“RUMAHMU?” Tanya Alesha terkejut.
“Aku pikir kalian mungkin mau berenang dan beristirahat.”
“Benarkah Om Andra punya kolam renang? Ibu, Om Andra punya kolam renang.”
“Sudah malam kau harus istirahat, Azzam."
“Besok kan libur, Bu. Boleh, ya?”
Karena Andra yang menyetir mobil, keputusan jelas bukan di tangan Alesha, tapi ia sama sekali tidak menyukai ide untuk pergi ke rumah pria itu. Ia tidak mau Azzam menjadi terlalu akrab dengan orang terkenal yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya dan sewaktu-waktu bisa pergi begitu saja begitu kegembiraan memiliki seorang anak sudah luntur.
Dan kalau rasa tanggung jawab Andra membuatnya merasa wajib untuk mengasuh Azzam, bagaimana rumah tuanya yang saluran airnya sering kali bermasalah? Tentu tidak dapat menandingi rumah modern yang indah dengan kolam renang di halaman belakangnya.
Kolam renang itu hanya salah satu dari puluhan fasilitas lainnya yang Azzam sebut “Keren!” ketika ia berjalan dari satu ruangan ke ruangan lainnya.
Kucing belasteran berbulu pirang sedikit menggeram pada Alesha tapi dia langsung tertarik pada Azzam dan terus mengikuti di samping anak itu, menggoyang-goyangkan ekornya dan mengosok-gosokan tubuhnya ke kaki teman barunya.
“Gila, rumah ini benar-benar hebat,” pekik Azzam saat melangkah keluar menuju teras untuk mengagumi kolam renangnya.
“Berenang lah,” ujar Andra padanya. “Tapi lepaskan dulu sepatunya.”
Dengan cepat Azzam menanggalkan sepatu dan pakaiannya, kemudian langsung terjun tanpa ragu-ragu.
“Gaya renang yang bagus,” Andra mengomentari.
“Dari kecil dia sudah ikut les renang,” ujar Alesha.
“Apakah dia selalu berhasil pada apa pun yang dilakukannya?”
“Ya.” Alesha menatap Andra dari samping. “Tapi meskipun demikian, aku tidak pernah memaksa dia harus jadi juara, aku hanya mendukung semua kegiatan positifnya.”
Andra tersenyum kagum pada Alesha yang sudah mendidik putranya dengan sangat baik. Mereka mengawasi Azzam berenang bolak-balik sebelum akhirnya berhenti untuk beristirahat.
Si kucing pirang terus membuntutinya, berlari-lari di tepi, mengeong-ngeong dengan manja dan girang. Saat Azzam muncul di permukaan, kucing itu melompat ke pelukannya.
“Kucing ini menyukaiku.” Azzam tertawa dan mengelus-elus bulu lembutnya.
“Dia suka jalan-jalan. Bagaimana kalau kau mengajaknya jalan-jalan?” usul Andra. “Dua blok ke arah selatan ada orang yang memiliki Ferrari merah, biasanya mobilnya diparkir di luar sekitar saat ini. Dia juga punya kucing jantan, siapa tahu Chiki tertarik padanya.”
Azzam menghela dirinya keluar dari kolam, ia mengambil handuk dan menurunkan Chiki. “Ayo, cantik! Aku pergi dulu ya Bu, Om .”
Si anak dan teman barunya yang menggemaskan keluar lewat gerbang pribadi dan langsung menutup di belakang mereka. “Kurasa Chiki mau saja pergi dengan Azzam kalau anak itu memintanya,” ujar Andra. “Dasar kucing genit yang tidak setia, dia tahu saja pemuda tampan.”
“Dari dulu Azzam selalu ingin punya kucing.”
“Kenapa dia tidak pernah memeliharanya?” Alis Andra bertaut.
“Ummi. Bulu kucing membuatnya alergi. Sejak ummi masuk ke rumah sakit jiwa, aku belum sempat mencarikan kucing untuk Azzam.”
Andra mempertimbangkan hal itu sesaat, lalu mengedikkan kepala ke arah sebuah ruangan di seberang kolam renang. “Ruang ganti wanita ada di sebelah sana. Kau akan menemukan berbagai macam model baju renang di lemarinya, tapi aku tidak yakin ada yang ukuran yang cukup kecil untukmu.”
“Aku tidak butuh baju renang.”
Andra melangkah mendekat, suaranya berat. Ia menyeringai lebar. “Itu lebih bagus lagi.”
