BAB 17 Malam Pertama

Rumah warga tidak ada satu pun yang terbuka. Sementara di belakang sana, Baron masih mengejarnya. Beena menghentikan langkahnya sesaat. Matanya memindai lingkungan sekitar. Ia melihat sebuah mobil yang pintu depannya terbuka. Ia tidak ingin melewati kesempatannya menaiki mobil tersebut. Baginya yang terpenting saat ini, ia bisa lolos dari sergapan Baron.

Ia langsung masuk mobil tanpa bersuara. Beruntung sekali tidak ada siapa pun di dalam mobil. Beena melangkahkan kakinya menuju jok belakang kemudi. Ia bersembunyi di sana.

Sementara pemilik mobil kembali dengan membawa sebotol air mineral dan cemilan.

"Mas lihat perempuan cantik lewat sini tidak?"

"Perempuan? Tidak saya tidak lihat. Lagi pula ini sudah larut Pak. Mana ada perempuan berkeliaran malam-malam begini kecuali..." Jelas laki-laki itu.

"Oh ya sudah. Aku cari di tempat lain saja." Potong Baron cepat, matanya menyapu sekeliling tempat tersebut.

Laki-laki itu hanya menggelengkan kepalanya. Ia menutup pintu mobil setelah meletakkan botol minum dan cemilan di jok samping kemudi. Ia membelah jalanan kota.

"Aarrgh...panas...panas!" Teriak Beena memecah keheningan malam.

Ciiiiit!

Laki-laki itu menghentikan mobilnya secara mendadak. Ia menoleh ke belakang ingin memastikan ada orang di belakang kemudi.

"Astagfirullahaladzim...siapa kamu?"

Laki-laki itu bergeming manakala melihat gadis nyentrik yang sedang menggeliat berada di belakang jok kemudi.

Tubuh Beena menggeliat lagi. Seluruh tubuhnya terasa panas. Beena memegang kepalanya yang berdenyut mencoba untuk menetralisir rasa sakit, kepalanya seolah berputar-putar.

"Mas aku mohon bantu aku. Aku sudah ga kuat lagi tubuhku panas, tenggorokanku kering, aku haus." Rintihnya memohon dengan mengatupkan kedua tangannya di dada.

Tanpa permisi Beena mengambil botol yang tersimpan di atas jok samping kemudi. Ia meneguk sisa air yang sudah diminum pemiliknya.

"Hey itu punyaku." Laki-laki itu menatap perempuan nyentrik dengan tajam.

"Kamu...kamu Arully kan? Ya kamu Arully. Ya Allah apa yang terjadi denganmu?" Laki-laki itu yakin di depan matanya adalah wanita yang ia cari selama ini.

Laki-laki itu adalah Elzan, suami dadakan Beena. Elzan kebetulan lewat tempat tersebut setelah melakukan perjalanan jauh mengikuti kegiatan diklat di luar kota. Ia mampir ke warung pinggir jalan untuk membeli minuman dan cemilan seadanya.

"Tolong Mas. Siapa pun kamu. Aku yakin kamu orang baik. Badanku panas."

"Hey kamu mau apa? Jangan buka bajumu di sini!"

"Aku gerah Mas. Aku enggak kuat."

"Enggak usah dibuka di sini. Biar aku nyalakan ACnya lagi." Kata Elzan memberi solusi, walaupun Beena istrinya namun membuka baju di dalam mobil bukanlah solusi tepat untuk mengatasi rasa sakitnya saat ini.

"Aku gerah Mas. Ya Allah ada apa dengan tubuhku ini!" Beena menahan nyeri di kepala dan tubuhnya.

"Oke kamu tenang. Aku akan bawa kamu ke rumah. Kamu harus kuat."

Dengan kecepatan penuh Elzan membelah jalanan kota. Dalam waktu 15 menit, mereka sudah berada di depan gerbang yang menjulang tinggi.

