Baron Cs sedang makan mie goreng pedas level 15, di samping mangkok terdapat segelas kopi hitam yang tinggal setengah. Di warung kopi langganannya tidak hanya dia yang nongkrong, di sana ada Ucrit dan si Embul yang sedang berkacak pinggang memperhatikan jalanan. Mereka tadi melihat mobil Berry ke arah rumah tua. Mereka menduga Berry akan menjemput pacarnya si Beena dari rumah tersebut.
Santer terdengar hubungan Berry dan Beena yang begitu dekat. Apalagi kalau Beena mempunyai masalah dengannya, tentu saja Berry yang selalu ada di garda terdepan dalam membela Beena.
Mereka yakin sekali Berry akan menjemput kekasihnya itu. Dengan matanya yang tajam mereka menatap jalanan, berharap mobil yang ditumpangi mereka akan segera lewat.
Benar saja mobil jeep berwarna orange melintasi warung kopi yang terlihat ramai pengunjung. Dengan cepat Ucrit dan Embul membawa lari motornya mengikuti arah mobil jeep itu berjalan. Sementara Baron hanya menatapnya dengan puas.
"Sebentar lagi kau akan menerima akibat dari perbuatanmu sendiri Beena!" Ia meremas kerupuk yang sedang dipegangnya.
...****************...
Jalanan kota terlihat begitu sepi. Sesekali petir menyambar seolah hujan akan turun. Suara petir yang membahana tidak sedikitpun mengusik Beyza dari tidurnya. Beyza masih tertidur pulas di jok belakang.
Beena melihat sebuah motor yang sedang mengikutinya lewat kaca spion. Ia menoleh ke belakang untuk memastikan penglihatannya.
"Ber sepertinya ada motor yang mengikuti kita!"
"Yang bener?" Berry melihat di kaca spion kebenaran ucapan Beena.
"Weh itu kan si Ucrit sama si Embul. Waduh cari perkara aja tuh mereka. Ga tau apa, siapa Berry? Si jago silat dari Cibeureum." Ujar Berry sedikit menyombongkan diri.
"Ga usah diladeni Ber, mendingan kamu bikin mereka kehilangan jejak kita." Titah Beena cemas.
Beena sudah tahu, incaran mereka pasti berkaitan dengan keberadaan Beyza yang sekarang berada di tangannya. Sesekali Beena melihat wajah tak berdosa itu. Sungguh ada kedamaian di wajahnya yang polos.
"Oke cantik apa sih yang engga buat kamu?"
"Ck..... basi tahu engga?"
Berry tertawa renyah. Ia paling senang menggoda orang yang paling dicintainya itu. Lebih tepatnya cinta yang sulit digapai. Beena terlihat cantik kalau sedang marah apalagi kalau sedang tersenyum. Kacantikannya berlipat-lipat, walaupun agak tertutupi dengan dandanannya yang nyentrik.
Berry dengan cekatan memutar arah dan bermain mengalihkan perhatian lawan. Di jalanan Berry memang jagoannya. Ia termasuk salah satu pembalap yang tidak diragukan lagi eksistensinya.
Tidak lama Berry mempermainkan lawan di jalanan. Mereka sudah tidak nampak dari penglihatan, karena saat ini Berry mengalihkan mobilnya masuk tol.
"Loh kenapa lewat tol?" Tanya Beena bingung
"Tenang aja kita jalan-jalan dulu, oke! Yang penting kita selamat." Berry tertawa riang.
Sudah lama ia ingin jalan berdua dengan Beena. Terlintas pikirannya untuk masuk tol agar lebih lama bersama Beena malam itu.
"Iya selamat tapi lama banget nyampenya. Harusnya kita nyampe tiga puluh menitan, kalau masuk tol jadi muter-muter jalannya."
"Udah jangan berisik Beena sayang. Hanya ini jalan alternatif agar terhindar dari kedua cecunguk itu. Paham dikit dong, sayang!"
"Iiish sayang-sayang jangan kau panggil aku sayang di depan anak kecil. Nanti dia salah paham."
"Itu yang aku inginkan. Semakin banyak orang yang salah paham dengan hubungan kita semakin cepat kita dipersatukan dengan ikatan cinta." Berry tertawa lagi.
"Iiish kamu yang senang. Aku yang enggak. Aku tuh pengen punya suami yang ngerti agama biar bisa membimbingku ke jalan yang benar."
