Sambutan Hangat

Laura mematung di depan pintu dengan ukiran bunga yang terlihat megah, hari ini dia diperbolehkan pulang. Dan seperti yang sudah direncanakan Indra dan dirinya, Laura pun tidak punya jalan lain selain menerima tawaran dokter yang merawatnya tersebut.

Jantung Laura berdebar kencang, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Berkali-kali Laura bertanya pada dirinya sendiri, apa langkah yang dia ambil ini sudah benar. Laura tidak ingin berhutang budi lebih banyak lagi dengan Dokter Indra yang telah menyelamatkan hidupnya, membayar biaya rumah sakitnya. Sekarang Dokter Indra bahkan mengizinkannya untuk tinggal bersama, tentu saja ada orang tua dari dokter tersebut.

"Kami sedang apa?" tanya Indra yang baru tiba, setelah dia memarkir mobil di garasi. Indra dari tadi memperhatikan Laura yang hanya berdiri mematung tanpa bergeming sedikitpun.

"E-eh, s-saya tidak apa-apa ..." jawaban Laura teramat kikuk dan kaku. Perempuan itu bahkan tertunduk dengan pipi yang merona merah.

"Masuklah, kita tidak mungkin di luar terus."

"T-tapi, Dok ..." Laura terlihat ragu apa dia harus mengikuti langkah dokter muda itu atau tidak.

"Tenanglah, semua baik-baik saja kok. Ayah dan ibuku tidak suka makan orang." Candanya berusaha mencairkan suasana.

Indra membuka pintu dan mempersilakan Laura untuk masuk, di saat yang bersamaan seorang perempuan paruh baya menyambut kedatangan Laura dengan senyum indah di wajahnya yang terlihat teduh.

"Kalian baru sampai, Nak?" tanya perempuan paruh baya itu.

"Iya, Bu. Biasa, Jakarta selalu macet." Indra memeluk perempuan yang dipanggilnya ibu tersebut. Keduanya berbincang sebentar, sebelum akhirnya perempuan tadi menghampiri Laura n

"Kamu pasti Laura yang diceritakan Indra." Perempuan itu seketika memeluk Laura.

Laura tercengang, dia belum pernah merasakan pelukan hangat dari orang lain. Bahkan ibu mertuanya maupun suaminya sendiri juga tidak seperti itu. Air mata Laura hampir saja menerobos dari pelupuk matanya.

"Ibu turut berduka atas kehilangan janinmu, pasti sangat berat, 'kan?" tanyanya lagi sambil mengelus lembut punggung Laura.

Laura tidak menjawab, dia tenggelam dalam keharuan yang sudah sangat lama dia rasakan. Laura menenggelamkan wajahnya di leher ibu Indra.

"Bu, sudah pelukannya dilanjut nanti saja. Kasihan mereka pasti lapar," ucap Baskoro Sjafri. Ayah dari Indra Sjafri itu menyentuh bahu istrinya.

"Duh iya, maafkan Ibu ya, Nak. Ayo kita ke ruang makan. Ibu sudah menyiapkan banyak makanan untukmu dan Indra. Panggil Ibu saja, jangan panggil Tante," tuturnya sambil menggandeng lengan Laura.

Laura mengangguk lemah, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Malu dan sungkan yang Laura rasakan saat ini, padahal keluarga ini bukan keluarga kandung atau bahkan keluarga suaminya. Namun, sikap yang keluarga ini tunjukkan jauh lebih manusiawi dari pada orang-orang yang Laura anggap sebagai keluarga.

Keempat orang itu pun telah sampai di ruang makan, di atas meja makan itu juga telah tersedia beraneka ragam jenis masakan. Laura baru pertama kali melihat makanan sebanyak itu. Maklum dulu Laura hidup serba susah, bahkan setelah dia bekerja pun dia harus mengikat perut demi membayar hutang Brian. Ketika Brian melamarnya, Laura sempat berharap akan adanya perubahan hidup yang lebih baik, tapi sayangnya tidak juga.

"Makanlah, jangan ragu dan malu. Oh iya, Ibu belum kenalkan laki-laki tua yang menyebalkan itu. Dia ayahnya Indra, orangnya sedikit kaku dan irit bicara, tapi hatinya baik kok. Walau tampangnya menyeramkan, namanya Baskoro Sjafri. Kamu juga bisa memanggilnya Ayah, seperti yang Indra lakukan," tutur Puspita memperkenalkan suaminya pada Laura.

"Ehem! Ibu ini kalau ngomong tuh yang baik-baik saja, gimana kalau Nak Laura tidak mau tinggal di rumah kita?" tanya Baskoro yang sepertinya tidak terima dengan penuturan sang istri.

"Sumpah, ini kali pertama aku mendengar Ayah bicara lebih dari empat kata. Segitunya Ayah ingin punya anak perempuan?" ledek Indra yang dari tadi tengah menahan tawanya.

"Anak kurang ajar ini! Ini itu semua salahmu, kalau saja kamu itu cepet-cepet punya pendamping hidup, kami tidak akan kesepian," ujar Puspita sambil mendelik ke arah putranya.