Seorang satpam membuka pintu gerbang dengan cepat. Lalu menutupnya kembali.

"Pak tolong bawa mobil ini ke garasi!"

"Baik Mas Elzan." Satpam tersebut menatap gadis yang dipapah Elzan.

"Oh iya Pak. Tolong Bapak jangan beritahu ke ibu kalau saya bawa perempuan ke rumah ini. Bapak jangan salah paham. Dia sudah jadi istriku." Jelas Elzan.

"Oh iya siap Mas."

Beena langsung lari masuk ke dalam rumah Elzan yang besar. Ia mencari-cari letak kamar mandi. Ia langsung ke atas.

"Mas di mana kamar mandinya?"

"Iya di atas juga ada!" Teriak Elzan.

Beena membuka pintu kamar dengan sembarang, ia melihat ada pintu lain di dalam kamar itu, ia masuk. Terdengar suara Beena yang sedang muntah-muntah.

Elzan merasa khawatir pada istrinya itu. Niat hati hanya ingin menunggunya di luar kamar mandi, namun Beena tidak bersuara.

Tok

Tok

Tok

"Rully...Rully kenapa? Apa yang terjadi?" Elzan terus menggedor pintu kamar mandi.

Tidak ada jawaban dari dalam, Elzan memberanikan diri untuk masuk ke kamar mandi yang kebetulan pintunya tidak dikunci. Ia bergeming melihat Beena yang gelisah mencengkram rambutnya, teriak histeris menahan sakit, air matanya berurai.

"Mas tolong kepalaku sakit, tubuhku terasa panas." Rengek Beena terduduk di dalam kamar mandi berusaha menguasi diri. Matanya sayu.

"Astaghfirullah... sepertinya kamu dalam pengaruh obat." Elzan sejenak berpikir, bingung harus melakukan apa. Karena merasa ada yang aneh dengan gelagat istrinya, Laki-laki itu memutar shower dan mengguyurnya begitu saja.

Beena tergagap sepersekian detik, ia meronta begitu tubuhnya terasa dingin.

"Hai apa yang kamu lakukan, kamu membuat tubuhku basah kuyup! Cukup, hentikan aku bisa mati kedinginan." Bentaknya sambil menggerutu kesal.

"Kamu tenang jangan panik. Ini untuk menghilangkan rasa sakit, sepertinya kamu sedang terpengaruh obat haram."

"Aaaargh dingin..dingin...aaargh." Teriaknya meronta.

Beberapa saat kemudian Beena terdiam setelah air itu tidak menyentuhnya lagi. Bibirnya bergetar, tubuhnya menggigil kedinginan, pakaian bagian atasnya sedikit terbuka. Ia mendekap tubuhnya sendiri.

"Bersihkan dirimu, Aku akan siapkan pakaian ganti untukmu."

Elzan membalikkan badannya namun ditarik Beena sehingga Elzan terjerembab mengukung Beena.

"Tolong kali ini saja bantu aku. Aku janji setelah ini aku akan pergi dari kehidupanmu selamanya!" Beena memohon dengan harap. Matanya sayu, tubuhnya yang menggigil mengharapkan sesuatu yang lebih dari Elzan.

Elzan bergeming menatap istrinya yang penuh damba. Wajahnya yang begitu cantik tidak kalah dengan kekasihnya, Azizah.

Elzan menelan salivanya begitu melihat pakaian dalam bagian dada Beena terbuka. Tidak bisa dipungkiri hasrat itu memang ada. Apalagi mereka sudah suami istri, bukankah sudah halal bagi Elzan untuk menyentuhnya?

"Baik aku akan menolongmu, Arully sayang..." Bisik Elzan dengan suara parau. Ia memeluk istrinya dan memberi jejak di leher istrinya, selanjutnya mereka menghabiskan malam pertama dengan penuh cinta.

