Dia Juga Anakku

Dia Juga Anakku

BAB 1

"KAK NISA MAU KEMANA?"

Teriakan itu membuat gadis yang baru genap berusia tujuh belas tahun ini seketika menoleh, kemudian perlahan menurunkan kaki satu kakinya yang sudah naik ke jendela kamarnya.

Annisa merotasikan bola matanya, seraya menghembuskan napas beratnya. "Kamu itu kebiasaan banget deh masuk kamar orang enggak pake ketok pintu dulu. Enggak sopan itu namanya," ucapnya kesal pada adik perempuannya.

"Iya aku minta maaf," Alesha memang terlihat merasa bersalah, tapi tetap saja ia selalu mengulangi kebiasaan buruknya itu. "Tapi Kak Nisa mau kemana? Kok manjat jendela? Bukankah tadi Kakak bilang sedang tidak enak badan..."

"Sssttt..." Annisa langsung memotong pertanyaan-pertanyaan Alesha. "Harusnya aku yang tanya, ngapain kamu ke kamarku tanpa mengetuk pintu? Bukankah seharusnya kamu pergi kajian sama Abi dan Umi?"

"Aku baru saja dapet jadi enggak bisa ikut kajian malam ini, dan tadi sebelum berangkat Ummi memintaku untuk menjaga Kakak." Alesha tak ingin kakaknya lolos begitu saja dari pertanyaannya, sehingga ia mengulang pertanyaannya kembali. "Lalu kakak sendiri?"

"Bukan urusanmu!" jawab Annisa ketus, ia berbalik dan manjat keluar dari jendela kamarnya.

"Loh Kakak mau kemana?" tanpa pikir panjang Annisa menyambar hijab yang tersampir di kursi belajar kakaknya, kemudian ia melompat mengejar Annisa. "Kak Nisa tunggu!"

Annisa berlari semakin cepat, celana pendek yang dikenakannya membuatnya mudah untuk melompat dan melewati pekarangan ibundanya. Berbeda dengan adiknya, gadis kecil yang usianya baru menginjak lima belas tahun itu nampak kesulitan dengan gamis panjangnya, ia bahkan beberapa kali tersandung-sandung.

Namun Alesha tak menyerah, ia tak akan membiarkan kakaknya keluar dari rumah apa lagi dengan pakaian super mini seperti itu. "Kak Nisa, tunggu!"

Annisa menoleh sekilas, sesaat sebelum ia melompat pagar belakang rumahnya. Ia tersenyum penuh kemenangan karena yakin Alesha tak mampu menghentikannya. "Dewi fortuna betul-betul sedang berpihak kepadaku." Annisa bergegas melangkah memasuki taxi online yang sudah ia pesan sebelumnya.

Kemenangan yang tadi ia rasakan langsung berubah, saat secara tiba-tiba Annisa menahan pintu mobil saat Annisa hendak menutupnya. "Kak Nisa tidak bisa keluar dengan pakaian seperti ini, Abi dan Ummi pasti akan marah besar, dan Kakak akan dapat dosa besar," ia berusaha keras menarik Annisa keluar dari mobil.

Alesha pun berhasil membuat kakaknya keluar dari mobil, meski dengan wajah yang begitu marah. "Aku sudah tujuh belas tahun, aku berhak menetukan langkahku." Ia mengungkapkan bahwa selama ini dirinya sudah benar-benar lelah terus menerus di atur dan di kekang oleh kedua orang tuanya dan aturan di pesantren tempatnya menimba ilmu.

Karena kebetulan ia sedang libur, ia memanfaatkan kesempatan ini untuk bisa melihat dunia luar, gemerlapnya kota Jakarta yang selama ini hanya ia lihat di internet.

Ya, di setiap kesempatan Annisa selalu mencuri-curi kesempatan untuk berselancar di dunia maya, ia juga memiliki satu teman dekat bernama Angel. Yang kini mengundangnya untuk datang ke pesta ulang tahun saudaranya, di hotel berbintang lima.

Angel mengatakan bahwa pesta tersebut akan di selenggarakan sangat meriah, hanya anak-anak paling keren yang di undang le acara tersebut. Melihat cara berpakaian Anggel yang selalu di pamerkan di sosial mediannya, tentu Annisa berpikir akan menanggalkan gamis yang selalu di kenakannya.

"Istighfar Kak Nisa...!" seru Alesha.

"Cukup Alesha!" bentak Annisa. "Kau tidak perlu merasa sok suci, atau lebih baik dari aku. Aku tahu kau banyak menyimpan alat lukis di lokermu, aku tahu kau lupa menghafal surat Al-Hujurat karena kau keasyikan melukis, dan kau pasti tahu apa hukumnya melukis wajah manusia?"

