Beena terus berlari menyusuri persawahan yang licin, ia berkali-kali terpeleset. Jatuh bangun tak henti ia dapatkan demi menyelamatkan diri dari kejaran preman tersebut.
Bulan purnama menjadi sumber penerangan paling berjasa dalam usaha penyelamatan dari kejaran para penjahat. Bulan tersebut selalu mengiringi langkah Beena yang mulai menciut karena lelah.
Hujan masih menyapa tubuh Beena yang semakin menggigil. Matanya menyisir beberapa rumah warga yang akan ia jadikan tempat untuk berlindung. Dia masih memeluk guling yang basah kuyup. Bibirnya bergetar kepalanya sedikit pening karena hujan.
Alunan suara merdu dari salah satu rumah warga mengusik telinganya untuk mendekat.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu yang keras menghentikan alunan suara seorang laki-laki yang sedang membaca Al-Quran. Dia menghentikan bacaannya, lalu menyimpan benda agung itu di atas meja.
"Ya sebentar!" Laki-laki itu berjalan cepat untuk membukakan pintu rumah yang ia sewa selama kegiatan KKN. Ia termasuk dosen pembimbing mahasiswa kampus UIN Fakultas syari'ah sekaligus seorang pengacara.
Laki-laki itu membuka pintu, dia bergeming manakala melihat gadis nyentrik yang sedang menggigil berada di depan pintu. Pakaian gadis itu sangat kotor, bercampur lumpur. Tangannya mendekap guling yang dililit selimut.
"Siapa kamu?" Tanya laki-laki itu penuh selidik, seraya mengeryitkan dahi.
"Tolong Mas, aku numpang ke kamar mandi. Aku sudah tidak kuat Mas." Suara Beena memelas, ia berpakaian ketat serba hitam. Di atas kepalanya diikat kain, telinga kanan dan kirinya ditindik 3 dengan hiasan anting-anting khas kelompok punk.
"Mas aku mohon bantu aku. Aku sudah ga kuat lagi tubuhku kedinginan, aku kebelet pengen pipis." Rintihnya memohon dengan mengatupkan kedua tangannya di dada. Kedua kakinya dikempit menahan pipis.
"Maaf tapi ini sudah malam kalau kau masuk ini bisa jadi fitnah!" Laki-laki itu merasa keberatan jika Beena masuk ke dalam rumahnya.
Beena sudah tidak kuat lagi menahan rasa ingin buang hajat, ia lalu berlari tanpa permisi, ia memaksa masuk walau pun tidak dititah pemiliknya, ia langsung menuju kamar mandi.
"Hei apa yang kamu lakukan. Aku bilang kamu jangan masuk nanti bisa terjadi fitnah!" Laki-laki itu tidak terima, ia mengekor di belakang Beena.
Laki-laki itu bernama Elzan Ghifari, putra dari KH. Abidzar dan Hj. Retno yang merupakan pemilik pesantren Al-Husna di kotanya.
Elzan menggeleng-gelengkan kepalanya begitu melihat pemandangan lantai yang kotor kerena ulah tamu yang tidak diundang.
"Maaas bisakah kamu meminjamkan handuk. Mas kamu di situ kan?" Teriak Beena dari dalam kamar mandi.
Elzan terhenyak dengan suara Beena yang cukup berani. Tidak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, terlihat kepala Beena menyembul keluar.
"Mas tolong bajuku basah semua. Aku kedinginan. Aku engga punya baju lagi selain yang kupakai. Aku mohon pinjamkan baju untukku, sekalian handuknya. Please kumohon Mas!"
Tanpa berkata-kata Elzan menuju kamar untuk mengambil handuk, baju dan sarung lalu memberikannya pada Beena.
...****************...
Malam semakin larut. Hujan pun sudah mulai reda.
Embul dan Ucrit tidak berhasil menemukan Beena dalam kegelapan sehingga mereka menghubungi Baron agar aksinya ditindak lanjuti oleh Baron. Tidak disangka Baron melihat Beena masuk di salah satu rumah warga.
Baron mengamati Beena dari kejauhan. Ia tersenyum menyeringai. Ada ide jahat di otaknya, ia mencari beberapa warga yang masih berada di luar untuk memberikan kesaksian palsu.