Kesokan harinya Elzan bangun lebih awal. Ia melihat istrinya masih terlelap tidur. Elzan tersenyum melihat ada noda merah di seprei kasurnya. Ini menandakan istrinya sangat menjaga kesuciannya.

Setelah menunaikan 2 rakaatnya, Elzan menuju dapur dan membuat masakan spesial buat sang istri yang sudah memberi kepuasan semalam.

"Kamu sudah bangun?" Tanya Elzan dengan senyuman manis. Dia membawa teh hangat.

Beena melirik suaminya yang sangat berbeda perlakuannya. Ia menunduk sedih.

"Aku minta maaf." Ujar Beena dengan suara tercekat.

"Buat apa?"

"Semalam memaksamu untuk melakukan sesuatu yang seharusnya tidak kita lakukan. Tapi aku janji aku akan pergi selamanya dari kehidupanmu." Kata Beena tak kuasa menatap suaminya. Air matanya meleleh.

"Loh kata siapa? Kita melakukannya karena kebutuhan dan kewajiban. Jadi kejadian semalam itu memang harus kita lakukan karena itu pahala buat kita. Aku minta maaf ya kalau selama ini aku marah, kesal dengan pernikahan kita. Tapi yang harus kamu tahu pernikahan yang kita lakukan murni sudah takdir dari Allah yang tidak boleh kita permainkan. Jadi setelah ini kamu tidak boleh pergi lagi. Aku janji aku akan perjuangkan kamu."

"Kalau aku wanita baik-baik, aku sangat senang mendengar ucapanmu Mas. Aku merasa tidak pantas menjadi istrimu, aku hanya gadis punk yang terperangkap dengan dunia hitam sampai pada akhirnya aku harus kehilangan ibu di saat aku ingin kembali ke jalan yang benar. Aku menyesal dengan apa yang sudah kuperbuat selama ini. Aku harus berurusan dengan preman karena aku sudah menyelamatkan anak kecil yang akan dijual oleh mereka. Apa aku salah dengan tindakanku selama ini? Orang menganggapku gadis yang tidak berguna, tidak bersyukur dan kini aku hampir kehilangan semuanya. Sebentar lagi aku pun harus mengembalikan seorang anak yang telah membuka pintu tobat buatku. Sekarang aku pun harus rela melepaskanmu demi kebahagiaanmu dengan wanita yang akan kau nikahi. Aku tidak ingin merusak kebahagiaanmu. Terima kasih kamu sudah mau menikahiku di saat genting. Anggaplah sesuatu yang sudah terjadi bersamaku tidak pernah ada." Beena menangis menahan sesak di dalam dada.

Elzan menarik istrinya dalam dekapan. Ia memahami perasaan istrinya selama ini. Ia harus mendukung hijrah seorang gadis punk yang kini menjadi belahan jiwanya.

"Aku janji aku akan memperjuangkanmu. Tidak akan ada pernikahan lagi karena kamu sudah menjadi milikku seutuhnya Arully." Elzan mengecup kening istrinya.

