BAB 11 Beena Berduka

"Ka Beena!" Beyza lari memeluk Beena sambil menangis.

"Bebey kenapa nangis?" Tanya Beena membelai kepala Beyza dengan pelan.

"Kak Beena jangan ninggalin Bebey lagi. Bebey takut. Bebey kira Bang Berry orang jahat." Beyza menangis sesegukan. Beena menatap Berry yang sedang menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Maafkan Kak Beena ya, semalam ninggalin Bebey sama Bang Berry karena orang jahat itu ngejar Kakak. Jadi daripada Bebey tertangkap juga mendingan Bebey titipin ke Bang Berry. Bang Berry orangnya baik, kan?"

Beyza mengangguk sambil terisak. Beena menepuk punggung Beyza untuk menenangkan.

"Jadi ke rumah ibumu?" Tanya Berry sambil menguap berkali-kali.

"Jadi dong. Sepertinya kamu lelah, dari tadi nguap terus. Sini aku saja yang nyetir!" Beena menyambar kunci dari tangan Berry.

"Kamu engga apa-apa nyetir?"

"Aman. Gih duduk di belakang. Tidur aja dulu. Beyza mau di depan atau belakang?" Tawar Beena.

"Aku depan aja bareng Kakak." Kata Beyza mulai tersenyum.

"Oh boleh. Ayo kita berangkat ke rumah Kakak Beena." Beena mengangkat tubuh Beyza dan mendudukannya di jok samping kemudi.

Hanya butuh waktu 3 jam untuk sampai ke kampung ibunya.

Ada rasa rindu terbersit dalam hati ingin mendekap ibu secepatnya.

Ia sangat merindukan sosok ibu yang begitu tulus mencintainya, mendidiknya walaupun tanpa belaian kasih sayang seorang laki-laki di sampingnya. Ibu kuat menjalani kehidupannya sendiri. Ada kekecewaan pada ayah Beena yang sampai saat ini tidak tau rimbanya. Ayah yang tidak mau bertanggung jawab yang membiarkan ibunya menderita tanpa status pernikahan.

Beena menghentikan mobilnya di halaman rumah yang di depannya terdapat tenda dan terpasang kain kuning.

Deg

Deg

Deg

Beena membangunkan Berry yang terlelap tidur. Badannya gemetar, kekhawatiran melanda jiwanya. Teringat sosok yang begitu sangat dicintainya. Tidak ada yang aneh saat ditinggalkan. Ibunya begitu sehat. Ibunya hanya menitip pesan agar ia bisa menjaga dirinya dan jangan pernah tinggalkan sholat. Air mata merembes manakala teringat pesan terakhir. Entah sejak kapan ia meninggalkan kewajibannya itu.

"Eh sudah nyampe ya?" Mata Berry mengerjap. Seketika ia tergagap melihat Beena tengah berurai air mata.

"Hey kenapa menangis? Bukankah kamu senang akan bertemu ibumu?"

"Ber bagaimana aku bisa senang kalau ternyata di depanku disambut pemandangan seperti itu?" Beena menunjuk dengan dagunya.

Berry terkesiap melihat pemandangan yang membuat hatinya ikut berduka.

"Innalillahi wa innailaihi rajiun. Siapa yang meninggal Bee?" Berry menatap tajam halaman rumah yang sudah terpasang tenda, pintu depan rumah masih terbuka, samar terdengar alunan ayat suci Alquran oleh beberapa orang.

Beena hanya menggeleng sebagai jawaban. Ia tidak kuasa untuk sekedar bicara.

"Beena kita tidak akan pernah tahu siapa yang meninggal kalau kita tetap di sini. Turunlah aku menunggu di sini!"

Beena mengangguk pasrah. Ia menatap Beyza yang tengah tertidur pulas.

"Jangan khawatir Bocah itu biar aku yang jaga. Turunlah!" Ujar Berry seolah mengetahui kekhawatiran Beena.

Pintu terbuka lebar tertiup angin malam itu. Beena bergeming saat melihat jenazah masih ditutupi kain, belum dikafani. Ia melangkah pelan menuju dipan tempat ibunya terbaring kaku.

"Assalamualaikum...." Bibirnya tercekat tak mampu untuk berucap.

Semua orang yang berada di ruangan tersebut menghentikan bacaannya sejenak hanya sekedar ingin tahu siapa yang datang.

