Bagi Elzan malam ini merupakan mimpi buruk yang sudah merenggut kebahagiaan hidupnya. Impiannya akan menikahi wanita pilihannya harus kandas dengan kehadiran gadis punk yang kini sudah menjadi istrinya.
"Kalau kamu sudah mengantuk tidurlah di kamar. Aku belum mau tidur." Titah Elzan pada istrinya yang berpakaian kedodoran.
"Aku juga belum mau tidur."
"Kenapa, kaget sekarang sudah jadi istriku?"
"Enggak. Biasanya aku bisa tidur kalau aku sudah kenyang." Jawab beena sambil memegang perutnya yang sedang bermain musik.
"Kamu belum makan?" Tanya Elzan merasa benci namun ada rasa kasihan juga dengan istri dadakannya itu.
"Belum." Jawab Beena singkat berharap suaminya akan memberinya makan untuk yang pertama kalinya.
"Di lemari dapur ada mie instan. Ambil saja. Kamu masak sendiri. Aku mau sholat dulu." Ujar Elzan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
"Sholat? Kenapa aku jadi teringat Beyza? Anak kecil yang selama ini mengajariku sholat. Bey kamu sedang apa sekarang?" Gumamnya dalam hati. Ia menyusut air mata yang hampir jatuh.
Beena menuju dapur untuk memasak mie instan kesukaannya. Ia memilih mie aceh untuk mengisi perutnya malam ini.
Setelah menghabiskan makanannya Beena menuju kamar yang ditunjuk Elzan. Di kamar sebelah, tidak sengaja Beena mendengar Elzan sedang berinteraksi dengan Allah melalui doa.
Ada rasa sakit di ulu hati manakala Elzan terpaksa menikahinya lantaran peristiwa yang baru saja terjadi. Dia menyadari siapa yang mau dengan gadis punk model dirinya.
Beena masuk ke dalam kamar yang sudah ditunjuk Elzan untuk tidur malam ini. Dia menatap nanar ruangan tersebut. Di atas meja tersimpan sebuah foto wanita cantik berhijab yang dipastikan kekasih suaminya.
Ada rasa bersalah sudah menghancurkan kebahagiaan mereka, Beena memejamkan matanya menahan air mata yang hendak tumpah.
Haruskah ia melanjutkan hubungan ini karena statusnya sebagai gadis punk yang sangat berbeda dengan wanita cantik dalam foto tersebut? Suaminya pun pasti akan sulit menerima kenyataan pahit karena sudah menikahinya dengan terpaksa.
Keesokan harinya,
Mata Beena mengerjap manakala mendengar suara azan menggema dari kejauhan. Ia terhenyak setelah menyadari keberadaannya saat ini.
Beena merasa bingung dengan situasi dan kondisinya, statusnya yang berubah drastis mengharuskannya untuk bersikap lebih baik di hadapan suaminya.
Suami? Bahkan tidak ada malam pertama baginya. Sosok yang dinamakan suami justru memilih tidur di sofa dari pada tidur di dalam kamar bersamanya.
Beena merasa tahu diri akan hal itu. Dia berpikir bahwa pernikahan yang sudah terjadi semalam kemungkinan hanyalah sementara. Ia lebih baik memilih mundur dari pada bertahan tanpa cinta dan kasih sayang. Ia menyadari sudah menghancurkan angan dan impian suaminya yang sudah direncanakan sebelum pernikahan dadakan itu terjadi.
"Mbak kamu cantik sekali, pantas bang Elzan begitu mencintaimu. Kamu wanita sholehah sedangkan aku?" Monolognya dalam hati, Beena menitikkan air matanya. Disimpannya kembali bingkai foto tersebut pada tempatnya.
Ia melangkahkan kakinya untuk berwudhu. Ia harus berubah. Walaupun suaminya kelak lebih memilih kekasihnya, ia harus belajar ikhlas untuk menerima konsekuensinya.
Ia gelar sajadah di sembarang arah. Gamis dengan hijab panjang pemberian Elzan ia kenakan sebagai pengganti mukena yang seharusnya ia kenakan dalam sholat. Ia melakukan sholat subuh sendirian.
Elzan yang baru saja menunaikan sholat di masjid hanya menggeleng-gelengkan kepalanya begitu melihat Beena salah arah sholat bukan ke arah kiblat.