Terpopuler

Comments

ifara

ifara

bukannya mahram itu seseorang yg haram dinikahi ya

2025-01-15

1

⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ

⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ

ah elzan baru ngeuh

2024-12-06

0

⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ

⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Kunti hihihi

2024-12-06

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Lolos dari Preman
2 BAB 2 Awal Pertemuan
3 BAB 3 Doa Beyza
4 BAB 4 Membawa Beyza Pergi
5 BAB 5 Dikejar Preman
6 BAB 6 Digerebeg Warga
7 BAB 7 Mendadak Nikah
8 BAB 8 Jodoh Istimewa
9 BAB 9 Beena Memilih Pergi
10 BAB 10 Ingin Memulai
11 BAB 11 Beena Berduka
12 BAB 12 Keinginan Beyza
13 BAB 13 Nasihat Rena
14 BAB 14 Ternyata Berry
15 BAB 15 Menghadiri Konser
16 BAB 16 Terjebak Air Mineral
17 BAB 17 Malam Pertama
18 BAB 18 Penangkapan Beena
19 BAB 19 Akhirnya Ditahan
20 BAB 20 Pertemuan Berry
21 BAB 21 Gagal
22 BAB 22 Harapan Elzan
23 BAB 23 Cerita Beena
24 BAB 24 Perhatian Elzan
25 BAB 25 Dilematis
26 BAB 26 Jujur
27 Sekilas Info
28 BAB 27 Bertemu di Konser
29 BAB 28 Pertemuan Lisa & Berry
30 BAB 29 Rahasia Terbongkar
31 BAB 30 Penangkapan Baron
32 BAB 31 Perasaan Lisa
33 BAB 32 Elzan Di Keroyok
34 BAB 33 Menghirup Udara Bebas
35 BAB 34 Kecerobohan Elzan
36 BAB 35 Elzan Meminta Maaf
37 Sekilas Info
38 BAB 36 Kedatangan Orang Tua
39 BAB 37 Siapa Wanita Itu?
40 BAB 38 Akhirnya Terbongkar
41 BAB 39 Kejujuran Elzan
42 BAB 40 Penangkapan Bu Retno
43 BAB 41 Momen kebersamaan
44 BAB 42 Sebuah Pilihan
45 BAB 43 Bertemu Berry
46 BAB 44 Berry Tidak Peka
47 BAB 45 Menunggu Beena
48 BAB 46 Pengakuan Beena
49 BAB 47 Penangguhan Beena
50 BAB 48 Hampa
51 BAB 49 Tawaran Berry
52 BAB 50 Tekad Berry
53 BAB 51 Obat Rindu
54 BAB 52 Bisik-bisik Tetangga
55 BAB 53 Mulai Klarifikasi
56 BAB 54 Klarifikasi Lanjutan
57 BAB 55 Senjata Makan Tuan
58 BAB 56 Bertemu Mertua
59 BAB 57 Penolakan Retno
60 BAB 58 Kesepakatan
61 BAB 59 Dinner
62 BAB 60 Cerita Beena
63 BAB 61 Kemarahan Elzan
