Satu Bulan Kemudian
Akibat kejadian itu penyakit jantung Haikal kembali kambuh, namun beruntung ia tak sampai memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Ia hanya menjalani rawat jalan dan membatasi kegiatannya.
Waktu luang itu ia manfaatkan untuk mengevaluasi adakah yang salah dari cara mendidiknya terhadap kedua putrinya terutama Annisa. Putri sulungnya itu terlihat begitu keras hati dan tidak menyesali apa yang telah di perbuatnya, karena itulah terpaksa ia memberikan hukuman tidak akan menjemputnya di asrama saat liburan berikutnya.
"Abi masih mikirin Nisa ya?" Hana mendekat ke arah suaminya sembari membawakan potongan buah-buahan segar untuknya. Sedari tadi ia melihat Haikal duduk termenung di depan pelataran rumah.
Sebetulnya ia pun masih tidak menyangka mengapa putri sulung bisa melakukan hal tersebut, terlebih tidak ada permintaan maaf yang keluar dari mulutnya sejak kejadian malam itu.
Annisa malah menyalahkan kedua orang tuanya yang memasukan ke pondok pesantren sejak kecil dan membatasi pergaulannya sehingga ia menganggap dirinya kuper bagai katak dalam tempurung.
"Aku merasa menjadi orang tua yang gagal," ucap Haikal lirih. "Padahal selama belasan tahun aku keliling Indonesia untuk memberikan kajian kepada ribuan jamaah, tapi aku tidak bisa mendidik putriku sendiri."
"Bi... Jangan bicara seperti itu," Hana duduk di sebelahnya, ia mencoba menenangkan Haikal dengan mengelus bahu suaminya dengan lembut. "Selama ini kita sudah mengikuti semua tuntunan Rasulullah dalam mendidik anak, tapi mungkin saja ada hal lain di luar kuasa kita yang tidak bisa kendalikan. Bukankah Abi sering bilang jika setiap manusia yang hidup akan di uji, mungkin saja ini ujian untuk kita, agar kita lebih bertawakal dan berserah. Nanti Ummi akan menjenguk Nisa di asrama, Ummi akan bicara dengannya dari hati ke hati karena Ummi yakin anak itu pasti sedang mengalami krisis identitas akibat pengaruh sosial media yang salah."
"Ya seharusnya kita memberikan pengawasan dan pendamping kepada anak-anak, bukan malah melarang mentah-mentah mereka menggunakan sosial media, sehingga mereka akhirnya sembunyi-sembunyi di belakang kita," ucap Haikal.
Sebelum Annisa di pulangkan ke asrama, ia mengakui jika selama tiga bulan terakir ini ia aktif di sosial media secara sembunyi-sembunyi. Paling tidak Annisa memiliki akun di beberapa platfrom sosial media terkenal, dari sanalah ia mengenal Anggel, dan Anggel sering membagikan foto serta video kehidupan malam Jakarta bersama teman-teman tongkrongannya, yang membuat Annisa akhirnya terjerumus.
Cklek...
Suara pintu kamar yang terbuka membuat obrolan mereka berhenti, Hana menoleh ke sumber suara dan melihat putri bungsunya keluar dari kamar. "Ada apa Al? Apa kamu butuh sesuatu?"
Alesha menggeleng. "Aku hanya bosan, Mi."
Sudah satu minggu ini Alesha di pulangkan dari asrama karena asam lambung yang di deritanya kembali kambuh dan semakin parah, sebetulnya dokter menganjurkan Alesha untuk di rawat di rumah sakit, namun gadis itu menolak. Ia memilih untuk menjalani rawat jalan di rumah.
Alesha berjalan mendekati orang tuanya, kemudian ia duduk di hadapan mereka.
"Sini Sayang," Hana meminta Alesha duduk di antara dirinya dan Haikal, namun Alesha hanya terdiam. Gadis itu berpikir jika dirinya bukan anak kandung kedua orang tuanya bukankah tidak pantas jika duduk di dekat ayahnya?
"Loh kenapa melamun?" tanya Hana. "Kamu ini kenapa sih Al? Akhir-akhir ini kamu kebanyakan diam, tidak seperti biasanya." Sebagai seorang ibu, Hana begitu merasakan perubahan besar yang terjadi terhadap putri bungsunya. "Apa karena kejadian malam itu?"
Alesha masih diam di tempatnya, ia menggelengkan kepalanya.
