Elzan pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun. Ia menutup pintu dengan keras membuat Beena terhenyak.
Terlihat Beena bisa bernafas dengan lega. Ia langsung memakai gamis kembali dengan tangan gemetar. Hanya pakaian itu yang praktis dan tidak ribet dipakai.
Dengan tangan gemetar ia meraih sebuah buku tulis yang tersedia di atas meja. Ia menuliskan sesuatu sambil berderai air mata. Di tengah menahan isak tangisnya, Beena terus menulis surat untuk suaminya.
Dear Mas Elzan
Terima kasih kamu sudah mau menolongku dari kejaran preman semalam. Alhamdulillah kamu sudah menjaga kehormatanku.
Aku minta maaf sudah merusak kebahagiaanmu. Anggap peristiwa semalam hanya mimpi yang menyapa tidurmu. Abaikan saja.
Anggap pernikahan kita semalam tak pernah ada. Aku tidak pantas menjadi istrimu. Aku hanya gadis punk yang hanya singgah tanpa rencana.
Menikahlah dengan kekasihmu, kuharap dia bisa membahagiakanmu. Aku ikhlas kamu bersamanya karena memang dia lah yang pantas mendampingimu. Bukan aku si gadis punk yang banyak dosa.
Terima kasih kamu sudah mau menjadi suamiku selama beberapa jam. Jika memang kita berjodoh kita pasti akan bertemu dan kupastikan aku menjadi pantas hidup bersamamu.
Sebaliknya jika kita tidak berjodoh jangan pernah mencariku karena pasti akan sia-sia. Aku pergi terima kasih atas tumpangannya. Assalamualaikum.
By: Arully Beena
Beena meletakkan surat itu di atas meja. Hatinya sudah mantap. Ia harus pergi.
Menjadi istri beberapa jam sangat menyakitkan, apa lagi saat ini tidak ada talak yang terucap dari mulut lelaki itu. Biarlah biar ending hidupnya mengalir seperti air. Dia juga tidak terlalu berharap dengan laki-laki sempurna seperti suaminya yang sepertinya malu memiliki istri dari kelompok punk seperti dirinya.
Hatinya begitu hancur penyelamatannya dari para preman memberi luka pada orang yang telah menolongnya.
Seharusnya pernikahan yang sudah terjadi memberi kebahagiaan antara Beena dan elzan. Pernikahan itu seharusnya bisa menggabungkan dua cinta yang saling melengkapi bukan hasil desakan pihak lain untuk memaksa kehendak berlabuhnya dua hati yang saling berseberangan.
Kata ikhlas dan sabar setidaknya harus bisa Beena rengkuh saat ini.
...****************...
Elzan kembali ke rumah dengan membawa 2 bungkus nasi uduk. Begitu banyak masyarakat terutama kaum ibu-ibu mulai menggosipkan dirinya. Kemungkinan besar mereka tahu informasi semalam dari suaminya masing-masing.
Hanya saja Elzan tidak mau ambil pusing. Dia pun ingin segera pergi dari kampung tersebut. Dia tidak ingin berlama-lama di tempat yang membuat dirinya tidak nyaman.
"Assalamualaikum...!"Elzan membuka pintu rumah dengan pelan. Seraya menuju kamar untuk menemui istrinya. Ah begitu cepat statusnya berubah hanya dalam satu malam.
Sejak ijab kabul diikrarkan di hadapan penghulu dan para saksi, saat itu pula kewajiban sebagai seorang suami harus ditunaikan, walaupun ada rasa tidak terima dengan keputusan takdir.
"Aru....kemarilah ini ada nasi uduk, kita sarapan!" Seru Elzan pada istrinya.
Walau bagaimana pun Beena adalah istrinya. Dia harus bertanggung jawab lahir dan batin karena ijab kabul yang ia ikrarkan semalam bukanlah permainan namun suatu ikatan suci yang langsung hubungannya dengan Allah.
Tidak ada jawaban dari istrinya, Elzan dengan cepat menghabiskan makanannya.
"Arully sini, sarapan dulu!" Serunya sekali lagi dan ternyata masih tidak ada jawaban.
Hal tersebut membuat Elzan penasaran sehingga ia beranjak memasuki kamar. Seraya memindai ruangan tersebut.
Selintas Elzan menangkap sebuah kertas yang tersimpan di atas meja, ia langsung menghampiri dan meraih kertas tersebut, lalu membacanya. Ada rasa haru, marah dan benci.
"Dasar bodoh!" Umpatnya. Ia meletakkan kembali kertas itu.
Ia menoleh pada meja yang terdapat sebuah bingkai dengan gambar seorang wanita cantik berhijab yang selalu menemaninya di mana pun ia pergi. Ia meraih bingkai tersebut setelah membaca surat dari Beena.
"Ternyata bingkai ini masalahnya, kau pergi tanpa kata Arully. Kamu bodoh sudah pergi tanpa berpamitan lansung denganku. Kamu anggap apa pernikahan kita semalam Arully?" Gumamnya bermonolog.
"Maafkan aku Azizah." Elzan menatap nanar foto wanitanya. Ia harus melepasnya, melepas orang yang sangat dicintai.
Namun sekarang Beena pun pergi entah kemana. Hanya menyisakan selembar kertas, hijab dan uang lima ratus ribu sebagai saksi bisu pernikahan mereka.
Uang yang diberikan Elzan sebagai mas kawin sama sekali tidak Beena sentuh apalagi membawanya. Beena pergi hanya memakai gamis untuk mengganti pakaiannya yang basah.
Dreet
Dreet
Elzan mengambil ponselnya dari kantong celana. Ia mengusap tombol hijau pada layar tersebut.
"Assalamualaikum bu! Iya nanti Elzan pulang bu. Ibu share saja lokasinya, kita bertemu di sana ya bu! Waalaikumussalam." Elzan menutup ponselnya dengan sendu.
Ia segera memasukkan pakaiannya ke dalam tas besar. Tidak lupa mas kawin Beena pun ia bawa. Ia akan berikan disaat bertemu nanti.
Elzan akan berusaha untuk mencari Beena di mana pun ia berada. Walaupun ia benci dengan keadaannya sekarang namun ikatan suci itu tidak bisa diabaikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
makanya jangan kasar tu mulut pergi kan jadinya
2024-11-03
1
Kanigara
bodoh,, km yg bodoh elzannnnn
2024-10-05
2
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
👍👍👍
2024-09-19
5