BAB 2

"Hai, Ndra," sapa Anggel sembari mencondongkan tubuhnya untuk memeluk dan mengecup pipi pria yang akrab ia sapa Andra.

Anggel dan saudara sepupunya yang tengah berulang tahun pernah satu tongkrongan dengan Andra, beberapa waktu lalu saat bertemu lagi dengan Anggel, gadis itu mengundang Andra.

Sejujurnya Andra sendiri terlihat tak begitu menikmati pesta ini, beberapa kali ia melihat jam di pergelangan tangannya seolah sedang ada janji dengan orang lain, tapi saat melihat Anggel ia tersenyum ramah untuk menghargai undangan gadis itu.

"Kenalin, ini temanku namanya Nisa. Dan Nisa, ini Andra. Pria yang aku ceritain waktu itu," Angel mengenalkan keduanya.

Dengan ragu-ragu dan tangan yang sedikit gemetar Annisa mengulurkan tangannya, ini adalah kali pertamanya ia menjabat tangan seorang pria yang bukan mahromnya.

Maklum saja, selama ini Annisa tinggal di lingkungan pesantren. Ayahnya bisa di bilang seorang ulama, sehingga peraturan mengenai batasan interaksi dengan lawan jenis begitu ketat.

"Aku Andra," pria itu menjabat tangan Annisa dengan mantap, kemudian ia melongok ke belakang punggung Nissa.

Andra tersenyum pada gadis manis yang berada di belakang Nisa. "Hai," sapanya. "Kenapa kau bisa masuk sini?" tanya bingung, karena sepengetahuannya anak di bawah umur tidak boleh masuk.

Alesha yang sedari tadi memperhatikan Andra, begitu terkejut dengan sapaannya. Wajah pria itu semakin dekat dengannya, dan seketika ia teringat pada salah satu lukisannya. Alesha pernah melukis wajah Andra, tapi ia sendiri tak ingat mengapa ia bisa melukisnya padahal Alesha yakin ini adalah kali pertamanya mereka bertemu.

"Dia adikku," jawab Annisa buru-buru sebelum Andra menduga ia menyelundupkan anak di bawah umur. "Aku tidak bisa meninggalkannya di rumah sendirian, jadi tadi aku minta Anggel untuk membolehkannya masuk, tapi aku janji dia tidak akan membuat masalah."

Anggel mengakat bahunya. "Ya begitulah, untung saja security di sini tidak begitu cerewet," ia duduk di bar dan memesan minuman. "Kau mau minum apa?" tanyanya pada Annisa.

Annisa nampak berpikir sejenak, ia tidak ingin terlihat cupu di depan Anggel dan pria tampan ini. "Samakan saja denganmu," akhirnya Annisa menjawab, ia sendiri pun tak tahu jenis-jenis mimuman yang ada di pesta seperti ini.

Tepat setelah sang pelayan pergi membuat minuman mereka, pesta di mulai. Baik Anggel maupun Andra sama sekali tak berniat beranjak, mereka memilih untuk menyaksikan ceremony tersebut dari tempat duduknya.

"Ini punyamu," Anggel mengulurkan segelas brandy pada Annisa.

Lagi-lagi Annisa nampak ragu untuk menerima minuman tersebut, sebab begitu minuman tersebut terulur aroma alkohol langsung menyerbak di hidungnya. "Terima kasih," tapi karena lagi-lagi tak ingin di anggap cupu, ia pun menerimanya.

Melihat Annisa memegang gelas berisi alkohol, Alesha langsung bereaksi keras. "Kak Nisa, jangan! Ini haram, Abi dan Ummi pasti marah besar kalau sampai tahu kakak minum alkohol," ia tidak bisa lagi menutupi rasa ketakutannya, kakaknya sudah terlalu jauh melangkah. "Ayo kita pulang, Kak Nisa!" ajaknya.

Tak ingin Anggel dan Andra mendengar protes adiknya, Annisa menarik Alesha menjauh dari mereka. "Kau ini bisa diam tidak?" ia melepaskan cengkraman tangannya. "Aku baru saja punya teman yang keren, kau malah mau mengacaukannya."

"Tapi kak, ini sudah terlalu jauh. Abi dan Ummi pasti akan sangat marah besar..." tubuh Alesha gemetar, ia tidak dapat menyembunyikan rasa takutnya.

"Abi dan Ummi tidak akan marah kalau kau tidak mengadu!" sergah Annisa.