64 BAB 62 Sebuah penyelesaian
65 BAB 63 Penolakan Beena
66 BAB 64 Bertemu Beyza
67 BAB 65 Sarapan Bersama Mertua
68 BAB 66 Sebuah Tamparan Asik
69 BAB 67 Doa Beena
70 BAB 68 Nasihat Abah
71 BAB 69 Malu
72 BAB 70 Tamparan Keras
73 BAB 71 Menangkap Basah
74 BAB 72 Beena diusir
75 BAB 73 Kejujuran Berry
76 BAB 74 Berry melamar Lisa
77 BAB 75 Kerusuhan Bu Retno
78 BAB 76 Si Julid Beraksi
79 BAB 77 Terungkap
80 BAB 78 Sekelumit tentang Retno
81 BAB 79 Elzan Akhirnya Tahu
82 BAB 80 Pengakuan Bu Retno
83 BAB 81 Titip Retno
84 BAB 82 Pilihan Buat Retno
85 BAB 83 Demi Popularitas
86 BAB 84 Belum Bisa Memaafkan
87 BAB 85 Kecurigaan Beena
88 BAB 86 Merasa Bersalah
89 BAB 87 Belum Saatnya
90 BAB 88 Luapan Emosi Beena
91 BAB 89 Kembali Normal
92 BAB 90 Bukan Aku
93 BAB 91 Sekelumit Kisah
94 BAB 92 Menjenguk Bisma
95 BAB 93 Sulit Menerima
96 BAB 94 Sisi Lain Beena
97 BAB 95 Beena Menjenguk Bisma
98 BAB 96 Pilihan Buat Retno
99 BAB 97 Pengusiran Retno
100 BAB 98 Pilihan Sulit
101 BAB 99 Bisma Hilang?
102 BAB 100 Akhirnya Bisma sadar.
103 BAB 101 Beena Menjenguk Bisma
104 BAB 102 Sumber Kekuatan Bisma
105 BAB 103 Beena Merasa Takjub
106 BAB 104 Pertama di Rumah Bisma
107 BAB 105 Rencana Lamaran
108 BAB 106 Ternyata bukan Lisa
109 BAB 107 Lisa Sang Penolong
110 BAB 108 Perhatian Berry
111 BAB 109 Sulit Melepasmu
112 BAB 110 Menjenguk Nenek
113 BAB 111 Sekilas tentang Retno
114 BAB 112 Keputusan Abah
115 BAB 113 Retno Menyesal
116 BAB 114 Ujian Buat Retno
117 BAB 115 Keputusan Papa
118 BAB 116 Kebahagiaan Berry
119 BAB 117 Ketika Bara Diuji
120 BAB 118 Bertemu Aminati
121 BAB 119 Niat hijrah Aminati
122 BAB 120 Jatuh dari Tangga
123 BAB 121 Beena Siuman
124 BAB 122 Elzan Junior
125 BAB 123 Kedatangan Berry Lisa
126 BAB 124 Bisma Memaksa Ikut
127 BAB 125 Satu Permintaan Bisma
128 BAB 126 Menghadiri Akad Nikah
129 BAB 127 Fakta Baru
130 BAB 128 Rena Murka
131 BAB 129 Ziarah ke Makam Arumi
132 BAB 130 Ikut Sholat Berjamaah
133 BAB 131 Melepasmu (End)
134 Promosi Karya Baru
Episodes

