BAB 3

Alesha menghempaskan tubuhnya di sofa, ia melirik jam besar yang terpajang di dinding lobby hotel. 'Semoga aku bisa membawa Kak Nisa pulang, sebelum Abi dan Ummi pulang. Atau paling tidak Ummi tidak ke kamarnya, jika mereka sudah pulang,' batin Alesha.

Rasa ngeri menjalari pikirannya saat ia membayangkan bagaimana marahnya kedua orang tuanya jika sampai tahu dirinya dan kakaknya menginjakkan kaki di tempat seperti ini, terlebih mereka berdua tak mengenakan hijab yang sudah begitu melekat sejak balita... Dan di tambah Kakaknya di dalam kemungkinan besar tengah mencicipi minuman berakohol.

Alesha mulai mengatur strategi untuk menyeret Annisa pulang tanpa kakaknya mengungkit soal hobbynya melukis. Tapi ngomong-ngomong soal melukis, sekelebat pikiran Alesha tertuju pada sosok Andra yang tadi mengejeknya.

"Dasar pria menyebalkan?" gumamnya. Bagaimana bisa ia melukis seseorang yang menyebalkan seperti itu? Terlebih ia tak pernah melihat Andra sebelumnya?

Selama ini Alesha melukis orang-orang yang ia jumpai, seperti saat ia menemani Abinya berdakwah. Di sepanjang jalan yang ia lalui menuju lokasi, Alesha selalu duduk di dekat kaca jendela mobil. Dari sana ia melihat orang-orang yang di laluinya, mulai dari pedagang kaki lima, pengamen jalanan yang membawa serta anaknya, hingga para penjual koran. Jadi, sudah pasti Andra bukan salah satu di antara mereka.

Lama ia larut dalam pikirannya tentang Andra, tiba-tiba saja ia melihat pria itu tengah membopong seorang wanita menuju meja resepsionis. Andra berbicang sebentar dengan petugas wanita yang berdiri di belakang meja tersebut, kemudian pria itu meraih sebuah kunci dan membawa gadis itu masuk ke lorong yang menuju lift.

Seketika Alesha menyadari bahwa wanita yang bersama Andra itu kakaknya, ia pun langsung berlari mengejar Andra. "Tunggu!!" beruntung pintu lift belum tertutup, gadis itu berhasil menyelinap masuk bersama Andra dan kakaknya.

"Mau kau bawa kemana kakakku?" bentak Alesha, ia meminta Andra menurunkan kakaknya. "Turunkan kakakku!"

Andra tak menjawab pertanyaan Alesha, ia merotasikan bola matanya dengan kesal. "Kau lagi? Kukira kau sudah pulang."

"Jadi kau berharap aku pulang agar kau bisa mengambil keuntungan dari kakakku?" Alesha tak bisa lagi menahan emosinya yang kian memuncak.

"Hei, jadi kau menuduhku mengambil keuntungan dari kakakmu yang norak ini?" tanya Andra tak terima dengan tuduhan yang di lontarkan oleh Alesha. "Aku rasa kakakmu ini baru pertama kali minum, jadi baru dua gelas dia sudah mabuk sampai tak sadarkan diri. Aku berinisiatif mengantarnya ke kamar hotel sebab aku pikir kau sudah pergi dan aku tidak tau alamat rumahnya."

"Lalu?"

"Apalagi? Sudah jelas aku tidak akan pernah tidur dengan wanita yang tidak aku kenal," ucap Andra. "Kecuali jika dia menginginkannya," sambungnya dengan nada yang sangat kecil.

Namun Alesha masih dapat mendengarnya. "Kau ini benar-benar pria tidak tahu malu," bentak Alesha kembali. "Ayo cepat turunkan kakakku, aku tidak akan membiarkan kau menodai kakakku..."

Kalimat Alesha terhenti saat puntu lift terbuka, Andra melangkah keluar dari lift kemudian menurunkan Annisa tepat di depan pintu kamar yang ia pesan. Pria itu terkejut karena ternyata Annisa masih bisa berdiri, walau dia memang kelihatan limbung. "Berisik sekali kau ini!" ucap Annisa menatap sinis ke arah Alesha,

"Berapa kali harus kukatakan? JANGAN PERNAH IKUT CAMPUR TERHADAP HIDUPKU!!" Bentak Annisa. "Aku tidak takut jika kau mau mengadu dengan Abi dan Ummi, toh mereka tidak akan peduli denganku. Mereka hanya peduli pada anak pungut yang mereka temukan di semak-semak ketimbang anak kandungnya sendiri."

