Kelakuan Bejat Brian 21+

"B-brian ... tolong aku, anak kita ..." Laura mengulurkan tangannya, meminta pertolongan suaminya. Namun, bukannya menolong Laura, Brian justru menyeret istrinya itu ke luar dari apartment.

"Bawa dia dari sini dan jangan biarkan dia menginjakkan kakinya di sekitar sini lagi, atau kamu akan kulaporkan pada pemilik gedung!" ancam Brian pada satpam yang sudah tidak muda lagi.

Satpam tadi tentu takut akan ancaman Brian, dia masih membutuhkan pekerjaan untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Satpam itu pun membantu Laura berdiri dan memapahnya, rasa kasihan merundung hati nurani satpam tersebut. Bagaimanapun dia seorang ayah dan istrinya dulu juga pernah pendarahan seperti yang dialami Laura saat ini.

"Bu, saya sudah menyetop taksi. Mungkin ibu perlu ke rumah sakit."

Laura hanya membisu, dia menurut ketika satpam itu membantunya naik ke dalam taksi.

"Pak supir, tolong antar ibu ini ke rumah sakit. Ini ongkosnya."

Selembar uang berwarna merah diberikannya pada supir taksi, jarak antara rumah sakit dengan apartment tidaklah jauh. Jadi pasti cukup nominal seratus ribu rupiah tersebut.

Taksi pun mulai bergerak, sang supir yang sebenarnya bingung dengan situasi yang ada tapi dia tidak bisa berbuat banyak.

Hening keadaan di dalam taksi, hanya ada suara isak tangis dan rintihan Laura yang menahan sakit di perutnya.

Supir taksi itu memberhentikan kendaraan roda empat itu tepat di depan pintu masuk rumah sakit, dua orang petugas medis langsung menyambut kedatangan Laura. Sementara sang supir taksi dimintai keterangan terkait kondisi Laura.

Pemeriksaan Laura cukup genting, pendarahan parah membuat perempuan itu hilang kesadaran. Setelah bergelut dengan kondisi yang dialami pasien yang datang tiba-tiba itu, dokter menyatakan bahwa Laura mengalami keguguran. Janinnya tidak bisa diselamatkan, selain karena pendarahan hebat, dokter juga menduga bahwa Laura telah mengalami shock berat.

Di ruangan bernuansa putih itu Laura terbaring tidak berdaya, sepanjang dirinya dirawat tidak ada satupun yang mengunjunginya. Nomor telepon yang ada di kontak perempuan itu pun juga tidak merespon panggilan yang dilakukan pihak medis.

Hingga jalan satu-satunya hanyalah menunggu sampai Laura siuman.

"Apa yang harus kita lakukan dengan pasien ini, Dok? Ada biaya administrasi yang harus dibayar jika ingin terus mendapat perawatan intensif." Perawat yang saat ini sedang menjelaskan kondisi terbaru Laura, ketika Dokter Indra Sjafri melakukan kunjungan pasien yang ditanganinya.

"Biarkan dia, berikan tagihan rumah sakit itu padaku. Biar aku yang urus."

"Tapi, Dok. Dokter tidak bisa melakukan hal itu terus menerus."

"Lalu, menurutmu aku harus membiarkan pasien yang baru saja kehilangan janinnya ini diusir oleh pihak rumah sakit? Sudah jangan banyak membantah, turuti saja apa yang aku bilang tadi."

Dokter Indra kemudian kembali memeriksa Laura, membiarkan perawat tadi mengurus segala urusan lainnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengannya sampai harus mengalami semua hal buruk ini?"

Indra Sjafri, dokter muda yang baru saja selesai shift malam itu tidak pulang hari itu. Dia masih memantau pasien yang mengalami miscarriage.

"Setidaknya sekarang kondisinya sudah stabil, kuharap dia tidak terlalu shock saat mengetahui bahwa dia kehilangan calon anaknya."

Indra tidak tahu kenapa dia begitu peduli dengan perempuan yang dia tangani semalam, seolah ada hal yang menariknya untuk peduli pada perempuan malang tersebut.

"Dokter, ada pasien datang!" seruan dari perawat yang mencarinya, mengakhiri lamunan dokter muda itu. Dia pun terpaksa melangkah ke luar IGD demi menunaikan tugasnya.

***

Sementara Laura yang sedang mengalami penderitaan, Brian dan selingkuhannya justru sedang bercumbu ria.

