Rumah warga tidak ada satu pun yang terbuka. Sementara di belakang sana, Baron masih mengejarnya. Beena menghentikan langkahnya sesaat. Matanya memindai lingkungan sekitar. Ia melihat sebuah mobil yang pintu depannya terbuka. Ia tidak ingin melewati kesempatannya menaiki mobil tersebut. Baginya yang terpenting saat ini, ia bisa lolos dari sergapan Baron.
Ia langsung masuk mobil tanpa bersuara. Beruntung sekali tidak ada siapa pun di dalam mobil. Beena melangkahkan kakinya menuju jok belakang kemudi. Ia bersembunyi di sana.
Sementara pemilik mobil kembali dengan membawa sebotol air mineral dan cemilan.
"Mas lihat perempuan cantik lewat sini tidak?"
"Perempuan? Tidak saya tidak lihat. Lagi pula ini sudah larut Pak. Mana ada perempuan berkeliaran malam-malam begini kecuali..." Jelas laki-laki itu.
"Oh ya sudah. Aku cari di tempat lain saja." Potong Baron cepat, matanya menyapu sekeliling tempat tersebut.
Laki-laki itu hanya menggelengkan kepalanya. Ia menutup pintu mobil setelah meletakkan botol minum dan cemilan di jok samping kemudi. Ia membelah jalanan kota.
"Aarrgh...panas...panas!" Teriak Beena memecah keheningan malam.
Ciiiiit!
Laki-laki itu menghentikan mobilnya secara mendadak. Ia menoleh ke belakang ingin memastikan ada orang di belakang kemudi.
"Astagfirullahaladzim...siapa kamu?"
Laki-laki itu bergeming manakala melihat gadis nyentrik yang sedang menggeliat berada di belakang jok kemudi.
Tubuh Beena menggeliat lagi. Seluruh tubuhnya terasa panas. Beena memegang kepalanya yang berdenyut mencoba untuk menetralisir rasa sakit, kepalanya seolah berputar-putar.
"Mas aku mohon bantu aku. Aku sudah ga kuat lagi tubuhku panas, tenggorokanku kering, aku haus." Rintihnya memohon dengan mengatupkan kedua tangannya di dada.
Tanpa permisi Beena mengambil botol yang tersimpan di atas jok samping kemudi. Ia meneguk sisa air yang sudah diminum pemiliknya.
"Hey itu punyaku." Laki-laki itu menatap perempuan nyentrik dengan tajam.
"Kamu...kamu Arully kan? Ya kamu Arully. Ya Allah apa yang terjadi denganmu?" Laki-laki itu yakin di depan matanya adalah wanita yang ia cari selama ini.
Laki-laki itu adalah Elzan, suami dadakan Beena. Elzan kebetulan lewat tempat tersebut setelah melakukan perjalanan jauh mengikuti kegiatan diklat di luar kota. Ia mampir ke warung pinggir jalan untuk membeli minuman dan cemilan seadanya.
"Tolong Mas. Siapa pun kamu. Aku yakin kamu orang baik. Badanku panas."
"Hey kamu mau apa? Jangan buka bajumu di sini!"
"Aku gerah Mas. Aku enggak kuat."
"Enggak usah dibuka di sini. Biar aku nyalakan ACnya lagi." Kata Elzan memberi solusi, walaupun Beena istrinya namun membuka baju di dalam mobil bukanlah solusi tepat untuk mengatasi rasa sakitnya saat ini.
"Aku gerah Mas. Ya Allah ada apa dengan tubuhku ini!" Beena menahan nyeri di kepala dan tubuhnya.
"Oke kamu tenang. Aku akan bawa kamu ke rumah. Kamu harus kuat."
Dengan kecepatan penuh Elzan membelah jalanan kota. Dalam waktu 15 menit, mereka sudah berada di depan gerbang yang menjulang tinggi.
Seorang satpam membuka pintu gerbang dengan cepat. Lalu menutupnya kembali.
"Pak tolong bawa mobil ini ke garasi!"
"Baik Mas Elzan." Satpam tersebut menatap gadis yang dipapah Elzan.
"Oh iya Pak. Tolong Bapak jangan beritahu ke ibu kalau saya bawa perempuan ke rumah ini. Bapak jangan salah paham. Dia sudah jadi istriku." Jelas Elzan.
"Oh iya siap Mas."
Beena langsung lari masuk ke dalam rumah Elzan yang besar. Ia mencari-cari letak kamar mandi. Ia langsung ke atas.
"Mas di mana kamar mandinya?"
"Iya di atas juga ada!" Teriak Elzan.
Beena membuka pintu kamar dengan sembarang, ia melihat ada pintu lain di dalam kamar itu, ia masuk. Terdengar suara Beena yang sedang muntah-muntah.
Elzan merasa khawatir pada istrinya itu. Niat hati hanya ingin menunggunya di luar kamar mandi, namun Beena tidak bersuara.
Tok
Tok
Tok
"Rully...Rully kenapa? Apa yang terjadi?" Elzan terus menggedor pintu kamar mandi.
Tidak ada jawaban dari dalam, Elzan memberanikan diri untuk masuk ke kamar mandi yang kebetulan pintunya tidak dikunci. Ia bergeming melihat Beena yang gelisah mencengkram rambutnya, teriak histeris menahan sakit, air matanya berurai.
"Mas tolong kepalaku sakit, tubuhku terasa panas." Rengek Beena terduduk di dalam kamar mandi berusaha menguasi diri. Matanya sayu.
