Di tengah perjalanan tampak seorang wanita bergamis putih tanpa hijab, tanpa alas kaki. Ia menyusuri jalan trotoar yang terlihat sepi. Sesekali ia menoleh ke belakang berharap mendapat tumpangan dari siapa pun yang mau menolongnya.
Tak ada uang yang ia bawa. Uang pemberian suaminya sebagai mas kawin pun tidak terbawa. Hanya gamis yang ia kenakan sebagai saksi bisu bahwa dirinya sudah tidak lajang lagi.
Ia menghentikan langkahnya begitu melihat kerumunan pedagang kupat tahu kesukaannya. Ia menelan salivanya, mengecap bibirnya yang ranum. Perutnya begitu lapar. Ingin rasanya menelan makanan kesukaannya pagi ini.
Beena merutuki kebodohannya pergi tanpa membawa uang sepeserpun.
"Ya Allah inikah balasan buat istri yang pergi tanpa pamit pada suami?" Beena memejamkan matanya.
Beena terus berjalan tidak tentu arah tujuan. Ia hanya berharap masih ada orang baik yang memiliki ketulusan hati untuk menolongnya.
Beena melihat seorang anak kecil menangis. Ia menghampiri anak laki-laki tersebut. Anak yang berusia 5 tahun itu kehilangan ibunya di alun-alun yang cukup ramai.
"Mamanya mana, dek?" Tanya Beena, matanya memindai sekitarnya.
"Mama ninggalin Alim Tante," ujar bocah yang tangisnya mulai mereda.
"Loh kok bisa. Tadi mamamu pergi ke mana?" Tanya Beena sambil mengusap punggung Alim.
"Alim engga tahu Tante." Alim sesegukan.
"Ya sudah jangan nangis lagi ya, nanti Tante anterin kamu ketemu mama." Janji Beena tulus.
"Beneran?"
"Iya dong, masa Tante bohong. Kita ke sana yuk!"
Beena mengajak anak laki-laki yang bernama Alim itu ke pusat informasi. Beena memegang perutnya yang lumayan perih.
"Pak boleh minta tolong. Anak ini kehilangan ibunya. Tolong umumkan kapada pengunjung yang kehilangan anak, diminta untuk menjemputnya di sini saja pak!" Lapor Beena pada pihak yang bersangkutan.
"Baik Mbak."
Petugas informasi segera mengumumkan berita kehilangan.
"Telah ditemukan seorang anak laki-laki yang memakai baju kaos hitam putih dan celana kain warna hitam. Bagi orang tua yang merasa kehilangan anaknya silakan ke pusat informasi, terima kasih!"
"Tante jangan pergi dulu...aku takut Tante." Alim mengeratkan pegangan tangannya.
"Iya Alim Tante temani sampe mama Alim jemput." Beena menenangkan anak tersebut.
Pagi berganti siang, mama Alim belum juga datang. Sementara perut Beena semakin melilit. Rasa pening di kepalanya menyerang tanpa permisi.
"Tante kenapa?" Tanya Alim khawatir.
"Lim perut Tante sakit. Ssssh." Beena mendesis menahan rasa sakit di perutnya.
"Tante sudah makan?" Tanya Alim.
Beena menggeleng lemah. Terlihat Alim merogoh kantong kaosnya. Dia mengambil selembar kertas berwarna hijau.
"Tante, Alim cuma punya uang segini. Pake aja buat beli makan." Kata Alim pengertian.
Beena menggeleng, ia malu pada anak kecil yang memiliki uang. Sementara dirinya seratus perak pun tidak ada.
"Sebentar ya Tante." Anak tersebut mendadak memiliki keberanian untuk pergi menuju warung makan yang tidak jauh dari pusat informasi.
Anak itu kembali dengan membawa sebungkus nasi. Lalu menyerahkan bungkusan tersebut pada Beena.
"Makan ya Tante!"
Beena menerima bungkusan tersebut dengan rasa haru. Ia makan sambil menyuapi anak tersebut.
"Enak?"
"Enak Tante." Jawab Alim mantap. Dia makan dengan lahap.
"Alim terima kasih ya, kamu udah mentraktir Tante. Semoga kita bisa bertemu lagi. Itu mama Alim?" Beena menunjuk seorang wanita berhijab yang menghampiri keberadaannya.
"Mama...!" Alim langsung memeluk mamanya.
"Ya Allah Alim akhirnya ketemu juga, Nak. Kamu enggak apa-apa kan?" Mama Alim mengusap punggung anaknya, lalu berdiri menatap Beena yang tengah tersenyum.
"Terima kasih ya Mbak sudah menjaga Alim. Ini terima lah!" Mama Alim menyodorkan 2 lembar uang warna merah.
"Maaf Bu. Saya ikhlas menolong Alim. Ibu lebih berhati-hati ya membawa Alim di keramaian. Banyak penculikan anak yang merajalela."
"Iya Mbak. Maafkan Mama ya Alim."
"Tante terima aja uang dari Mama. Biar Tante juga bisa pulang. Tante sedang ga punya uang, kan?" Kata Alim polos yang membuat Beena menggigit bibirnya menahan malu.
"Punya kok tapi uang Tante masih di bank." Kata Beena menutupi malu.
"Udah terima aja Mbak. Saya tahu Mbak ikhlas menolong anak saya anggap saja uang ini reward karena Mbak berhasil dekat dengan anak saya. Alim terlihat akrab dengan Mbak. Terima kasih ya Mbak. Kami duluan." Mama Alim langsung membimbing anaknya masuk ke dalam mobilnya.
Beena sangat bersyukur di saat ada kesulitan datang kemudahan yang tidak terduga.
Uang yang ia terima dari mama Alim akan ia berikan pada ibunya. Setidaknya ada sesuatu yang bisa ia beri begitu pulang ke rumah.
Sebelum pulang ia ingin menunaikan kewajibannya untuk menunaikan sholat dzuhur di masjid terdekat.
Rasa adem dan nyaman dirasakan Beena saat wajahnya dibasuh air wudu. Ia bersyukur Allah menunjukkan jalan yang benar. Beena ingin memulainya. Walaupun banyak rintangan yang ia hadapi untuk menjadi orang baik.
Tidak terasa waktu kian merangkak lebih cepat. Ia masih melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki.
Sebuah mobil jeep berhenti tepat di samping wanita itu. Raut wajah Beena yang sendu berubah jadi berseri begitu melihat orang yang selama ini selalu bersama.
Seorang laki-laki keluar dari jeep tersebut dengan senyuman yang mengembang. Disampingnya seorang anak kecil yang semalam ia tinggalkan bersama Berry.
Beena tersenyum haru menatap bocah kecil yang ia perjuangkan keberadaannya. Ia memeluk erat bocah tersebut. Disaat hatinya tidak baik-baik saja seketika terobati dengan kehadiran Beyza.
"Kak Beena...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
jika memang jodoh Ama suami sendiri pasti bertemu lagi ya
2024-11-03
1
Kanigara
kasiann beena
2024-10-13
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤭🤣🤣
2024-09-19
6