Alesha menelan ludahnya, ia yakin kakaknya hanya berimajinasi karena pengaruh alkohol yang di minumnya.

"Kau tidak percaya? Kau boleh tanyakan kepada Om Gilang, mantan manajer Abi. Dia yang dulu mengurus surat adopsimu."

Alesha menggelengkan kepalanya, air matanya mengalir deras di wajah cantiknya.

"Kau sudah mengambil semuanya dariku, jadi sekarang aku minta kau pergi dari sini. DAN JANGAN PERNAH PANGGIL AKU KAKAK LAGI!! AKU BUKAN KAKAKMU!" bentak Annisa seraya mendorong Alesha menjauh darinya.

Annisa berbalik menghadap Andra. "Maafkan atas gangguan kecil tadi, ayo kita lanjutkan yang tadi," ia bergelayut mesra menggandeng tangan Andra.

Andra mengangguk ringan seraya mengulurkan tangannya untuk membuka pintu hotel, kemudian ia merangkul Annisa memasuki kamar. Andra sempat menoleh kearah Alesha dan memberikannya senyuman penuh kemenangan pada gadis kecil itu.

Untuk beberapa saat Alesha mematung di depan kamar hotel, tubuhnya gemetar dan air mata masih mengalir deras di wajahnya. Tak mudah bagi dirinya menerima apa yang di katakan kakaknya, separuh dari dirinya percaya tapi separuh lagi masih menganggap jika Annisa hanya ngelantur karena pengaruh alkohol.

"Aku harus mencari tahu semua ini," gumamnya, ia berbalik dan pergi meninggalkan hotel menuju kediamannya.

***

Tibanya di rumah, Alesha melihat kedua orang tuanya mondar-mandir di depan pagar, mereka berdua nampak cemas dan bingung karena kedua putri tercintanya tidak ada di rumah.

Hana, sang Ibunda begitu terkejut melihat Alesha keluar dari taxi tanpa menggunakan hijab. "Astagfirullah, Alesha..." ucapnya dengan penuh kecewa dan marah.

"Apa yang terjadi? Dari mana saja kamu? Kenapa kamu keluar tanpa mengenakan hijab? Lalu di mana kakakmu?" Haikal Kamil, sang ayah mendekat dan menghujani Alesha dengan banyak pertanyaan.

Alesha mundur satu langkah karena teringat jika mereka bukanlah orang tua kandungnya. "Maafkan aku hiks..." tangis Alesha kembali pecah.

"Alesha apa yang terjadi?" Hana meraih putri bungsunya kemudian memeluknya dengan erat. "Dimana kakakmu?"

Ingin rasanya Alesha menanyakan prihal asal usul dirinya, tapi ia begitu mengkhawatirkan kakaknya. Alesha tidak ingin pria brengsek itu mengambil keutungan dari kakaknya yang tengah mabuk, saudara kandung atau bukan, Alesha sangat menyayangi Annisa, dia akan tetap menjadi kakaknya selamanya.

"Kak Nisa di hotel." Akhirnya Alesha menceritakan semua yang terjadi pada kedua orang tuanya.

Sebetulnya sebelum ia pulang tadi, Alesha sempat meminta bantuan pihak hote untuk mendobrak pintu. Namun karena Annisa bukan anak di bawah umur dan mereka melakukan atas kemauan sendiri, pihak hotel tidak bisa memenuhi permintaan Alesha.

Tak ada jalan lain selain pulang dan meminta bantuan orang tuanya, Alesha sudah siap menerima kemarahan kedua orang tuanya.

Wajah Haikal merah padam karena menahan amarah dan kekecewaan tapi ia mencoba tetap tenang. "Dimana hotelnya?" ia bergegas mengeluarkan mobil, sementara istrinya menutup dan mengunci semua pintu rumah, kemudian masuk ke mobil.

***

Tiba di hotel mereka menemukan putri sulungnya setengah telanjang di kamar hotel dengan keadaan mabuk, tapi Alesha tidak melihat tanda-tanda keberadaan Andra. "Dimana pria itu?"

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

sabar ya alesan kebenaran pasti terungkap walau telat

2024-07-02

2

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

Hayooo Andra mau dibawa kemana Anissa.

2024-06-29

2

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

Iyaa yaa kok bisa wajah Andra ada dalam lukisan Alesha, padahal mereka belum pernah bertemu.

2024-06-29

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!