"Beena...Beena kamu sudah bermain-main denganku. Lihat aku pastikan kamu akan menyesali perbuatanmu. Kamu akan mempermalukan dirimu sendiri." Gumamnya bermonolog.
Dia mengedar pandangan menuju sebuah pos kamling. Di sana terlihat sekumpulan warga yang tengah bertugas. Baron tidak ingin melewati kesempatannya.
"Bapak-bapak maaf di rumah sana terdapat pasangan mesum yang sedang malakukan aksinya. Bapak-bapak ga mau kan warga kampung ini kena dosa atas perbuatan mereka!"
"Loh kamu siapa?" Salah satu warga memicingkan matanya merasa tidak kenal dengan lelaki yang memberi laporan.
"Aku kebetulan lewat. Kulihat di rumah sebelah sana yang bercat warna hijau ada laki-laki yang mencurigakan membiarkan masuk seorang gadis. Bapak-bapak bisa lihat kebenarannya." Jelas Baron menyakinkan warga.
Warga yang piket malam saling pandang. Lantas mengangguk. Sebagian ada yang melapor ke RT sebagian lagi mendatangi rumah tersebut dengan didampingi Baron.
Braaak !
Beberapa orang masuk ke dalam rumah tanpa permisi. Hal ini membuat Tuan rumah kaget atas perlakuan warga yang tidak sopan.
"Ada apa ini masuk rumah orang tanpa memberi salam tanpa permisi sungguh tidak sopan sekali kalian!" Laki-laki itu tidak terima sekaligus merasa cemas akan terjadi fitnah.
"Lihat mereka sudah berbuat mesum di rumah ini!" Ujar laki-laki yang berpenampilan preman sambil menunjuk keduanya sambil tersenyum sinis. Dialah Baron.
Benar saja apa yang dikhawatirkan Elzan benar-benar terjadi. Apalagi melihat Beena yang keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos lengan panjang dan memakai sarung, rambutnya yang basah dililit handuk, seraya mendekap tubuhnya yang kedinginan. Astagfirullah! Lengkap sudah barang bukti.
"Tuh kan Pak! Lihat Gadis yang keluar dari kamar mandi itu! Mereka pasti sudah berbuat nista." Ujar Baron terus menghasut warga agar percaya dengan omongannya.
"Pak Elzan? Saya tidak menyangka Bapak bisa melakukan hal tidak beradab seperti ini. Saya pikir Bapak orang baik karena status Bapak di sini. Ingat Pak di kampung ini Bapak cuma numpang. Ngakunya dosen tapi tidak mencerminkan seorang pendidik." Ujar pemilik rumah kesal.
"Apa maksud Bapak? Kami tidak melakukan apa-apa. Ini tidak seperti yang Bapak- Bapak pikirkan, saya bisa jelaskan semuanya!" Jelas Elzan yang tidak pernah menduga kedatangannya di kampung ini malah mendatangkan masalah besar yang bisa menjatuhkan reputasinya sebagai dosen dan pengacara.
"Lah buktinya sudah jelas kok, Bapak memasukkan seorang gadis dan gadis itu ditemukan dalam keadaan selesai mandi. Apa perlu saya memviralkan video kalian." Cerocos salah satu warga tidak terima sambil mengambil hape jadulnya.
"Benar pak kami tidak melakukan apa pun di sini. Selain saya numpang mandi karena kehujanan." Ujar Beena mencoba untuk menyakinkan warga.
Warga saling pandang dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Mana ada sih pezina ngaku!" Baron menyulut api kemarahan sehingga banyak warga yang manggut-manggut.
"Jangan sembarangan kamu! Saya bisa tuntut kalian karena sudah mencemarkan nama baik saya." Sargah Elzan penuh emosi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🔥⃞⃟ˢᶠᶻsᥲᥒ𝗍іE𝆯⃟🚀🦚⃝⃟ˢᴴ
tamu yang ngelunjak sudah nyelonong aja malah minta handuk pula🤣
2024-09-27
2
🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulpuyosibocah
wah da nma sy/Chuckle/
2024-09-21
3
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
fitnah nih Baron 😤
2024-09-19
6