Ruang makan itu dipenuhi canda tawa. Ternyata Dokter Indra yang dikenal di rumah sakit sebagai dokter yang irit bicara itu, bisa tertawa dan mengobrol panjang lebar dengan orang tuanya. Laura selalu dikejutkan dengan sisi lain dari dokter yang telah merawatnya itu.

Tidak terasa malam semakin larut, Puspita meminta Indra untuk menunjukkan letak kamar yang akan ditempati Laura. Sementara itu Baskoro sendiri tengah membahas perihal masalah perusahaan dengan sekretarisnya melalui telepon.

"Ayo ke atas, kamarmu ada di lantai dua. Bersebrangan dengan kamarku. Kamar ayah dan ibu ada di lantai bawah. Untuk ruang kerja ku dan ayah ada di lantai tiga, di sana juga ada perpustakaan kecil. Ada berbagai jenis buku, dari novel hingga pengetahuan umum," tutur Indra yang memaparkan denah rumah orang tuanya yang juga akan menjadi rumah Laura mulai sekarang.

"Terimakasih banyak, Dokter Indra," sahut Laura. Laura tersenyum getir, bukan dia tidak suka dengan semua kebaikan yang diterimanya. Hanya saja dia merasa tidak pantas untuk mendapatkannya. Keluarga terpandang ini, akan rusak namanya jika dirinya berada di tengah-tengah mereka.

"Apa ada yang membuatmu tidak nyaman? Atau ada ucapan ibu dan ayahku yang membuatmu tersinggung?" tanya laki-laki berwajah teduh itu pada Laura.

"Oh, t-tidak. Bukan begitu, Dok. Saya hanya merasa tidak pantas saja untuk mendapatkan semua kebaikan yang Dokter dan orang tua Dokter berikan pada saya," ujar Laura.

Wajah perempuan berambut sebahu dan sedikit ikal itu sendu, Indra bisa membayangkan seberapa kecewa dan menyakitkannya hidup Laura dulu. Bagi seorang perempuan, ketika dia menikah maka dia hanya berharap suaminya itu bisa menjadi rumah tempatnya berteduh dan menjadi tempat pulang ternyaman. Namun, apa yang Laura dapatkan justru sebaliknya.

Dari apa yang perawat sampaikan pada Indra, Laura dikhianati sedemikian rupa oleh laki-laki yang bergelar sebagai suami. Laura disabotase, dijebak agar mau menikah dengan suaminya itu dan dia juga selama ini tertipu oleh kebaikan palsu keluarga suaminya.

"Laura, panggil aku dengan namaku saja. Aku tidak bisa mengulang waktu agar kamu bisa memilih jalan hidupmu, tapi setidaknya kamu bisa bangkit. Buktikan kalau kamu tidak lemah, jika kamu terus bersedih seperti ini mereka yang menyakitimu itu justru akan makin bahagia. Anakmu juga pasti tidak menginginkan ibunya terpuruk terus menerus," tutur Indra.

Laura bungkam mendengar nasihat dari Indra Sjafri, "Bisakah saya bangkit, Dok?"

Indra mengangguk cepat dan menjawab pertanyaan Laura dengan penuh keyakinan, "Tentu saja kamu bisa. Semangat Laura, kamu masih muda. Jalanmu masih panjang."

Laura tersenyum getir, dia masih belum memiliki keberanian dan kepercayaan diri. Setelah semuanya dia ragu bisa bangkit. Namun hanya satu hal yang Laura tetapkan dalam hatinya. Dia harus membalas dendam atas semua yang dia terima, Brian, ibu mertuanya, dan Zaskia harus mendapatkan rasa sakit yang sama seperti yang dia rasakan.

Indra membuka pintu kamar yang akan Laura tempati. Senyum simpulnya tergambar tatkala raut wajah Laura yang sebelumnya sendu dan tidak berdaya itu, kini perlahan menunjukkan semangat hidup.

"Istirahatlah, jangan lupa minum obatmu. Selamat malam, Laura."

"Selamat malam, Dokter Indra," jawab Laura.

"Eits, kan sudah kubilang panggil Indra saja. Kita juga tidak di rumah sakit sekarang. Kamu sekarang bukan lagi pasienku, tapi temanku."

"B-baiklah, I-indra," ucap Laura tersipu malu.

"Nah gitu. Tidurlah, besok kita ambil barang yang yang berharga milikmu di rumah lamamu.'

Laura mengangguk, benar kata Indra dia harus mengambil apapun yang berharga baginya. Laura juga masih memiliki sedikit tabungan, dengan tabungan itu dia bisa mencari pekerjaan lagi. Tidak mungkin Laura hanya makan dan tidur saja selama tinggal di rumah Indra.

Setelah usah berbasa-basi, Indra pun meninggalkan kamar Laura dan masuk ke kamarnya yang ada di depan kamar Laura.

Terpopuler

Comments

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

perjalananmu masih panjang ayo semangat Laura buktikan sama mereka bahwa kamu wanita kuat dan hebat

2024-07-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!