"Lalu bagaimana dengan Allah? Dia maha melihat apa yang kita semua lakukan, dan apa yang kakak lakukan itu dosa besar.."

"Tau apa kau tentang dosa?" Annisa langsung memotong kalimat Alesha. "Nerakaku bukan urusanmu, dan surga belum tentu jadi tempatmu. Kalau kau tidak suka, silahkan kau pergi dari sini. Dari awal aku sudah menyuruhmu untuk pergi!"

Di tengah perdebatan mereka tiba-tiba saja Andra datang. "Apa ada masalah?" ia menatap kedua gadis muda itu secara bergantian, seolah memastikan tak ada masalah serius di antara mereka berdua.

Annisa menggeleng. "Tidak ada, Alesha hanya sedikit pusing tapi sudah tidak apa-apa." dustanya dengan lancar. "Sebaiknya kita kembali duduk."

Andra melirik sekilas pada Annisa yang berlalu menuju meja bar, kemudian tatapannya beralih pada Alesha. "Tempat ini tidak cocok untuk anak kecil sepertimu, sebaiknya kau pergi saja ke cafe depan. Tempat itu cocok untukmu," tawa Andra seolah mengejek Alesha, pria itu kemudian bergabung kembali dengan Annisa.

"Kemana Anggel?" sekembalinya ke meja bar, ia tak melihat temannya itu.

"Tadi pacarannya datang, dan tentu saja dia pergi dengan pacarnya," jawab Andra seraya duduk di sebelah Annisa. "Apa kau keberatan jika hanya berdua saja denganku? Karena sepertinya adikmu juga mau pergi," ia memberi kode pada Annisa jika adiknya tengah berjalan menuju pintu keluar.

Annisa langsung mengikuti tatapan Andra, ia tersenyum senang melihat adik perempuannya pergi. "Bagus, akhirnya pengganggu itu pergi."

Andra mengangkat minumannya. "Mari kita bersulang!"

Annisa terdiam sejenak menatap gelas Andra, tapi kemudian ia menggambil minumannya dan membenturkan ringan di gelas Andra. "Mari," ucap Nissa. Ekspresi wajah Annisa tidak bisa bohong ketika cairan itu masuk ke mulutnya, rasanya begitu aneh dan getir di lidah.

"Nanti lama kelamaan kau akan terbiasa," ucap Andra yang langsung menyadari perubahan wajah Annisa, ia kembali menuang alkohol di gelasnya dan menambahkan kembali ke gelas Annisa.

Benar apa yang di katakan oleh Andra, pada tegukan kedua, ke tiga dan seterusnya rasa alkohol tersebut tidak seburuk saat pertama kali. Lidah Annisa mulai terbiasa dan bahkan ia mulai menikmatinya.

Lambat laun Annisa bukan hanya mulai menikmati alkohol yang ada di tangannya, tapi juga menikmati obrolan serunya bersama Andra, terlebih ketika Andra mengajaknya untuk berjoged bersama para tamu undangan yang lainnya.

Ia setuju dengan pendapat Angel yang mengatakan jika Andra adalah pria paling keren dan luar biasa. Dia bukan hanya tampan, tapi juga memiliki pengalaman yang luas, hal ini bisa terlihat dari cerita-cerita seru yang dia ceritakan sepanjang obrolan mereka.

"Annisa, kau cantik sekali," Andra menatap Nisa lekat-lekat sembari membelai wajahnya.

Kalimat itu begitu melambungkan hati Annisa, sebab belum pernah ada pria yang mengatakan itu pada dirinya. Jangankan mendapatkan pujian seperti itu, dekat dengan seorang pria saja ia sama sekali belum pernah. Andra yang pertama kali menyentuhnya, memujinya, menatapnya begitu dalam dan lembut, dan membuat degup jantungnya berdebar kencang.

"Sepertinya aku menyukaimu," Andra mencondongkan tubuhnya, mencium bibir manis Annisa.

Terpopuler

Comments

Sri Puryani

Sri Puryani

semoga alesha yg plg sdr aman smpe rmh

2025-02-27

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

ya Allah annisa kamu ga kasian sm umi Abi kamu yg mendidik kamu agama yg kuat tp kamu dengan sukarela menjerumuskan diri ke kebangun zina..Astagfirullah

2024-07-02

2

Dwisya12Aurizra

Dwisya12Aurizra

sedang mencari jati diri akhirnya menemukan teman yg salah, sungguh ini pergaulan bebas dan bisa sudah terperosok kedalamnya

2024-06-27

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!