Kamar dengan penerangan yang temaram itu dipenuhi oleh suara desahan aktivitas tak senonoh keduanya.

"Brian... enak..." lenguh Zaskia, ketika Brian terus mendorong masuk miliknya.

Suara decitan ranjang menunjukkan sebrutal apa persatuan keduanya. Sesekali Zaskia menjerit dan mencakar punggung Brian yang kini berada di atasnya. Penyatuan itu usai ketika keduanya sama-sama merasakan klimaks.

Brian membaringkan dirinya di samping Zaskia dan mendekap erat perempuan yang kini selalu memberikannya kesenangan duniawi, yang sudah lama tidak dia terima dari Laura.

"Wanita sialan itu, dari mana dia mendapatkan alamat apartment kita?" tanya laki-laki itu.

"Mungkinkah dia membuntutimu, Bri?"

"Sepertinya tidak mungkin, uang dari mana dia untuk selalu mengikuti kemanapun aku pergi?"

Brian sangat yakin bahwa Laura tidak memiliki tabungan, selama ini gaji yang Brian peroleh tidak pernah diberikan pada istrinya. Laura hanya diberi uang belanja secukupnya, dalih Brian selama ini bahwa uang gaji akan dia tabung agar bisa membeli rumah impian.

"Bri, kayaknya tadi istrimu itu pendarahan deh. Kamu tidak mau mencaritahu apa yang terjadi padanya?" Zaskia yang berhati licik tentu hanya berpura-pura bersimpati terhadap Laura.

Padahal aslinya Zaskia tidak peduli, mau perempuan itu keguguran atau mati sekalipun. Tujuan Zaskia hanya ingin menarik perhatian Rian.

"Alah, biarkan saja. Paling itu hanya akal-akalan dia saja. Sudah jangan bahas wanita itu lagi. Aku tiap kali ingat penampilannya yang lusuh itu selalu membuatku malu."

"Yakin nih? Kamu tidak akan menyalahkan aku jika sampai terjadi sesuatu pada anak yang dikandung olehnya kan?" tanya Zaskia dengan suara yang dibuat sesedih mungkin.

Mendengar suara Zaskia yang seperti itu, tentu membuat Brian langsung menarik tubuh tanpa busana Zaskia dalam dekapannya.

"Sudah, ini semua bukan salahmu kok. Aku juga tidak peduli dengan anak itu, aku malah tidak yakin apa benar anak yang dia kandung adalah darah dagingku."

Zaskia tersenyum senang ketika mendengar pembelaan Brian dan kebencian laki-laki beristri tersebut. Senyum kemenangan tergambar di wajah buatan Zaskia. Wajah penuh operasi plastik itu lah yang telah berhasil menarik perhatian dan cinta Brian, sehingga laki-laki itu mudah berpaling hati dari istrinya.

"Dari pada mikirin hal yang tidak penting, bagaimana kalau kita bermain lagi? Sini." Brian menuntun dan mengarahkan Zaskia tepat di di depan miliknya. Mengerti akan keinginan Brian, perempuan itu pun melakukan hal yang disukai oleh laki-laki tersebut.

Keduanya kembali melanjutkan permainan panas untuk kesekian kalinya.

Brian benar-benar sudah melupakan segala sesuatu dengan Laura, apa yang ada dipikirannya saat ini adalah kepuasan syahwatnya saja.

Permainan dipimpin oleh Zaskia yang kini berada di atas Brian, perempuan itu memaju mundurkan pinggulnya terkadang. Lenguhan kenikmatan Brian atas apa yang dilakukan Zaskia membuatnya bak meminum minuman yang memabukkan dan membuatnya candu.

"Kamu memang yang terbaik, Sayang. Terus....."

Brian membantu Zaskia supaya mempercepat tempo permainannya. Zaskia tersenyum puas, "Bagus, Brian. Teruslah bertekuk lutut dibawahku. Aku akan pastikan kamu akan melupakan istrimu dan kembali lagi padaku."

Brian membalikkan tubuh Zaskia, kini dia yang akan memimpin permainan.

Terpopuler

Comments

Eemlaspanohan Ohan

Eemlaspanohan Ohan

dasar laki laki berengsek

2024-08-22

0

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

semangat thor buat updet lagih

2024-06-30

0

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

yang haram akan memabukan dan yang halal akan keliatan membosankan,itulah yg dialami si brian

2024-06-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!