Dengan gemetar ia membuka kain yang menutupi wajah jenazah. Ia harus kuat menghadapi takdir yang sudah ditetapkan.

"Ibuuuuu...ibuuuuu.....ibuuu....Ini Beena Bu, Beena pulang Bu. Bangun Bu....Bangun!" Ujar Beena lirih nyaris tak terdengar.

Beena menangis, tidak menyangka kepulangannya justru disambut dengan kematian ibunya.

"Siapa kamu?" Tanya seorang perempuan yang berada di hadapannya.

Perempuan itu menatap heran pada gadis yang serta merta menangis di samping jasad kakaknya. Gadis berpakaian gamis tanpa hijab. Rambutnya dikuncir kuda, dia mengenakan topi warna hitam. Telinganya tindik 3 masih memakai anting-anting bergaya punk.

Beena mendongak menatap perempuan yang umurnya sekitar 40 tahun. Dia melihat perempuan itu sedang menyorot tajam ke arahnya dengan kening mengerut.

"Tante...." Beena menelan salivanya dengan susah payah, tenggorokannya terasa kering.

Beena menyapu sekelilingnya, orang-orang yang hadir di sana pun sedang menatapnya penuh tanda tanya.

"Aaaaku Beeenaaa Tante. Beena anak Ibu Arumi." Jawab Beena terbata menunjuk pada dirinya.

"Astagfirullah Beena kenapa kamu jadi seperti ini?" Omnya Beena menghampirinya langsung mendekap keponakannya yang sudah kembali setelah kepergiannya selama 2 tahun.

"Alhamdulillah akhirnya kamu pulang juga." Mata laki-laki itu berkaca-kaca melihat kepulangan keponakannya.

Beena merasa tenang Omnya masih menyayanginya. Air matanya mengalir deras.

Seorang perempuan secara kasar menarik Beena dari dekapan kakaknya. Ia membawa Beena ke dalam kamar yang agak jauh dari ruangan tersebut.

Plaaak!

Tamparan keras mendarat di pipi Beena. Rasa panas di pipinya tak sebanding dengan kepedihan yang ia rasakan saat ini.

"Jadi begini kelakuan kamu di luar sana! Pekerjaan ini yang kamu maksud? Dasar anak ga tahu diuntung, ga tahu diri. Ibu satu-satunya kamu tinggal pergi hanya untuk pekerjaan yang engga jelas ini! Dasar preman kamu engga pantas tinggal di rumah ini lagi, kamu pantasnya tinggal di jalanan. Aku engga sudi punya keponakan seperti kamu!"" Tante Beena yang bernama Rena memukulnya bertubi-tubi seperti ia memukul anaknya yang tengah melakukan kesalahan.

"Cukup Ren, cukup! Kasihan Beena ia baru saja datang. Pukulanmu tidak akan mengubah apa pun. Tidak akan membuat kakakmu hidup kembali. Beena bersihkan dirimu, ganti pakaianmu yang lebih bersih dan buka aksesoris yang melekat pada tubuhmu!" Titah Omnya Beena. Omnya khawatir Beena akan pergi lagi.

Beena menurut. Ia beranjak dari tempatnya berdiri menuju kamar mandi. Hatinya hancur, ia sudah membiarkan ibunya pergi di saat ia tak ada di sampingnya. Segala penyesalan terbersit dalam hatinya.

Samar terdengar tante Rena sedang memarahi seseorang di ruangan yang berbeda.

"Beena kamu sungguh keterlaluan ya! Pulang bawa laki-laki dan anak kecil. Kamu udah kawin? Di mana otak kamu, benar-benar kamu sudah tidak menganggap ibumu lagi. Sudah tidak menganggap keluargamu lagi sampai nikah pun kamu ga kasih kabar!" Hardik Rena begitu melihat Beena yang baru keluar dari kamar mandi.

"Bu...kami....." Berry ingin meluruskan.

"Diam kamu! Dasar laki-laki yang engga beradab, kamu kan yang sudah menjerumuskan Beena? Dulu Beena itu seorang gadis baik-baik. Kenapa sekarang dia berpenampilan sama sepertimu, dasar preman!"

Berry mengepalkan tangannya. Ingin rasanya menonjok perempuan jutek itu. Kalau saja tangannya tidak dipegang Beyza saat itu, ia sudah melayangkan bogem mentah di wajah Rena.

