Siapa perempuan itu?

Laura mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti kenapa sang suami justru uring-uringan saat dia menanyakan perihal perempuan yang baru saja keluar dari ruangan suaminya itu.

"Kamu kenapa? Apa aku salah?" Laura sungguh gadis polos yang tidak bisa menebak hanya dengan ekspresi ketidaksukaan Brian saat itu.

Dia selalu beranggapan bahwa Brian memang tulus mencintainya, ya dulu mungkin demikian. Namun, sepertinya cinta sang suami mulai terbagi, atau bisa jadi memudar sedikit demi sedikit.

"Brian, maafkan aku. Aku mungkin salah karena tidak mengabari terlebih dahulu bahwa aku akan datang, tapi bukankah aku juga pernah ke sini tanpa memberitahumu?" Laura meraih lengan suaminya. Namun, Brian justru menepis lengan kurus Laura.

"Heh, mikir dong. Kamu kan punya otak, masa gini saja harus aku kasih tahu? Kamu kan sudah aku bilangin kalau aku sedang mengurus proyek besar? Gimana kalau klien tadi tidak suka urusannya diganggu?"

Laura tersentak, untuk pertama kalinya dia melihat suaminya marah sedemikian rupa, rasa takut mulai menggerogoti hatinya.

"M-maaf, Brian. Aku bodoh karena tidak berpikir sampai sejauh itu, jadi wanita tadi adalah klien yang kamu maksud?" Laura lagi-lagi menanyakan identitas dari perempuan tersebut.

"Iya! Kenapa? Kamu tidak percaya? Kamu pikir aku siang malam kerja itu untuk main-main? Kamu ini sudahlah tidak kerja, tidak membantu ekonomi, tapi justru mencurigaiku terus! Aku capek, Laura!" seru Brian.

"M-maaf, Brian. A-aku datang hanya untuk mengantar makan siangmu saja, aku lupa kalau kamu sibuk," jawab Laura. Dia tidak berani memandang wajah sang suami.

"Makanan? Ini maksudmu?" Brian mengambil kotak makanan yang baru saja dikeluarkan oleh istrinya. Tanpa melihat hidangan apa yang disediakan sepenuh hati oleh sang istri, Brian membuang kotak makan itu ke tong sampah yang ada di dekat meja kerjanya.

"B-Brian...." suara Laura tersekat, dia tidak menyangka suami yang dulu begitu penyayang kini melakukan hal itu padanya.

"Aku tidak butuh sampah darimu. Keluar kamu dari ruanganku. Wanita sialan!"

Brian memunggungi Laura yang kini mulai terisak, bukannya menenangkan hati sang istri, lelaki itu justru meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.

Dari suara yang samar-samar terdengar, Brian sedang berbincang dengan seorang perempuan.

"Apa wanita tadi?" tanya Laura dengan suara rendah. Dia berusaha mengusir kegundahan yang mulai menyergap.

Dengan perasaan hancur, Laura mengambil kotak makan yang dibuang suaminya itu. Netra Laura tertuju pada sesuatu yang ada di dalam tong sampah.

"I-ini kan?"

Jantung Laura berdegup dengan kencang, ritmenya bahkan tidak beraturan. Debaran yang jauh berbeda ketika dia pertama kali menerima pernyataan cinta dan lamaran sang suami.

"Heh! Ngapain kamu masih di sini! Mau kupanggil satpam untuk menyeretmu keluar, hah!" sentak Brian.

Laura mengalihkan pandangannya dari tong sampah ke wajah sang suami, padahal beberapa saat yang lalu suaminya itu tertawa lepas ketika dia masih bercengkrama dengan perempuan di telepon. Kini, wajah suaminya berubah drastis. Merah padam menahan emosi padanya.

"B-Brian, ada yang ingin aku tanyakan..."

Laura tidak tahu harus memulai percakapan dari mana, dia bingung apakah dia berhak menanyakan benda yang dia temukan atau tidak.

"Dasar wanita dungu! Sudah kubilang pergi ya pergi! Masih banyak tanya kamu, hah!"

Bak orang kesetanan, Brian meraih lengan Laura dan menyeretnya ke arah pintu ruangannya.

"Pulang sana! Istri tidak berguna sepertimu, bukannya membantu justru mempersulit hidupku saja!"

Laura jatuh terduduk ketika Brian mendorongnya dengan kuat, beruntung dia tidak jatuh tersungkur. Laura yang kaget akan perlakuan sang suami, dia langsung memeriksa perutnya. Usia kandungannya masih sangat rentan. Dia takut sesuatu yang buruk terjadi padanya dan janinnya.

"Syukurlah, kamu tidak apa-apa, Nak. Maafkan ayahmu, mungkin dia sedang kelelahan. Kita pulang saja, yuk," ucap Laura pada calon anaknya itu.

Ada beberapa karyawan yang menyaksikan kejadian itu, tapi tidak ada satupun yang mau membantu Laura. Entah karena memang mereka takut akan kena getahnya, atau memang rasa empati terhadap perempuan hamil tidak ada sama sekali.

Akhirnya Laura memutuskan untuk pulang, rasa sakit atas dorongan suaminya tidak lagi dirasa. Sakitnya fisik mungkin bisa Laura abaikan, tapi tidak dengan sakit hati yang dia alami saat ini.

Banyak pertanyaan yang bersemayam di benaknyaz identitas perempuan yang dia temui, perubahan sikap sang suami, dan benda yang dia temukan.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang kamu sembunyikan dari, Brian?"

Langkah kaki Laura gontai, pandangannya entah tertuju ke mana. Pikirannya berantakan.

Terpopuler

Comments

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

ada apakah di tong sampah ko laura jadi penasaran

2024-06-23

0

Bella Ox

Bella Ox

lanjut thor

2024-06-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!