“Maksudmu apa?”
“Aku hanya berpikir kau mau renang tanpa baju karena di sini juga tidak ada orang.” Andra langsung buru-buru meralat ucapannya sebelum Alesha mengamuk padanya. "Aku hanya bercanda," ia pun membuka pakaiannya dan melompat ke kolam.
Alesha menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa berkata apa-apa, terpesona oleh cahaya keperakan sinar bulan yang menimpa kepala Andra.
Setelah dua kali putaran Andra mendekat ke arah Alesha. “Ayolah, Al,” bujuknya dengan lembut. “Kenapa kau tidak mau berenang bersamaku? Apakah kau takut padaku? Aku janji aku tidak akan macam-macam.”
“Tidak,” tolak Alesha dengan tegas.
"Ayolah, sekali ini saja." Andra terus membujuk Alesha dengan lembut, wajahnya yang mempesona membuat siapa pun tak mampu untuk menolaknya. Alesha langsung teringat malam dimana Annisa mabuk bersama Andra, apakah ini yang di rasakan oleh Annisa?
"Apa jangan-jangan kau takut tenggelam?"
Alesha berbalik dan berjalan menuju pintu sebuah ruangan dan membantingnya hingga menutup. Ada tiga baju renang perempuan dan sepuluh menit kemudian ia muncul mengenakan sebuah baju renang panjang hitam yang cukup longgar, dan ia juga mengenakan hijab satu paket dengan baju renang tersebut.
Dengan penuh percaya diri ia berjalan di papan loncat, melompat-lompat untuk mencoba pantulannya, lalu melompat dengan indah. Ketika ia muncul di permukaan, Andra sedang bertepuk tangan untuknya sambil mengapung di punggungnya menuju sisi kolam, menendang-nendang kakinya untuk membuatnya tetap mengapung,
“Wow... Kamu keren sekali.”
“Terima kasih.” Alesha langsung keluar dari kolam, sebelum putranya memergokinya berenang dengan Andra. Aksinya tersebut hanya untuk membungkam ejekan pria itu.
*****
Alesha menatap wajahnya di depan kaca riasnya. Usianya baru saja menginjak kepala tiga, tapi wajahnya masih halus dan tidak berkerut seperti wajah seorang remaja. Satu-satunya yang tampak dewasa adalah matanya, ia di paksa dewasa oleh keadaan.
Begitulah hidup.
Alesha menghela napas panjang, ia beranjak mematikan lampu, lalu berjalan menuju ranjangnya yang kosong, dan membaringkan tubuhnya. Perlahan ia menutup matanya, memory otaknya kembali mengingat pria dengan baju koko berwarna putih yang datang ke kajian bersama wanita tua.
Bertahun-tahun ia menyimpan wajah pria itu dalam buku sketsanya, ia berharap suatu saat dapat bertemu dengan pria yang membuat jantungnya berdegup kencang saat pertama kali melihatnya.
Ketika ia hampir lupa dengan pria itu, semesta mempertemukannya kembali tapi pria itu berubah jauh berbeda dengan yang pernah ia jumpai. Bahkan pria itu menghamili dan membuat keluarganya berantakan.
Kini pria itu datang kembali setelah kekacauan yang menghantam keluarganya. Alesha sungguh tidak dapat membenci Andra, jantungnya masih berdegub kencang sama seperti saat pertama kali jumpa dengannya.
Seketika Alesha membuka matanya, gadis itu menyesali kejadian di kolam renang tadi. Seharusnya ia tidak perlu menunjukan apa pun kepada Andra, seharusnya ia bergegas pergi dari kediamannya, menjaga jarak dengan pria yang paling di benci ayahnya, yang sudah meniduri kakaknya, menghancurkan keluarga dan hidupnya.
Biar saja Andra yang mengurus surat-surat kaleng itu sendirian. Alesha sudah tidak mau berurusan lagi dengan pria itu.
***
Jadwal up: Senin, Rabu, Jum'at.
Terima kasih sudah membaca dan menantikan kelanjutannya ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
wahh Alesha jagoo berenang yaa...itu akan bisa membungkam Andra...nah lihat kan Andra Alesha bukan saja jago mengurus anak tapi juga jago berenang
2024-08-19
3
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
wah pikiran Alesha terlalu berlebih-lebihan tapi ada bener sih ...melihat Andra yang suka pergi konser
2024-08-19
3
M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤
Andra cowok idaman Alesha juga
2024-08-10
3