"Dan kamu anak kecil! Pakaian kamu lebih sopan dari ayah ibumu. Ajari mereka sopan santun! Tidak tahu malu ya kalian, anak kecil aja ngerti adab berpakaian."

"Cukup Rena....kamu tidak pantas berbicara seperti itu di hadapan tamu."

"Bela aja terus, kakak akan menyesal sudah membela dia!" Rena menyorot tajam satu persatu orang yang membuatnya jengkel malam itu.

Terpopuler

Comments

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

ko pas ya kepulangan nya bersamaan ibu nya meninggal yang sabar ya

2024-11-03

1

Kanigara

Kanigara

sabarr Beena

2024-10-24

0

Kanigara

Kanigara

tante ku lakban mulutnya mauuu

2024-10-24

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Lolos dari Preman
2 BAB 2 Awal Pertemuan
3 BAB 3 Doa Beyza
4 BAB 4 Membawa Beyza Pergi
5 BAB 5 Dikejar Preman
6 BAB 6 Digerebeg Warga
7 BAB 7 Mendadak Nikah
8 BAB 8 Jodoh Istimewa
9 BAB 9 Beena Memilih Pergi
10 BAB 10 Ingin Memulai
11 BAB 11 Beena Berduka
12 BAB 12 Keinginan Beyza
13 BAB 13 Nasihat Rena
14 BAB 14 Ternyata Berry
15 BAB 15 Menghadiri Konser
16 BAB 16 Terjebak Air Mineral
17 BAB 17 Malam Pertama
18 BAB 18 Penangkapan Beena
19 BAB 19 Akhirnya Ditahan
20 BAB 20 Pertemuan Berry
21 BAB 21 Gagal
22 BAB 22 Harapan Elzan
23 BAB 23 Cerita Beena
24 BAB 24 Perhatian Elzan
25 BAB 25 Dilematis
26 BAB 26 Jujur
27 Sekilas Info
28 BAB 27 Bertemu di Konser
29 BAB 28 Pertemuan Lisa & Berry
30 BAB 29 Rahasia Terbongkar
31 BAB 30 Penangkapan Baron
32 BAB 31 Perasaan Lisa
33 BAB 32 Elzan Di Keroyok
34 BAB 33 Menghirup Udara Bebas
35 BAB 34 Kecerobohan Elzan
36 BAB 35 Elzan Meminta Maaf
37 Sekilas Info
38 BAB 36 Kedatangan Orang Tua
39 BAB 37 Siapa Wanita Itu?
40 BAB 38 Akhirnya Terbongkar
41 BAB 39 Kejujuran Elzan
42 BAB 40 Penangkapan Bu Retno
43 BAB 41 Momen kebersamaan
44 BAB 42 Sebuah Pilihan
45 BAB 43 Bertemu Berry
46 BAB 44 Berry Tidak Peka
47 BAB 45 Menunggu Beena
48 BAB 46 Pengakuan Beena
49 BAB 47 Penangguhan Beena
50 BAB 48 Hampa
51 BAB 49 Tawaran Berry
52 BAB 50 Tekad Berry
53 BAB 51 Obat Rindu
54 BAB 52 Bisik-bisik Tetangga
55 BAB 53 Mulai Klarifikasi
56 BAB 54 Klarifikasi Lanjutan
57 BAB 55 Senjata Makan Tuan
