Hari Persidangan Cerai

Hari persidangan perceraian telah tiba, gugup tentu saja Laura rasakan. Sudah banyak yang dia alami selama usia pernikahan antara dirinya dan Brian.

Dari semalam yg tidak bisa tidur, banyak rasa takut yang tiba-tiba menyusup ke dalam hati dan pikirannya. Dia sangat sadar siapa saja yang dia lawan besok pagi. Brian, ibunya, dan adiknya adalah contoh manusia yang memiliki sifat playing victim dan memutarbalikkan fakta. Dia saja sudah tertipu selama beberapa tahun, jika saja dia tidak memiliki niat membawakan bekal makan siang untuk Brian.

Entah berapa lama Brian dan keluarganya akan terus membohongi dan memanfaatkannya. Laura sekarang merasa beruntung, dia sangat bersyukur hari itu mengetahui jati diri Brian dan keluarganya. Meski harga yang harus Laura bayar tidaklah murah, kehilangan darah daging yang telah lama Laura dambakan merupakan pukulan terbesar dalam hidupnya.

Lama Laura mematut diri di depan meja riasnya. Pikirannya masih belum terkontrol. Hingga ketukan dari luar pintu menyadarkan Laura akan kenyataan yang menunggunya.

"Laura, Indra sudah menunggumu, Nak." Suara Puspita terdengar dari luar kamar.

"Baik, Bu. Saya akan keluar sekarang."

Laura menyambar handbag yang telah dia siapkan, hembusan napas dia keluarkan dengan perlahan dan berbisik pada dirinya sendiri, "Ayo Laura, kamu harus akhiri semua kemelut ini. Kamu pasti bisa."

Langkahnya tegap penuh percaya diri, rasa bimbang dan pikiran negatif yang sebelumnya memenuhi kepalanya seakan telah sirna.

"Are you okay?" tanya Puspita ketika melihat Laura membuka pintu kamarnya.

Laura tersenyum manis dan memeluk tubuh Puspita, "Saya baik-baik saja, Bu."

Mendengar jawaban Laura membuat Puspita yakin, bahwa perempuan itu sanggup melewati apa pun yang terjadi hari ini. Puspita juga sudah meminta Indra untuk memantau jalannya sidang perceraian tersebut.

Indra telah menunggu Laura tepat di samping anak tangga, hari ini dia sengaja mengambil cuti dari pekerjaannya. Dia tidak akan melewatkan momen berharga dalam hidup Laura.

Ada rasa bersalah di hati Indra ketika dia berpikir demikian, perceraian dalam sebuah ikatan pernikahan itu bukan sesuatu yang bagus dan patut dirayakan. Namun, untuk beberapa kasus perceraian akan menjadi wajib ketika tidak ada kebahagiaan di dalamnya dan hanya penderitaan yang diterima.

Banyaknya pernikahan yang gagal akibat beberapa faktor seperti perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, tidak mendapatkan perhatian dan nafkah lahir, serta turut campur tangan orang tua dalam kehidupan rumah tangga anak-anak mereka.

"Ayo, Ndra. Aku sudah siap," ajak Laura pada Indra yang masih mematung melihatnya tanpa berkedip sama sekali.

"Iya nih si Indra, dari tadi nanyain Laura terus. Giliran sudah datang malah bengong. Bilang aja kalau kamu ini naksir Laura," celetuk Puspita yang berhasil membuat Indra kalang kabut.

"Ish, Ibu. Bukan begitu. Eh, ayo, Ra. Kalau tidak berangkat sekarang takutnya jalanan macet."

Laura mengangguk dan berpamitan dengan ibu Indra. Baskoro tidak ada di rumah hari ini, pagi-pagi sekali laki-laki itu sudah pergi. Puspita mengatakan kalau ayah Indra itu sedang ada urusan mendesak yang tidak bisa ditinggal.

Indra dan Laura pun meninggalkan rumah dan berjalan menuju mobil Indra.

"Kamu yakin baik-baik saja?" tanya Indra setelah mereka sudah beranjak menuju tempat pengadilan agama.

"Iya," jawab Laura singkat.

"Oh iya, aku tidak percaya kamu sempat menyimpan bukti perselingkuhan b*jingan itu. Kok bisa kepikiran?"

Laura terdiam sejenak, dia mengingat hari pertama dirinya menemukan kon*om di tong sampah kantor Brian. Entah pikiran apa yang mendorongnya untuk mengambil benda itu dan menyimpannya.

"Hahaha ... entahlah, aku sendiri juga bingung. Kok bisa-bisanya aku inget buat nyimpan. Namun, kata Ridwan tindakan aku itu tepat. Sebab di dalam benda itu terdapat spe*ma Brian. Iya kali masa orang lain," seloroh Laura.

"Aku dengar bukan hanya itu saja 'kan bukti yang kamu berikan pada Ridwan?" tanya Indra lagi.

