Degup jantung Laura kian kencang, seumur hidupnya baru kali ini dia melawan ucapan dan bahkan menantang keluarga suaminya itu. Laura yang dulu adalah seorang istri penurut, tidak pernah mengeluh, dan selalu menerima apapun yang suami, adik ipar dan mertuanya lakukan padanya. Laura yang dulu kini telah tiada.
Perempuan itu terus melangkah dengan penuh semangat, dia tidak lagi memikirkan apakah tindakannya sudah benar atau tidak. Jika suaminya saja berani mengkhianati cintanya, lalu kenapa dia harus tetap patuh dengannya?
Teriakan Luke dan Brian yang mengejarnya, tidak dia hiraukan. Keinginan Laura hanya satu, segera pergi dari tempat yang telah memberinya banyak luka.
"Hei, berhenti kamu!" teriak Brian yang berhasil menyusul Laura.
Brian mencengkeram lengan Laura dengan kuat, raut wajahnya yang mengeras dengan napas memburu menunjukkan betapa marahnya laki-laki itu.
Melihat reaksi suaminya, Laura tersenyum getir dan berucap, "Apa yang membuatmu emosional begitu? Bukankah aku memberikan apa yang kamu mau, Brian?"
"Apa maksudmu!"
"Kok kamu menanyakan hal yang aneh? Kamu lupa surat apa yang kamu berikan padaku? Surat gugatan cerai bukan? Aku sudah menandatanganinya dan hari ini kuberikan apa yang paling kamu inginkan dalam hidupmu," tutur Laura.
"S-semudah itu? Kamu tidak akan bisa bersama denganku lagi, Laura. Bukankah kamu bilang kalau kamu paling mencintaiku di dunia ini?"
Suara tawa Laura menggema, perutnya terasa tergelitik mendengar kalimat yang diucapkan Brian. Entah apa yang terjadi pada laki-laki yang sekarang panik tidak karuan.
"Ahahahaha ... aku sungguh tidak percaya dengan yang barusan aku dengar. Bukankah bercerai denganku adalah harapanmu, kamu bebas bertemu dan memadu kasih dengan selingkuhanmu itu. Lalu, apa yang aku dengar tadi? Hei, Brian. Aku rasa kamu salah paham tentangku."
Laura mendekatkan dirinya hingga jarak keduanya hanya tinggal beberapa inci saja.
"Aku tidak akan pernah menyesali keputusanku sekarang, bercerai denganmu merupakan prestasi terbesar dalam hidupku," bisik Laura.
Kesempatan di saat Brian lengah dimanfaatkan Laura, perempuan itu menginjakkan heels yang dia kenakan pada kaki Brian. Hal itu membuat Brian berteriak kencang menahan sakit.
"Sialan kamu, Laura! Brengsek! Lihat saja, aku tidak akan mengulurkan tanganku meski kamu memohon sekalipun!" teriak Brian yang terduduk karena sakit akibat perbuatan Laura.
"Ya ya, terserah kamu saja dan asal kamu tahu aku tidak gentar sama sekali. Kamu dan keluargamu yang bangsat itu tidak akan pernah bisa mengontrolku lagi. Aku akan balas semua yang kamu lakukan padaku, Brian. Sekarang urusan di antara kita telah selesai. Aku harap kamu siapkan diri untuk apa yang akan terjadi kedepannya," ujar Laura yang sekali lagi menginjak kaki Brian.
Laura tidak peduli akan teriakan dan makian para pengkhianatan yang telah menyusul Brian, Laura hanya melihat sekilas ketiga perempuan itu membantu Brian berdiri. Dengan langkah pasti, kali ini Laura berjalan tanpa terganggu oleh hal lain.
Pikiran Laura menjadi lebih tenang, seakan beban di pundaknya telah terangkat sedikit demi sedikit. Laura memegang perutnya yang rata, ada sendu netranya melihat perutnya itu.
"Mama akan pastikan mereka yang telah menyakiti kita, akan mendapatkan balasan yang setimpal, Nak. Mama bukan Tuhan yang bisa memaafkan semua perbuatan buruk mereka terhadap kita, terutama papamu yang menyebabkan kamu pergi dari hidup Mama. Akan Mama pastikan papamu menderita."