58 BAB 56 Bertemu Mertua
59 BAB 57 Penolakan Retno
60 BAB 58 Kesepakatan
61 BAB 59 Dinner
62 BAB 60 Cerita Beena
63 BAB 61 Kemarahan Elzan
64 BAB 62 Sebuah penyelesaian
65 BAB 63 Penolakan Beena
66 BAB 64 Bertemu Beyza
67 BAB 65 Sarapan Bersama Mertua
68 BAB 66 Sebuah Tamparan Asik
69 BAB 67 Doa Beena
70 BAB 68 Nasihat Abah
71 BAB 69 Malu
72 BAB 70 Tamparan Keras
73 BAB 71 Menangkap Basah
74 BAB 72 Beena diusir
75 BAB 73 Kejujuran Berry
76 BAB 74 Berry melamar Lisa
77 BAB 75 Kerusuhan Bu Retno
78 BAB 76 Si Julid Beraksi
79 BAB 77 Terungkap
80 BAB 78 Sekelumit tentang Retno
81 BAB 79 Elzan Akhirnya Tahu
82 BAB 80 Pengakuan Bu Retno
83 BAB 81 Titip Retno
84 BAB 82 Pilihan Buat Retno
85 BAB 83 Demi Popularitas
86 BAB 84 Belum Bisa Memaafkan
87 BAB 85 Kecurigaan Beena
88 BAB 86 Merasa Bersalah
89 BAB 87 Belum Saatnya
90 BAB 88 Luapan Emosi Beena
91 BAB 89 Kembali Normal
92 BAB 90 Bukan Aku
93 BAB 91 Sekelumit Kisah
94 BAB 92 Menjenguk Bisma
95 BAB 93 Sulit Menerima
96 BAB 94 Sisi Lain Beena
97 BAB 95 Beena Menjenguk Bisma
98 BAB 96 Pilihan Buat Retno
99 BAB 97 Pengusiran Retno
100 BAB 98 Pilihan Sulit
101 BAB 99 Bisma Hilang?
102 BAB 100 Akhirnya Bisma sadar.
103 BAB 101 Beena Menjenguk Bisma
104 BAB 102 Sumber Kekuatan Bisma
105 BAB 103 Beena Merasa Takjub
106 BAB 104 Pertama di Rumah Bisma
107 BAB 105 Rencana Lamaran
108 BAB 106 Ternyata bukan Lisa
109 BAB 107 Lisa Sang Penolong
110 BAB 108 Perhatian Berry
111 BAB 109 Sulit Melepasmu
112 BAB 110 Menjenguk Nenek
113 BAB 111 Sekilas tentang Retno
114 BAB 112 Keputusan Abah
115 BAB 113 Retno Menyesal
116 BAB 114 Ujian Buat Retno
117 BAB 115 Keputusan Papa
118 BAB 116 Kebahagiaan Berry
119 BAB 117 Ketika Bara Diuji
120 BAB 118 Bertemu Aminati
121 BAB 119 Niat hijrah Aminati
122 BAB 120 Jatuh dari Tangga
123 BAB 121 Beena Siuman
124 BAB 122 Elzan Junior
125 BAB 123 Kedatangan Berry Lisa
126 BAB 124 Bisma Memaksa Ikut
127 BAB 125 Satu Permintaan Bisma
128 BAB 126 Menghadiri Akad Nikah
129 BAB 127 Fakta Baru
130 BAB 128 Rena Murka
131 BAB 129 Ziarah ke Makam Arumi
132 BAB 130 Ikut Sholat Berjamaah
133 BAB 131 Melepasmu (End)
134 Promosi Karya Baru
Episodes