Sebenarnya Indra sudah tahu semua barang bukti, Ridwan—pengacara Laura— telah memberitahu semuanya. Indra pun juga telah memberikan rekam medis di hari pertama Laura datang ke rumah sakit. Termasuk riwayat Laura yang mengalami keguguran akibat perbuatan Brian.

"Iya, aku merekam apa saja yang kami ucapkan di hari aku mendatangi apartemen Brian. Tentu kamu juga ingat 'kan?"

Indra mengangguk, tidak mungkin dia lupa. Dia lah yang pertama menangani Laura.

"Dengan banyaknya bukti kuat ini, Brian bahkan bisa mendekam di penjara. Kamu menuntutnya?" tanya Indra.

Laura berpikir sejenak, tidak ada salahnya jika Brian mendekam di penjara. Namun, apakah hukuman beberapa bulan atau paling lama beberapa tahun itu akan membuat Brian berubah? Tentu tidak. Laki-laki itu bahkan bisa merencanakan hal yang lebih keji lagi.

"Tidak, aku tidak akan menuntutnya."

"Kenapa? Apakah kamu masih mencintainya?" Indra takut akan jawaban terburuk yang bisa saja dia dengar. Napasnya tercekat detik demi detiknya sampai Laura menjawab pertanyaan tersebut.

"Hah? Mencintainya? Tentu saja tidak. Aku hanya tidak ingin dia mendapat balasan dengan semudah itu. Aku ingin dia menderita sedikit demi sedikit. Saat dia di penjara, aku tidak akan bisa menuntut balas dendam atas semua yang telah dia lakukan.

Namun, dengan dia bebas maka hal itu membuka peluang bagiku untuk memberikannya pukulan demi pukulan balas dendam yang akan kulayangkan padanya," jawab Laura penuh semangat.

Indra dapat melihat seberapa besar semangat Laura untuk mengakhiri hubungannya dengan mantan suaminya tersebut. Seolah ada angin segar yang menerpanya, Indra menyunggingkan senyum tipis.

"Well done. Jika itu yang kamu inginkan, maka lakukanlah. Apa pun keputusan yang kamu ambil, aku akan selalu mendukungmu, Laura."

"Terima kasih, Indra."

Tidak terasa keduanya telah tiba di halaman depan pengadilan agama. Indra memarkirkan mobilnya dan setelah itu dia membukakan pintu untuk Laura.

"Ayo kita hadapi hari ini." Indra mengepalkan tangannya tanda memberi semangat pada Laura.

Laura terkekeh melihat tingkah Indra yang terkadang diluar dugaannya. Sementara Indra tengah berusaha mengajak Laura bercanda gurau dengan tingkahnya yang absurd, di sisi lain Brian, dan keluarganya serta perempuan pelakor itu berjalan ke arah Laura dan Indra.

"Bagus ya, belum juga resmi bercerai. Eh kamu sudah bermain hati dengan laki-laki lain. Dasar jalang murahan," tegur Brenda dan Luke tepat di hadapan Laura.

Laura mengangkat alisnya dan tersenyum sinis.

"Oh ya? Lalu yang anakmu dan pelakor itu apa? Kumpul kebo, menghancurkan rumah tangga orang, membunuh janin yang tidak bersalah," balas Laura tidak kalah pedasnya.

"A-apa kamu bilang!" Brian dan Zaskia meradang mendengar balasan Laura.

Mereka tidak menyangka, Laura yang selama ini pendiam itu bisa melontarkan kalimat mematikan tersebut.

"Kenapa? Tidak terima? Padahal memang kenyataannya begitu, bukan? Aku bisa saja menjebloskan kalian di penjara. Namun, sayang ya kalau kalian hanya menderita sebentar."

"Apa maksudmu, Laura Kiehl!" seru Brian.

"Maksudku? Kamu tidak perlu tahu apa yang akan aku lakukan padamu. Cukup hiduplah dengan damai selagi kamu bisa. Jangan membuat masalah lagi denganku," bisik Laura di telinga Brian.

Sebelum Laura beranjak, dia memijak kaki Brian dengan heels - nya.

"Arrgh! Brengsek kamu Laura! Sialan!" teriak Brian sesuai dia merasakan sensasi sakit di kakinya.

Brenda, Zaskia, dan Luke mencoba menenangkan Brian. Sumpah serapah dilontarkan oleh keempatnya untuk Laura yang sudah cukup jauh meninggalkan mereka.

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Laura bodoh, harusnya jebloskan mreka berdua dgn pasal perzinahan. Walau hukumannya ga sebentar, tp kan dampaknya besar buat nama baik & karir mreka. Viralkan dong, setelah mreka bebas dr penjara, lanjutkan lg balas dendam nya.

2024-08-21

0

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

andai indra dan laura bukan sodara aku lebih suka mereka bersatu sebagai pasutri,karna indra menolong dia dititik terendahnya

2024-08-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!