Annisa mendorong adinya menjauh darinya, kemudian ia kembali masuk ke mobil. Namun lagi-lagi ketika Annisa hendak menutup pintu Alesha menhannya. "Aku ikut," ia mendorong Annisa masuk lebih jauh kemudian duduk di samping kakaknya dengan tenang.

"Apa kita sudah bisa berangkat?" tanya sang sopir taxi yang sedari tadi sudah menunggu mereka berdebat.

"Ya," Annisa mengusap wajahnya kasar, ia sudah tidak punya waktu untuk berdebat dengan adiknya sebab pesta akan segera di mulai.

***

Tiba di hotel Annisa meminta Alesha kembali pulang, tapi Alesha tetap ingin ikut masuk bersama kakaknya. "Kau tidak bisa menggunakan pakaian seperti ini kedalam," ia mencoba menjelaskan bahwa pesta ini bukanlah pesta yang biasa di hadiri bersama orang tuanya.

"Kalau begini?" Alesha melepas hijab dan menggulung gamis yang di kenakannya.

Annisa mengerang, ia tetap meminta Alesha untuk kembali pulang. Tapi handphonenya berdering, Anggel sudah menantinya di dalam, ia juga mengatakan bahwa pestanya akan segera di mulai.

"Terserah kau saja," Annisa sudah tidak punya waktu untuk berdebat lagi dengan adiknya. Setelah membayar taxi berikut dengan tip karena membuat sang sopir menunggu, Annisa bergegas masuk ke ballroom hotel tempat acara tersebut di selenggaran, di ikuti oleh Annisa di belakangnya.

***

Ternyata benar apa yang di katakan Annisa, ini bukan pesta yang biasa ia hadiri bersama orang tuanya. Kepulan asap rokok, suara musik yang memekakan telinga, minuman beralkohol yang bertebaran di mana-mana, dan... Sepasang muda-mudi bersentuhan layaknya sepasangan suami istri, tapi tentunya bukan. Karena dari wajahnya, mereka terlihat seumuran dengan Annisa.

Angel menyambut Annisa dengan ramah dan akrab, seolah mereka teman lama. Wanita berambut pirang itu menoleh ke arah Alesha, tapi Annisa langsung memberi kode agar Angel tidak perlu memperdulikan adiknya.

"Oke," Angel mengangkat bahunya, ia kembali menatap Annisa. "Kau masih ingat dengan pria yang pernah aku ceritakan beberapa waktu lalu? Dia datang..!"

Annisa teriak kegirangan. "Benarkah? Dimana?"

"Tadi di sana," Angel menujuk meja bar. "Ayo kita cari dia," ia menarik Annisa menuju meja bar yang di tunjuknya.

Sembari mengikuti kakaknya dari belakang, mata Alesha terus bergrilya mengamati satu persatu orang yang berada di ruangan itu. Sebetulnya ruangan itu begitu luas dan mewah, namun karena banyaknya orang dan kepulan asap rokok, membuat tempat itu pengap, pikir Alesha.

Ia terus mengikuti Annisa dan Anggel, melewati kerumunan. Semakin mendekat ke arah meja bar, tatapan Alesha terpaku pada seorang pemuda tampan berkulit coklat, duduk di bar sembari menikmati minuman beralkohol yang Alesha sendiri tak tahu jenisnya.

Alesha seperti tak asing dengan pria itu, tapi ia sendiri tak yakin pernah bertemu dengan pria itu. Ia begitu fokus memperhatikan pria itu, sampai-sampai ia tak menyadari kalau jantungnya bedebar begitu kencang.

***

Hai teman-teman...

Terima kasih sudah mampir dan membaca karyaku 😚

Sebelumnya aku mau minta maaf jika tulisan kali ini tidak pas atau kurang berkenan untuk kalian. Aku sudah memperdiksikan sebelumnya, akan bayak pro dan kontra. Tapi percayalah, tulisan ini tidak bermaksud menyinggung pihak manapun dan tentunya di setiap tulisanku terdapat pesan mendalam yang ingin aku sampaikan.

Happy reading, enjoy. ❤

Terpopuler

Comments

Dwisya12Aurizra

Dwisya12Aurizra

Hai Kak... maaf baru mampir lg ke karya nya karena ada sesuatu hal aku baru bisa nengokin ntun lagi 🥰

2024-06-27

4

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧_Mυɳҽҽყ☪️

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧_Mυɳҽҽყ☪️

akankah Alesha yang jadi korban

2024-06-26

6

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧_Mυɳҽҽყ☪️

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧_Mυɳҽҽყ☪️

loh kok Alesha ikutan lepas hijab

2024-06-26

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!