Beena terisak menangis di hadapan Berry. Ia terlihat begitu rapuh. Dalam kesendiriannya ia teringat dengan ibu yang sudah meninggalkannya seorang diri. Walaupun om dan tantenya masih ada namun orang yang paling nyaman di dunia ini hanya ibunya, yang tidak pernah meminta imbalan apa pun.
Om dan tantenya sudah berusaha meyakinkan polisi namun upaya mereka belum bisa diterima oleh aparat sebelum penculik yang sebenarnya ditangkap.
Kalau saja Beena mahram buat Berry tentu saja sudah didekapnya untuk memberikan ketenangan jiwa. Berry hanya bisa menatap gadis yang ia cintai.
"Maafkan aku Ber...Aku engga mau ikuti kata-katamu. Aku menyesal Ber...Aku..."
"Sssttt sudah tidak perlu disesalkan. Yang terpenting kamu selalu jaga kesehatan, jangan banyak pikiran. Biar nanti aku cari pengacara hebat yang akan membantumu keluar dari sini. Kamu sabar ya!"
Beena mengangguk-angguk. Matanya sembab dengan wajah yang memerah. Balutan hijab masih ia pertahankan walaupun baju tahanan menempel di tubuhnya.
"Aku janji akan mengeluarkanmu secepatnya." Janji Berry mengusap punggung tangan Beena yang dingin.
Beena hanya bisa memejamkan matanya yang terasa pedih. Ia seolah tidak siap tinggal di sel bersama tahanan lainnya.
"Waktu kalian sudah habis. Saudari Beena silakan kembali ke sel!" Ujar polisi wanita dengan tegas.
"Kamu yang tenang dan sabar ya!" Pesan Berry ikut merasakan beban yang begitu berat.
Beena mengangguk pelan, seraya beranjak dari tempat duduknya. Sementara Berry menatap nanar gadis pujaannya sampai tak terlihat.
Berry kembali menghadap polisi yang sebelumnya sudah membicarakan kasus Beena.
"Kalau Mas mau membebaskan Beena sebaiknya Mas menemui Ibu Retno, karena beliau yang sudah menggugat Beena. Dan satu hal lagi berikan bukti kalau memang tersangka sebenarnya adalah Baron!"
Jelas polisi memberikan titik terang.
"Baik Pak akan saya selidiki kasus ini dan secepatnya akan saya berikan bukti fisik yang Bapak minta, dan saya mohon setelah bukti itu ada Bapak bisa menangkap Baron cs!" Berry beranjak, seraya memakai kaca mata hitamnya.
Keesokan harinya,
Berry melajukan mobilnya dengan pelan mencari keberadaan Baron cs.
Di tempat tongkrongannya, sepi. Ia mengerutkan keningnya mencoba mengingat kembali markas yang pernah mereka huni.
Di tengah perjalanan, Berry menghentikan mobilnya manakala melihat seorang wanita seperti sedang kesulitan menghidupkan motornya. Berry turun menghampiri wanita itu.
Wanita berseragam hijau lumut dengan hijab warna senada mendongak manakala ada yang menyapanya.
"Iya nih Kak mendadak motorku mogok padahal bensin penuh." Jelas wanita itu kembali berdiri setelah memerhatikan keadaan motornya.
Wanita itu sesekali melihat waktu yang menempel di pergelangan tangan kirinya, seolah sedang gelisah karena diburu waktu.
"Boleh aku cek?" Tawar Berry.
"Oh ya kak boleh." Jawab wanita itu sumringah. Setidaknya ada harapan.
Berry berjongkok mengamati mesin motor tersebut, sesekali ia menyalakan mesinnya. Hasilnya nihil.
"Waah pantesan ini ternyata olinya habis,Teh."
"Iya kah?"
"Lihat olinya kering! Hal ini membuatnya tidak bisa terdistribusi dengan baik, sehingga ring piston ikut mengering. Wajar saja kalau mesin motor mati secara mendadak meskipun bensin terisi penuh."Jelas Berry secara gamblang.
"Oooh begitu. Jadi gimana dong? Duh Kak boleh minta tolong tidak?" Tanya wanita itu terlihat resah gelisah.
"Tolong apa? Ini kan sedang ditolong." Ujar Berry bingung.
"Maksudku aku titip motorku sama kakak, aku lagi buru-buru mau ada seminar bahasa kebetulan aku narasumbernya. Jadi mohon ya kak. Ini kartu namaku. Kalau motornya sudah diisi oli nanti aku ganti sekalian ku ambil motornya." Wanita itu menyerahkan kartu nama kemudian langsung pergi dengan menyetop taksi.
Berry tergagap melihat kunci motor dan kartu namanya yang ada di telapak tangannya.
"Ya ampun Berry pagi-pagi sudah ketitipan motor mogok. Mimpi apa sih kamu semalam? Untung saja wanita itu cantik kalau tidak?" Monolog Berry dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Berry mengamati kartu nama pemberian wanita tersebut.
Lisayesha
Staf Accounting
Pusat Kantor Bahasa
Berry menyunggingkan senyum. Ia mengambil ponselnya untuk menghubungi pihak bengkel agar mengambil motor wanita yang bernama Lisa itu. Setelah itu ia menyimpan nomor Lisa di ponselnya.
Cukup lama ia menunggu tukang bengkel datang sampai tidak sengaja matanya melihat 2 motor gede yang melewatinya. Ia dengan setengah berlari menuju mobilnya.
Dengan laju yang lumayan kencang Berry memburu motor tersebut. Ia geram dengan perlakuan Baron yang kurang asem.
Sepertinya Baron lupa siapa Berry? Baron lupa setiap masalah yang dihadapi Beena akan Berry selesaikan dengan caranya. Berry akan selalu berada di depan untuk membela Beena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
𝖉𝔬𝓶✅
kejar trs sampai dpt tuh si Baron
2024-09-10
1
Ida Kitty
sekali2 si Baron kasih pelajaran Ber, bila perlu kasih pelajaran matematika biar puyeng tuh pala nya. 🤣
2024-08-29
3
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Ayo Berry tunjukkan kalau kamu sahabat Beena, kamu adalah orang yang paling terbaik di hatinya Beena.
2024-08-29
1