"Astaghfirullah... sepertinya kamu dalam pengaruh obat." Elzan sejenak berpikir, bingung harus melakukan apa. Karena merasa ada yang aneh dengan gelagat istrinya, Laki-laki itu memutar shower dan mengguyurnya begitu saja.
Beena tergagap sepersekian detik, ia meronta begitu tubuhnya terasa dingin.
"Hai apa yang kamu lakukan, kamu membuat tubuhku basah kuyup! Cukup, hentikan aku bisa mati kedinginan." Bentaknya sambil menggerutu kesal.
"Kamu tenang jangan panik. Ini untuk menghilangkan rasa sakit, sepertinya kamu sedang terpengaruh obat haram."
"Aaaargh dingin..dingin...aaargh." Teriaknya meronta.
Beberapa saat kemudian Beena terdiam setelah air itu tidak menyentuhnya lagi. Bibirnya bergetar, tubuhnya menggigil kedinginan, pakaian bagian atasnya sedikit terbuka. Ia mendekap tubuhnya sendiri.
"Bersihkan dirimu, Aku akan siapkan pakaian ganti untukmu."
Elzan membalikkan badannya namun ditarik Beena sehingga Elzan terjerembab mengukung Beena.
"Tolong kali ini saja bantu aku. Aku janji setelah ini aku akan pergi dari kehidupanmu selamanya!" Beena memohon dengan harap. Matanya sayu, tubuhnya yang menggigil mengharapkan sesuatu yang lebih dari Elzan.
Elzan bergeming menatap istrinya yang penuh damba. Wajahnya yang begitu cantik tidak kalah dengan kekasihnya, Azizah.
Elzan menelan salivanya begitu melihat pakaian dalam bagian dada Beena terbuka. Tidak bisa dipungkiri hasrat itu memang ada. Apalagi mereka sudah suami istri, bukankah sudah halal bagi Elzan untuk menyentuhnya?
"Baik aku akan menolongmu, Arully sayang..." Bisik Elzan dengan suara parau. Ia memeluk istrinya dan memberi jejak di leher istrinya, selanjutnya mereka menghabiskan malam pertama dengan penuh cinta.
Kesokan harinya Elzan bangun lebih awal. Ia melihat istrinya masih terlelap tidur. Elzan tersenyum melihat ada noda merah di seprei kasurnya. Ini menandakan istrinya sangat menjaga kesuciannya.
Setelah menunaikan 2 rakaatnya, Elzan menuju dapur dan membuat masakan spesial buat sang istri yang sudah memberi kepuasan semalam.
"Kamu sudah bangun?" Tanya Elzan dengan senyuman manis. Dia membawa teh hangat.
Beena melirik suaminya yang sangat berbeda perlakuannya. Ia menunduk sedih.
"Aku minta maaf." Ujar Beena dengan suara tercekat.
"Buat apa?"
"Semalam memaksamu untuk melakukan sesuatu yang seharusnya tidak kita lakukan. Tapi aku janji aku akan pergi selamanya dari kehidupanmu." Kata Beena tak kuasa menatap suaminya. Air matanya meleleh.
"Loh kata siapa? Kita melakukannya karena kebutuhan dan kewajiban. Jadi kejadian semalam itu memang harus kita lakukan karena itu pahala buat kita. Aku minta maaf ya kalau selama ini aku marah, kesal dengan pernikahan kita. Tapi yang harus kamu tahu pernikahan yang kita lakukan murni sudah takdir dari Allah yang tidak boleh kita permainkan. Jadi setelah ini kamu tidak boleh pergi lagi. Aku janji aku akan perjuangkan kamu."
"Kalau aku wanita baik-baik, aku sangat senang mendengar ucapanmu Mas. Aku merasa tidak pantas menjadi istrimu, aku hanya gadis punk yang terperangkap dengan dunia hitam sampai pada akhirnya aku harus kehilangan ibu di saat aku ingin kembali ke jalan yang benar. Aku menyesal dengan apa yang sudah kuperbuat selama ini. Aku harus berurusan dengan preman karena aku sudah menyelamatkan anak kecil yang akan dijual oleh mereka. Apa aku salah dengan tindakanku selama ini? Orang menganggapku gadis yang tidak berguna, tidak bersyukur dan kini aku hampir kehilangan semuanya. Sebentar lagi aku pun harus mengembalikan seorang anak yang telah membuka pintu tobat buatku. Sekarang aku pun harus rela melepaskanmu demi kebahagiaanmu dengan wanita yang akan kau nikahi. Aku tidak ingin merusak kebahagiaanmu. Terima kasih kamu sudah mau menikahiku di saat genting. Anggaplah sesuatu yang sudah terjadi bersamaku tidak pernah ada." Beena menangis menahan sesak di dalam dada.
Elzan menarik istrinya dalam dekapan. Ia memahami perasaan istrinya selama ini. Ia harus mendukung hijrah seorang gadis punk yang kini menjadi belahan jiwanya.
"Aku janji aku akan memperjuangkanmu. Tidak akan ada pernikahan lagi karena kamu sudah menjadi milikku seutuhnya Arully." Elzan mengecup kening istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
ifara
bukannya mahram itu seseorang yg haram dinikahi ya
2025-01-15
1
⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ah elzan baru ngeuh
2024-12-06
0
⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kunti hihihi
2024-12-06
0