"Wedeeh incaranmu pak ustadz dong. Jangan bilang kalau kamu ngincar ustadz Jupri?" Tuduh Berry masih dengan senyumannya.
"Dih kayak ga ada yang lain aja. Dia udah punya istri."
"Kali aja kamu mau jadi istri yang kedua." Berry tertawa lagi.
"Sembarangan. Aku ga mau jadi perempuan pelakor. Ih serem." Beena bergidik ngeri dengan panggilan pelakor.
Jalanan semakin sepi. Rintik hujan semakin deras. Tak berlangsung lama hujan pun turun dengan derasnya. Berry tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia ingin cepat sampai rumah Beena. Ia tampak kelihatan lelah.
"Kamu capek ya, Ber?"
"Engga aku kuat kok." Berry menguap berkali-kali.
"Hentikan mobilnya gantian aku yang nyetir. Kamu tidur oke!" Titah Beena merasa khawatir.
"Udah ga apa-apa, aku masih kuat kok." Berry mengabaikan titah Beena.
"Jangan ngeyel. Aku bilang berhenti, sekarang!" Suara Beena sedikit meninggi sehingga Berry menghentikan mobilnya secara mendadak tepat saat keluar dari tol.
"Aduh Berry biasa aja kali ngeremnya!" Beena hampir saja kepentok dashboard.
"Iya maaf aku tadi kaget kamu berteriak." Kata Berry beralasan.
"Siapa yang berteriak. Cuma suaraku dikencengin aja biar kamu dengar. Tuh matamu sudah kelap-kelip. Aku turun ya!" Beena berniat membuka pintu mobil namun dicegah Berry.
"Eeh jangan kamu yang turun, biar aku aja. Lagian di luar hujan gede, nanti kamu masuk angin karena kehujanan." Berry begitu mengkhawatirkan Beena.
"Iiish apan sih, yang ada kamu engga bisa tidur kalau kamu yang kehujanan. Sudah biar aku saja yang turun." Beena keluar dari mobil.
Sebelum menutup pintu, Beena mendengar teriakan para preman yang jaraknya sekitar 50 meter.
"Hey lihat, incaran kita ternyata tidak jauh dari sini." Teriak salah satu preman yang melihat keberadaan Beena.
Suara mereka terdengar jelas oleh Beena yang masih berdiri di tengah pintu mobil.
"Berry aku titip Beyza. Bawa Beyza ke rumahmu atau ke tempat yang aman. Aku akan mengecoh perhatian mereka." Beena meraih guling dan selimut yang sudah ia persiapkan untuk menyelimuti Beyza.
"Bee kamu mau kemana, masuk lagi Bee masuk!" Titah Berry yang merasa khawatir. Mendadak rasa kantuknya hilang.
"Kamu jalan, selamatkan Beyza! Kamu harus percaya sama aku. Aku akan baik-baik saja. Cepat jalan mereka semakin mendekat!" Beena tidak peduli dengan hujan yang mengguyur tubuhnya.
Ia membawa guling yang sudah diselimuti dengan selimut tebal. Beena hanya ingin mengecoh perhatian para preman.
"Lihat Beena lari ke sana sambil membawa anak kecil itu!" Ucrit menunjuk dengan dagunya. Ia mengira yang dibawa Beena adalah Beyza.
"Kita kejar cewek rese itu atau kita kejar mobilnya Berry?" Tanya Embul masih fokus menyetir motor dengan perlahan.
"Kejar si cewek rese itu! Tambang emas ada pada dia. Abaikan si Berry!" Teriak Ucrit yang berada di belakang Embul.
"Gila! Cewek rese itu larinya kenceng banget. Bul.. lihat dia malah lari lewat sawah. Hadeuh bikin repot saja tuh bocah!" Ucrit merasa kuwalahan.
Pengejaran Beena tidak mungkin ia lakukan dengan motor. Mau tidak mau mereka pun meninggalkan motornya di pinggir jalan hanya untuk mengejar Beena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🔥⃞⃟ˢᶠᶻsᥲᥒ𝗍іE𝆯⃟🚀🦚⃝⃟ˢᴴ
preman itu jangan sampai menemukan beena
2024-09-22
9
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Mereka tertipu 🤭
2024-09-19
4
Rafka
siapa yg meninggal 🙄😲🥲
2024-09-05
2