Dihapusnya air mata yang hampir menyeruak, dia sudah bertekad tidak akan terpengaruh oleh kenangan manis yang pernah diberikan Brian meski semua itu palsu. Laura merasa sudah cukup dirinya tertindas, dihinakan, dan dihancurkan sedemikian rupa.
Laura mendongak setelah beberapa lama menatap bawah dan ketika pandangannya, bertemu dengan sosok laki-laki yang tengah menatapnya dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Air mata yang semula dia tahan agar tidak keluar itu seketika mengalir tanpa henti.
Indra berlari dan menarik Laura dalam dekapannya, hatinya terasa sakit melihat perempuan itu menangis tersedu-sedu. Terlalu berat perjalanan hidup yang telah dia lalu, bahunya yang kecil itu mulai beringsut-ingsut.
"Kamu melakukannya dengan baik, Laura. Sekarang kamu bebas, kamu tidak akan bertemu dengan mereka lagi. Hiduplah seperti sebelum mengenal mereka, buktikan bahwa kamu itu lebih kuat dari pada yang mereka pikir. Tidak akan ada lagi orang yang mencegahmu," tutur Indra.
Pandangan Indra tajam ketika dia melihat dua orang penyebab semua penderitaan Laura, dua manusia tidak malu itu masih terus ingin mengusik ketenangan Laura.
"Oh, jadi ini alasanmu setuju untuk bercerai dariku, Laura?" tanya Brian dengan suara mengejeknya.
"Benar juga ya, dia ini sungguh wanita munafik yang tidak tahu diri. Padahal dia masih berstatus istri orang, tapi bisa-bisanya dia berpelukan dengan laki-laki lain di siang bolong begini. Aku rasa kamu beruntung telah berpisah dari jalang itu, Sayang," sahut Zaskia.
Perempuan gatal pengrusak rumah tangga orang itu, melendotkan tubuhnya di lengan Brian. Tangis Laura seketika berhenti, sumbu emosi yang semula telah padam dari bara kemarahan itu pun kembali menyala.
"Oh ya? Bagus dong, dengan begitu kita imbang. Kalian selingkuh di belakangku, maka aku pun bisa melakukan hal yang sama," ucap Laura.
Laura bahkan melingkarkan lengannya di pinggang Indra, tindakan Laura yang tiba-tiba itu sedikit mengejutkan Indra tapi dia berusaha untuk mengimbangi permainan Laura.
"Kita pergi saja dari sini, Beb. Melihat dua wajah itu membuatku ingin muntah," kata Indra yang menyentuh jari jemari Laura yang sedikit gemetar.
Brian memelototkan matanya melihat aksi Laura dan Indra di hadapannya tersebut, darahnya mendidih hingga dia berlari hendak memukul Indra. Namun usaha Brian digagalkan Laura, Laura dengan tangkas menangkis serangan Brian.
"Jangan pernah berbuat macam-macam dengannya, atau kamu akan merasakan hal yang lebih mengerikan lagi kedepannya, Brian."
"Laura! Kamu lebih membela laki-laki itu dari pada aku suamimu ini?" tanya Brian yang tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Suami? Kamu bukan lagi suamiku, Brian. Sejak aku menandatangani surat cerai, kita bukan lagi suami istri."
"Oh, maksudmu ini?" Brian kemudian merobek surat ditangannya menjadi beberapa bagian.
"Brian, Brian, kamu pikir aku bodoh? Surat yang ada di tanganmu itu hanya salinannya saja. Surat yang asli sudah kuberikan pads pengacaraku," ucap Laura.
Laura tersenyum senang melihat reaksi Brian yang menahan amarahnya, Zaskia pun beranjak dari tempatnya dan mendorong Brian.
"Kenapa kamu begini? Apa-apaan tadi? Kamu tidak mau berpisah dengan dia?" tanya Zaskia yang tidak suka akan tindakan Brian.
Sementara kedua orang itu tengah beradu mulut, Indra mengajak Laura meninggalkan tempat tersebut. Sungguh pemandangan yang cukup sedikit menghibur hati Laura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Tati st🍒🍒🍒
Brian si tikus got🤪
2024-08-11
0
cool kid
semangat thor
2024-08-06
0