Updated 134 Episodes

1
BAB 1 Lolos dari Preman
2
BAB 2 Awal Pertemuan
3
BAB 3 Doa Beyza
4
BAB 4 Membawa Beyza Pergi
5
BAB 5 Dikejar Preman
6
BAB 6 Digerebeg Warga
7
BAB 7 Mendadak Nikah
8
BAB 8 Jodoh Istimewa
9
BAB 9 Beena Memilih Pergi
10
BAB 10 Ingin Memulai
11
BAB 11 Beena Berduka
12
BAB 12 Keinginan Beyza
13
BAB 13 Nasihat Rena
14
BAB 14 Ternyata Berry
15
BAB 15 Menghadiri Konser
16
BAB 16 Terjebak Air Mineral
17
BAB 17 Malam Pertama
18
BAB 18 Penangkapan Beena
19
BAB 19 Akhirnya Ditahan
20
BAB 20 Pertemuan Berry
21
BAB 21 Gagal
22
BAB 22 Harapan Elzan
23
BAB 23 Cerita Beena
24
BAB 24 Perhatian Elzan
25
BAB 25 Dilematis
26
BAB 26 Jujur
27
Sekilas Info
28
BAB 27 Bertemu di Konser
29
BAB 28 Pertemuan Lisa & Berry
30
BAB 29 Rahasia Terbongkar
31
BAB 30 Penangkapan Baron
32
BAB 31 Perasaan Lisa
33
BAB 32 Elzan Di Keroyok
34
BAB 33 Menghirup Udara Bebas
35
BAB 34 Kecerobohan Elzan
36
BAB 35 Elzan Meminta Maaf
37
Sekilas Info
38
BAB 36 Kedatangan Orang Tua
39
BAB 37 Siapa Wanita Itu?
40
BAB 38 Akhirnya Terbongkar
41
BAB 39 Kejujuran Elzan
42
BAB 40 Penangkapan Bu Retno
43
BAB 41 Momen kebersamaan
44
BAB 42 Sebuah Pilihan
45
BAB 43 Bertemu Berry
46
BAB 44 Berry Tidak Peka
47
BAB 45 Menunggu Beena
48
BAB 46 Pengakuan Beena
49
BAB 47 Penangguhan Beena
50
BAB 48 Hampa
51
BAB 49 Tawaran Berry
52
BAB 50 Tekad Berry
53
BAB 51 Obat Rindu
54
BAB 52 Bisik-bisik Tetangga
55
BAB 53 Mulai Klarifikasi
56
BAB 54 Klarifikasi Lanjutan
57
BAB 55 Senjata Makan Tuan
58
BAB 56 Bertemu Mertua
59
BAB 57 Penolakan Retno
60
BAB 58 Kesepakatan
61
BAB 59 Dinner
62
BAB 60 Cerita Beena
63
BAB 61 Kemarahan Elzan
64
BAB 62 Sebuah penyelesaian
65
BAB 63 Penolakan Beena
66
BAB 64 Bertemu Beyza
67
BAB 65 Sarapan Bersama Mertua
68
BAB 66 Sebuah Tamparan Asik
69
BAB 67 Doa Beena
70
BAB 68 Nasihat Abah
71
BAB 69 Malu
72
BAB 70 Tamparan Keras
73
BAB 71 Menangkap Basah
74
BAB 72 Beena diusir
75
BAB 73 Kejujuran Berry
76
BAB 74 Berry melamar Lisa
77
BAB 75 Kerusuhan Bu Retno
78
BAB 76 Si Julid Beraksi
79
BAB 77 Terungkap
80
BAB 78 Sekelumit tentang Retno
81
BAB 79 Elzan Akhirnya Tahu
82
BAB 80 Pengakuan Bu Retno
83
BAB 81 Titip Retno
84
BAB 82 Pilihan Buat Retno
85
BAB 83 Demi Popularitas
86
BAB 84 Belum Bisa Memaafkan
87
BAB 85 Kecurigaan Beena
88
BAB 86 Merasa Bersalah
89
BAB 87 Belum Saatnya
90
BAB 88 Luapan Emosi Beena
91
BAB 89 Kembali Normal
92
BAB 90 Bukan Aku
93
BAB 91 Sekelumit Kisah
94
BAB 92 Menjenguk Bisma
95
BAB 93 Sulit Menerima
96
BAB 94 Sisi Lain Beena
97
BAB 95 Beena Menjenguk Bisma
98
BAB 96 Pilihan Buat Retno
99
BAB 97 Pengusiran Retno
100
BAB 98 Pilihan Sulit
101
BAB 99 Bisma Hilang?
102
BAB 100 Akhirnya Bisma sadar.
103
BAB 101 Beena Menjenguk Bisma
104
BAB 102 Sumber Kekuatan Bisma
105
BAB 103 Beena Merasa Takjub
106
BAB 104 Pertama di Rumah Bisma
107
BAB 105 Rencana Lamaran
108
BAB 106 Ternyata bukan Lisa
109
BAB 107 Lisa Sang Penolong
110
BAB 108 Perhatian Berry
111
BAB 109 Sulit Melepasmu
112
BAB 110 Menjenguk Nenek
113
BAB 111 Sekilas tentang Retno
114
BAB 112 Keputusan Abah
115
BAB 113 Retno Menyesal
116
BAB 114 Ujian Buat Retno
117
BAB 115 Keputusan Papa
118
BAB 116 Kebahagiaan Berry
119
BAB 117 Ketika Bara Diuji
120
BAB 118 Bertemu Aminati
121
BAB 119 Niat hijrah Aminati
122
BAB 120 Jatuh dari Tangga
123
BAB 121 Beena Siuman
124
BAB 122 Elzan Junior
125
BAB 123 Kedatangan Berry Lisa
126
BAB 124 Bisma Memaksa Ikut
127
BAB 125 Satu Permintaan Bisma
128
BAB 126 Menghadiri Akad Nikah
129
BAB 127 Fakta Baru
130
BAB 128 Rena Murka
131
BAB 129 Ziarah ke Makam Arumi
132
BAB 130 Ikut Sholat Berjamaah
133
BAB 131 Melepasmu (End)
134
Promosi Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!