"Kalau kamu engga tahu arah kiblat, sebaiknya tanyakan dulu pada orang lain. Tidak seenaknya begitu. Sholat ada aturannya jadi jangan sembarangan." Ujar Elzan datar begitu melihat Beena selesai sholat.
"Iya maaf. Aku engga tahu ternyata posisiku salah. Kalau gitu beri tahu aku arah kiblatnya di mana?" Tanya Beena pelan.
Elzan langsung mengambil sajadah tersebut kemudian menggelarnya ke arah kiblat.
Beena mengulang sholatnya. Gerakan sholat Beena tak luput dari perhatian Elzan.
"Astagfirullah jodoh pilihan-Mu ternyata istimewa Ya Allah. Bahkan gerakan sholat pun masih ada yang salah." Elzan terhenyak melihat gerakan Beena yang masih asal-asalan, di rakaat pertama Beena melewati gerakan ruku. Ia langsung ke gerakan sujud. Elzan merasa tertantang dengan kehadiran Beena yang sudah menjadi istrinya.
"Apakah ini jodoh kiriman darimu Ya Allah? Gadis yang belum bisa apa pun dalam beribadah. Ya Allah ini kah ladang ibadahku sampai ku mati kelak?" Elzan hanya menarik nafasnya pelan lalu menghembuskannya dengan pelan juga.
"Sementara di luar sana ada wanita yang sedang menunggu untuk dikhitbah. Dia lebih baik dari Gadis ini. Dia lebih cerdas, lebih berpengetahuan apalagi lulusan Kairo tentu kecerdasannya tentang ilmu agama tidak akan diragukan lagi. Ya Allah aku harus bagaimana?" Elzan terpekur memikirkan solusi permasalahan yang akan ia hadapi.
Beena melipat sajadahnya lalu menyimpannya di atas kasur. Ia membuka hijabnya kemudian melipatnya. Terakhir ia membuka gamis. Beena kaget bukan main begitu menyadari suaminya masih berada di kamar.
"Haaaa!"
Beena langsung menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Maaf Mas bisa keluar, aku mau ganti baju!" Mohon Beena sambil mengeratkan selimutnya.
Elzan tidak langsung pergi, apalagi ia sempat melihat pemandangan yang indah dari tubuh istrinya. Ia mendekati istrinya yang sedang salah tingkah. Tatapannya sayu. Rasa dingin pagi hari membuat Elzan menginginkan sesuatu dari istrinya. Halal? Tentu saja namun ia mencoba untuk bisa mempertahankan keinginannya untuk menyentuh istri dadakan yang sama sekali belum ia kenal.
Jantung Beena berdegup kencang melihat suaminya mendekat. Ia mundur sampai mentok ke dinding.
"Bukankah ini yang kamu inginkan? Kamu hadir di saat aku sebentar lagi akan menikahi kekasihku." Ujar Elzan akhirnya mengungkapkan kebenaran tentang dirinya.
Deg
Deg
Mata Beena terpejam manakala Elzan mengukung dirinya, telunjuk Elzan mengusap pipinya yang mulai basah karena air mata. Kedua tangan Beena makin erat memegang selimutnya. Ia tidak ingin kehormatannya direnggut pagi ini. Walaupun suaminya halal menyentuhnya, namun ia enggan jika suaminya melakukannya dengan terpaksa.
"Maaf. A...ku minta maaf." Ujar Beena terbata.
"Maaf kamu bilang? Setelah apa yang kamu perbuat semalam lantas dengan mudahnya kamu minta maaf. Katakan sebenarnya apa motif kamu?"
"Motif, apa maksudmu? Aku datang ke rumah ini hanya minta pertolongan tidak lebih. Kalau pun pada akhirnya kita menikah itu sudah takdir. Aku sendiri tidak bisa mencegahnya." Jelas Beena dengan suara parau. Suaranya hampir tercekat.
Elzan tertawa sumbang. Ia melepaskan kungkungannya, lalu membalikkan badannya.
"Dan kamu bahagia dengan pernikahan ini?" Tanya Elzan tanpa menatap Beena yang masih menahan isak tangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
jodoh dadakan ya elzan😂
2024-11-03
2
Kanigara
galak bgt cakarrr nihhh
2024-09-27
1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Betul,bersabarlah Elzan ☺️
2024-09-19
5