Updated 134 Episodes

1
BAB 1 Lolos dari Preman
2
BAB 2 Awal Pertemuan
3
BAB 3 Doa Beyza
4
BAB 4 Membawa Beyza Pergi
5
BAB 5 Dikejar Preman
6
BAB 6 Digerebeg Warga
7
BAB 7 Mendadak Nikah
8
BAB 8 Jodoh Istimewa
9
BAB 9 Beena Memilih Pergi
10
BAB 10 Ingin Memulai
11
BAB 11 Beena Berduka
12
BAB 12 Keinginan Beyza
13
BAB 13 Nasihat Rena
14
BAB 14 Ternyata Berry
15
BAB 15 Menghadiri Konser
16
BAB 16 Terjebak Air Mineral
17
BAB 17 Malam Pertama
18
BAB 18 Penangkapan Beena
19
BAB 19 Akhirnya Ditahan
20
BAB 20 Pertemuan Berry
21
BAB 21 Gagal
22
BAB 22 Harapan Elzan
23
BAB 23 Cerita Beena
24
BAB 24 Perhatian Elzan
25
BAB 25 Dilematis
26
BAB 26 Jujur
27
Sekilas Info
28
BAB 27 Bertemu di Konser
29
BAB 28 Pertemuan Lisa & Berry
30
BAB 29 Rahasia Terbongkar
31
BAB 30 Penangkapan Baron
32
BAB 31 Perasaan Lisa
33
BAB 32 Elzan Di Keroyok
34
BAB 33 Menghirup Udara Bebas
35
BAB 34 Kecerobohan Elzan
36
BAB 35 Elzan Meminta Maaf
37
Sekilas Info
38
BAB 36 Kedatangan Orang Tua
39
BAB 37 Siapa Wanita Itu?
40
BAB 38 Akhirnya Terbongkar
41
BAB 39 Kejujuran Elzan
42
BAB 40 Penangkapan Bu Retno
43
BAB 41 Momen kebersamaan
44
BAB 42 Sebuah Pilihan
45
BAB 43 Bertemu Berry
46
BAB 44 Berry Tidak Peka
47
BAB 45 Menunggu Beena
48
BAB 46 Pengakuan Beena
49
BAB 47 Penangguhan Beena
50
BAB 48 Hampa
51
BAB 49 Tawaran Berry
52
BAB 50 Tekad Berry
53
BAB 51 Obat Rindu
54
BAB 52 Bisik-bisik Tetangga
55
BAB 53 Mulai Klarifikasi
56
BAB 54 Klarifikasi Lanjutan
57
BAB 55 Senjata Makan Tuan
58
BAB 56 Bertemu Mertua
59
BAB 57 Penolakan Retno
60
BAB 58 Kesepakatan
61
BAB 59 Dinner
62
BAB 60 Cerita Beena
63
BAB 61 Kemarahan Elzan
64
BAB 62 Sebuah penyelesaian
65
BAB 63 Penolakan Beena
66
BAB 64 Bertemu Beyza
67
BAB 65 Sarapan Bersama Mertua
68
BAB 66 Sebuah Tamparan Asik
69
BAB 67 Doa Beena
70
BAB 68 Nasihat Abah
71
BAB 69 Malu
72
BAB 70 Tamparan Keras
73
BAB 71 Menangkap Basah
74
BAB 72 Beena diusir
75
BAB 73 Kejujuran Berry
76
BAB 74 Berry melamar Lisa
77
BAB 75 Kerusuhan Bu Retno
78
BAB 76 Si Julid Beraksi
79
BAB 77 Terungkap
80
BAB 78 Sekelumit tentang Retno
81
BAB 79 Elzan Akhirnya Tahu
82
BAB 80 Pengakuan Bu Retno
83
BAB 81 Titip Retno
84
BAB 82 Pilihan Buat Retno
85
BAB 83 Demi Popularitas
86
BAB 84 Belum Bisa Memaafkan
87
BAB 85 Kecurigaan Beena
88
BAB 86 Merasa Bersalah
89
BAB 87 Belum Saatnya
90
BAB 88 Luapan Emosi Beena
91
BAB 89 Kembali Normal
92
BAB 90 Bukan Aku
93
BAB 91 Sekelumit Kisah
94
BAB 92 Menjenguk Bisma
95
BAB 93 Sulit Menerima
96
BAB 94 Sisi Lain Beena
97
BAB 95 Beena Menjenguk Bisma
98
BAB 96 Pilihan Buat Retno
99
BAB 97 Pengusiran Retno
100
BAB 98 Pilihan Sulit
101
BAB 99 Bisma Hilang?
102
BAB 100 Akhirnya Bisma sadar.
103
BAB 101 Beena Menjenguk Bisma
104
BAB 102 Sumber Kekuatan Bisma
105
BAB 103 Beena Merasa Takjub
106
BAB 104 Pertama di Rumah Bisma
107
BAB 105 Rencana Lamaran
108
BAB 106 Ternyata bukan Lisa
109
BAB 107 Lisa Sang Penolong
110
BAB 108 Perhatian Berry
111
BAB 109 Sulit Melepasmu
112
BAB 110 Menjenguk Nenek
113
BAB 111 Sekilas tentang Retno
114
BAB 112 Keputusan Abah
115
BAB 113 Retno Menyesal
116
BAB 114 Ujian Buat Retno
117
BAB 115 Keputusan Papa
118
BAB 116 Kebahagiaan Berry
119
BAB 117 Ketika Bara Diuji
120
BAB 118 Bertemu Aminati
121
BAB 119 Niat hijrah Aminati
122
BAB 120 Jatuh dari Tangga
123
BAB 121 Beena Siuman
124
BAB 122 Elzan Junior
125
BAB 123 Kedatangan Berry Lisa
126
BAB 124 Bisma Memaksa Ikut
127
BAB 125 Satu Permintaan Bisma
128
BAB 126 Menghadiri Akad Nikah
129
BAB 127 Fakta Baru
130
BAB 128 Rena Murka
131
BAB 129 Ziarah ke Makam Arumi
132
BAB 130 Ikut Sholat Berjamaah
133
BAB 131 Melepasmu (End)
134
Promosi Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!