"Lalu ada apa? Ayo cerita sama Abi dan Ummi, barang kali kita bisa carikan solusinya untukmu," pinta Haikal, ia ingin putri bungsunya bisa kembali ceria separti biasanya.
Alesha terdiam untuk beberapa saat, sampai pada akhirnya ia berkata, "Sebetulnya ada yang mau aku tanyakan pada Abi dan Ummi," ucapnya dengan hati-hati.
Dalam hati kecilnya Alesha belum siap jika ternyata ia hanya anak pungut, seperti yang Annisa katakan. Ia begitu menyayangi keluarga ini, tapi Alesha juga tidak ingin membuat Annisa tak nyaman.
Annisa adalah anak kandung Abi dan Ummi, dia berhak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya tanpa harus berbagi pada siapa pun, apa lagi berbagi dengan anak pungut.
Terus-menerus memikirkan hal ini membuat Alesha tak enak makan selama sebulan belakangan ini, hingga akhirnya asam lambung dan tipes yang pernah di deritanya kembali kambuh.
"Al... Katanya mau nanya, kok malah ngelamun lagi?" Hana menunggu dan penasara apa yang mengganjal di pikiran putrinya.
"Apa benar..."
Kalimat Alesha terhenti oleh dering handphone Hana, ia bisa saja mengabaikan telepon itu dan memilih untuk terus mendengarkan Alesha tapi panggilan masuk itu dari kepala asrama tempat putrinya menimba ilmu. "Sebentar ya sayang, Ustadzah Mariam telepon."
Haikal mengerutkan keningnya, jantungnya berdegup lebih kencang karena tak biasanya kepala asrama sampai menelepon istrinya, ia yakin telah terjadi sesuatu dengan Annisa. Begitu pula dengan Hana, ia pun berpikir demikan.
"Assalamualaikum Ustadzah," ucap Hana dengan ramah dan lembut.
Hening sekenak, wajah Hana berubah menjadi cemas di ikuti oleh rasa penasaran pada Alesha dan juga Haikal yang sedari tadi memperhatikan Hana.
"Astagfirullah, baiklah Ustadzah kami akan segera ke sana. Terima kasih atas informasinya. Wassalamualaikum," Hana mengakhirinya.
"Ada apa? Apa yang terjadi dengan Annisa?" tanya Haikal ketika istrinya sudah mematikan sambingan telepon.
"Tadi pagi, saat jam olahraga Annisa pingsan," Hana mengulang apa yang di katakan Ustadzah Mariam saat di telpon tadi.
"Lalu bagaimana kondisi Kak Nisa sekarang?" Alesha pun turut mengkhawatirkan kakaknya.
Pandangan Hana beralih ke Alesha. "Sekarang sudah siuman dan sedang beristirahat di kamarnya. Dokter juga sudah memeriksanya," ia beralih ke suaminya. "Tapi Ustadzah Mariam tidak bisa menjelaskan kondisi Annisa secara detail di telepon, beliau meminta kita berdua untuk datang ke sana secepatnya."
Perasaan Haikal semakin tidak enak, saat kemarin Alesha terkena asam lambung Ustadzah Mariam langsung mengatakan hasil pemeriksaan awal penyakit yang di derita Alesha, tapi mengapa kali ini Ustadzah Mariam sama sekali tak mau mengatakannya. 'Apa yang sebenarnya terjadi pada Annisa?' batin Haikal.
"Selepas Maghrib kita akan ke sana,"ucap Haikal pada Hana, kemudian beralih Alesha. "Kamu di rumah saja ya, kamu masih harus banyak beristirahat."
Alesha mengangguk mengerti, meski ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada kakaknya tapi tubuhnya masih kurang nyaman. Dari pada nantinya malah membuat repot, lebih baik ia menunggu di rumah. Toh kakaknya pasti akan di bawa pulang, pikir Alesha.
"Kali ini biar aku saja ya yang nyetir," pinta Hana.
Haikal mengangguk. "Kita pelan-pelan saja nanti, yang penting selamat sampai tujuan."
***
Siapa bisa tebak Annisa sakit apa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sri Puryani
annisa hamil
2025-02-27
0
M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤
gak sakit , tapi mungkin 🤰
2024-08-09
3
🌷💚SITI.R💚🌷
apa annisa hamil ya..ta Allah kasian abis.. smg jantung ga kambuh lg
2024-07-02
2