Gadis itu duduk di atas bangku dengan kaki yang ditekuk satu. Tanpa melepaskan sepatunya yang belel.
"Ayo makan jangan sungkan! Pantas saja dari tadi aku pengen beli 2 bungkus nasi engga tahunya ada kamu, Dek." Ujar Mbee dengan mulut penuh makanan.
"Tante makan engga berdoa dulu?" Tanya Beyza begitu melihat Mbee langsung menyantap makanannya. Ia bertanya pelan penuh kehati-hatian khawatir orang yang di hadapannya akan marah.
"Berdoa?" Dia menghentikan kunyahannya, di mulutnya masih penuh makanan.
"Buat apa berdoa?" Lanjutnya, ia kembali menyuap setelah berhasil menelan makanannya.
"Biar berkah Tante. Kata ummi kalau kita makan dengan berdoa membuat berkah. Kenyangnya bisa lama dan nikmat makannya." Cerocos Beyza. Masih ada sedikit segukan sisa nangis tadi.
"Ooh gitu. Kalau menurut kakak engga berdoa pun perut kakak sudah kenyang tuh, nih habis tak bersisa." Ujarnya sambil mengelap mulutnya dengan telapak tangan.
"Udah makan dulu situ, udah kayak ustadzah aja nih bocil." Gadis itu keluar menuju dapur, mencuci tangannya di sana.
"Udah gih kamu makan. Apa kamu pengen disuapi?" Tanya Mbee saat melihat Bebey tidak membuka bungkusannya.
Beyza menggeleng pelan, "Bebey sudah bisa makan sendiri Tante."
"Kakak udah bilang jangan panggil kakak Tante, panggil kakak Beena, paham!" Beena menatap Beyza dengan tajam. Beyza mengangguk tanda mengerti.
Nama Beena yang seharusnya merupakan nama panggilan sehari-hari, tidak ia gunakan di kelompok punk. Ia tidak ingin orang lain tahu nama yang sebenarnya. Jadi nama Beena diubah menjadi nama Mbee. Sampai sekarang nama Mbee sering digunakan di kalangan kelompok punk dan kelompok preman.
"Bagus. Sekarang makanlah!"
"Baik kak Beena."
Setelah berdoa Beyza makan dengan lahapnya. Beena terpekur menatap anak kecil yang tidak berdosa itu. Pasti orang tuanya sedang gusar mencari anak tersebut.
Beena meninggalkan Beyza menuju kamar. Ia hendak menelepon seseorang. Mau tidak mau dia harus membawa Beyza keluar dari rumah tua itu.
"Berry boleh minta tolong!" Beena menelepon teman dekatnya di luar sana.
"Iya sayang, minta tolong apa?" Tanya seseorang yang bernama Berry.
"Iish sayang-sayang palamu peyang. Kamu jemput aku ke rumah tua jam 12 malam, bawa mobil ya!"
"Ish...ish....ish....mau kemana sih, itu malam banget tahu." Protes Berry di luar sana.
"Udah jangan banyak tanya deh. Nanti kuberi tahu."
"Oke cantik nanti bebeb Berry datang menjemputmu." Goda Berry, terdengar suara tawanya.
Klik
Beena mematikan ponselnya. Ia kembali ke ruang tengah. Langkahnya terhenti tercenung menatap bocah cilik yang sedang melaksanakan sholat isya. Ia menyadari sudah lama meninggalkan sholat sampai lupa dengan bacaannya. Tidak beberapa lama kemudian bocah tersebut khusyuk berdoa,
"Ya Allah ampuni Bebey yang udah nakal. Bebey kangen umi, abi dan om ganteng. Bebey pengen pulang ya Allah. Tapi Bebey lupa jalan pulang. Tolong Bebey ya Allah. Selamatkan Bebey dari orang-orang jahat itu. Bebey ga mau ketemu mereka lagi.....Bebey takut.." Bebey menangis dalam diam.
Beena mendekati anak tersebut dengan haru. Ia tidak tega dengan kepedihan yang dirasakan anak sekecil itu, harus terpisah dengan kedua orang tuanya.
"Dek...kenapa nangis, sayang!" Beena ikut sedih.
Beena bisa merasakan ketika berpisah dengan orang tua sunguh sangat menyiksa, apalagi dengan ibu. Beena saat ini tinggal tidak menentu sejak pergi dari rumah ibunya. Terakhir berpamitan pada ibunya dengan alasan cari kerja ke kota.
Pada kenyataannya Beena kehilangan arah tujuan sehingga bertemu dengan Berry ketua kelompok punk yang sudah mau menampung kehidupannya. Sehingga pembiasaan di kelompok punk tersebut sulit untuk dihindari karena balas budi.
"Bebey kangen umi kak, kangen abi juga...." Celoteh Bebey sambil sesegukan.
"Ia kakak ngerti, nanti kakak antar pulang Bebey ke rumah ya! Sekarang senyum dong!"
"Tapi Bebey lupa jalan pulang, kak."
"Bebey tahu alamat rumahnya di mana?"
"Pondok pesantren Al-Husna."
"Pondok pesantren? Pantas saja nih bocah rajin ibadahnya ternyata tinggal di pondok." Gumam Beena dalam hati.
"Oke nanti kakak antar Bebey pulang. Tapi engga sekarang. Malam ini kita pergi dari sini. Tempat ini sudah tidak aman buat kamu!"
"Kita mau pergi kemana kak?"
"Ke rumah kakak. Kamu sementara tinggal di sana dulu ya! Sekarang cepat kemasi barang-barangmu!"
"Aku cuma punya tas ini kak."
"Ya sudah nanti kita tunggu jemputan datang!"
Beena melirik arloji yang ada di pergelangan tangannya. Ia sudah tidak sabar untuk pergi dari tempat tersebut.
"Kakak kalau kakak resah sebaiknya sholat aja dulu!" Saran Beyza begitu meresahkan hati.
Deg
"Nih bocah ngingetin aku sholat. Hadeuh gimana mau sholat, mukena aja ga punya." Beena tersenyum hambar.
"Kakak lagi datang bulan jadi ga boleh sholat." Dustanya.
"Ooooh, datang bulan itu apa kak?" Tanya Beyza polos. Yang membuat mulut Beena terkunci.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulpuyosibocah
pntr bebeyyy/Kiss/
2024-09-21
2
Yunia Afida
semangat terus 💪💪💪💪
2024-09-20
4
❤️⃟Wᵃf Zeno Bachtiar◌ᷟ⑅⃝ͩ●
beyza sangat pintar. walau mash kecil tp dia bs mengajari beena yg agak urakan. semoga nanti bs berubah total sebagai gadis baik dan manis
2024-08-30
3