi dia berkelas dong ya, jadi kusebut dia pela-cur vip hahahaa!"

Laura tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa, air matanya bahkan menyeruak di sudut matanya. Sungguh hari yang luar biasa bagi Laura hari ini, tidak ada lagi penyesalan ataupun kenangan indah yang dia ingat dari Brian. Rasa sakit hatinya, luka fisik, batin, dan juga kehilangan calon anaknya sudah menghapus semua kenangan manis dengan Brian. Walau kenangan itu pun pasti palsu, tapi setidaknya dulu Laura bahagia.

"Lepaskan aku sialan! Jangan samakan Zaskia dengan jalang sepertimu!" balas Brian yang mencoba melepaskan diri dari Laura.

Usaha Brian sia-sia belaka. Laura mungkin terlihat lemah, tapi tidak demikian kenyataannya. Laura pemilik sabuk hitam karate dan hal itu tidak diketahui oleh Brian.

Melihat keadaan Brian yang sedang kesulitan, Zaskia berlari dan mendorong Laura. Akan tetapi, Laura dengan refleksnya langsung mengelak. Akhirnya, Zaskia sendiri yang jatuh terjerembab. Teriakan kesakitan Zaskia menggema di kamar mandi tersebut, tepat sekali dengan kedatangan Luke dan Brenda Regan, ibu mertua Laura.

"Wanita kampung sialan! Apa yang kamu lakukan hah!" jerit Brenda yang langsung membantu Zaskia berdiri dan membenarkan handuk calon menantunya itu.

"Luke, tangkap wanita kampung itu!" titah Brenda pada putrinya dan sebagai anak yang patuh, Luke pun hendak menyerang Laura. Namun, Laura menendang Luke. Gadis itu pun sama jatuh tersungkur dan luka bekas operasinya berdarah sebab dia membentur wastafel.

"Argh! Wajahku, Mama!" Luke panik dan memeriksa wajahnya di cermin yang ada di depan wastafel. Brenda memaki tindakan Laura dan menenangkan Luke.

"Sialan! Apa maumu wanita jahanam!" seru Zaskia.

"Hah? Kamu menanyakan apa mauku? Aku tidak ada permintaan apapun tuh, justru aku ke sini untuk menyerahkan surat cerai.

"Brian, aku sangat kecewa dengan sikapmu. Namun, aku akhirnya tidak menyesal saat menandatangani ini. Sampai jumpa di pengadilan agama nanti," ujar Laura.

Laura sudah melepaskan tangan Brian, pergelangan tangan orang yang pernah menjadi suaminya itu sangat merah dan ada bekas tangannya yang terlihat dengan jelas.

"Oh iya, aku harap kamu cepat sadar, Brian. Kamu sungguh manusia tanpa hati nurani, padahal calon anakmu telah pergi untuk selamanya. Eh, malah kamu sekarang bercumbu memadu cinta terlarang itu?"

Laura sungguh muak berada di tengah-tengah, mereka. Setelah dia melempar surat cerai ke wajah Brian. Dia pun melenggang pergi dan membiarkan manusia berhati demit itu menoleh sama sekali.

Terpopuler

Comments

murni l.toruan

murni l.toruan

kenapa nggak tendang saja perkututnya yang suka masuk sangkar jalang

2024-09-06

0

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

dasar keluarga toxic

2024-08-07

0

cool kid

cool kid

😍😍😍

2024-08-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!