Bab 20

Grep!!

"Aku mencari mu kemana-mana ternyata disini!"

Seorang pria dewasa memeluk Emma dari samping. Membuat Emma terkejut dan berusaha melepaskan pelukan pria itu.

"Aku sedang bersama temanku."

Tekan Emma menatap tajam pria itu memberi kode untuk segera pergi.

"Ok. Aku tunggu di tempat biasa."

Pria itu terlihat pasrah, melangkah pergi meninggalkan Emma juga Steven yang tidak terganggu sama sekali. Steven sudah terbiasa dengan hal semacam itu.

"Hahaha. Dia suka sekali bertindak sesuka hati padahal tidak memiliki hubungan."

Emma tertawa canggung, mengalihkan diri dengan merapikan penampilannya, kembali menatap Steven.

"Dimana kekasihmu?"

"Aku sendiri."

Kata Steven masih sibuk dengan ponsel. Entah kenapa saat mendengarnya senyum Emma semakin mengembang.

"Kamu tidak punya kekasih. Really?"

"Aku tidak percaya. Cowok setampan dirimu tidak memiliki kekasih."

Emma terlihat mulai membicarakan tentang bagaimana dulu Steven yang selalu dekat dengan banyak gadis. Sebagian besar gadis cantik di Senior High School pasti pernah kencan atau sebatas dekat dengan Steven.

"Atau Steven yang dulu juga sudah berubah. Menyangkut tentang perempuan!"

"Kenapa. Mau menjadi kekasihku!"

Steven menatap Emma dengan iris blue yang menyorot datar, raut wajahnya terlihat tidak berekspresi. Emma terdiam, memikirkan perkataan Steven.

"Kamu serius? Jangan bercanda, bisa saja Aku salah paham."

"Kamu mau!"

"Steven jangan bercanda."

Emma terlihat salah tingkah. Apakah ini kesempatan untuknya, setelah sekian lama mengagumi dalam diam.

"Kamu serius?"

"Jika tidak mau...!"

"Aku mau. Aku mau Steven. Aku mau menjadi kekasihmu."

Emma terlihat sangat bahagia, akhirnya dirinya bisa mendapatkan Steven dan resmi menjadi kekasihnya. Steven sendiri justru terlihat datar, tersenyum remeh menatap Emma. Tapi sepertinya Emma tidak menyadarinya.

Tidak henti-hentinya Emma tersenyum. Detik berikutnya Emma langsung menerjang Steven, memeluk Steven dengan erat merapatkan diri. Steven hanya terdiam tanpa membalas pelukan Emma.

Diam-diam Emma memperhatikan wajah Steven yang begitu dekat dengannya. Memberanikan diri Emma mendekatkan wajahnya pada wajah Steven. Terlihat Emma mulai menutup mata dan semakin mengikis jarak.

Chup!

Emma membuka mata merasakan dorongan dari Steven, membuat keduanya kembali berjarak.

"Kenapa?"

Emma terlihat kebingungan, sudah berdiri tidak jauh dari Steven. Steven menatap Emma dengan sinis.

"Aku tidak suka dicium dibibir."

"Kenapa! Bukankah kita sudah resmi menjadi kekasih. Kenapa Aku tidak boleh menciummu Steven?"

Mendapat penolakan dari Steven Emma merasa kesal, karena tadi Steven menghalangi dengan tangan alhasil Emma tidak berhasil mencium bibir Steven.

"Jangan munafik Steven. Bukankah Kamu sudah terbiasa bermain dengan banyak gadis?"

Tersenyum tipis Emma menatap Steven dengan marah, tidak terima atas penolakan Steven. Apa dirinya tidak cukup cantik untuk Steven.

Melihat kemarahan Emma membuat Steven terkekeh sinis, iris blue Steven menyorot dengan tajam. Detik berikutnya Steven mencengkram erat lengan Emma, menariknya mendekat. Emma meringis menahan sakit akibat cengkraman kuat tangan Steven.

"Steven!"

Emma berusaha melepaskan cengkraman tangan Steven yang semakin erat.

"Kenapa. Terbiasa bermain dengan banyak pria?"

"Seharusnya kalian merasa beruntung. Aku tidak mengambil keuntungan dari perempuan murahan seperti kalian."

"Yeah. Brengsek. Dekat dengan banyak perempuan!"

"Maaf. Aku tidak akan mengotori diriku dengan merusak barang yang sudah rusak. Menjijikkan."

Tekan Steven mendorong tubuh Emma begitu saja membuatnya hilang keseimbangan, beruntungnya ada meja bar sebagai penyangga yang membuat Emma tidak sampai terjatuh ke lantai.

Dengan cepat Steven mengambil uang beberapa lembar setelahnya diletakkan begitu saja di atas meja untuk membayar minumannya.

"Sial. Hanya membuang-buang waktu berhargaku."

Sinis Steven melangkah pergi tapi dengan cepat Emma menahan tangannya.

"Siapa Kau berani mempermainkan Aku."

PLAK!!

Steven menepis tangan Emma dengan kasar, beralih mencengkram leher gadis itu dengan kuat. Menarik Emma dengan paksa untuk mendekat padanya. Emma berusaha melepaskan cengkraman tangan Steven karena dirinya sudah mulai kesulitan bernafas.

"Kkrhhh. S-Stev!!"

"Siapa Aku!!"

"Sepertinya Kau tidak benar-benar mengenalku!"

"Aku beri saran untukmu. Sebelum bermain-main kenali lebih dulu lawanmu. Jika tidak ingin menyesal."

Steven kembali mendorong tubuh Emma dengan kuat membuat Emma jatuh ke lantai. Sebagian orang yang melihat kejadian itu tidak ada yang berniat melerai atau menolong Emma. Mereka acuh, merasa bukan urusan mereka.

"Uhuk. Uhuk. Uhuk."

Emma memegang lehernya yang terasa panas, terlebih tenggorokannya. Steven berjongkok tepat di hadapan Emma, mengusap pelan pipinya. Tapi detik berikutnya Steven mencengkram kedua pipi Emma untuk menatapnya, iris blue Steven menyorot tajam.

"Ini peringatan untukmu. Jika Kau pintar, jangan sampai muncul lagi di hadapanku. Atau Aku bisa melakukan lebih dari ini."

Kesekian kali Steven mendorong tubuh Emma. Melangkah pergi meninggalkan Emma dengan tubuh yang mulai bergetar. Menahan rasa marah juga takut, apakah Emma sudah salah menyinggung Steven,  terlebih latar belakang Steven yang bukan orang biasa.

...***...

Semenjak pertemuan Aliesha dengan Steven tempo hari, Aliesha selalu mengurung diri di kamar. Disibukkan dengan laptop dan berbagai lembar kertas berserakan memenuhi kamarnya.

Sudah lima hari berlalu. Penampilan Aliesha terlihat berantakan, mulai ada kantung mata karena selalu begadang juga iris jade green yang terlihat kelelahan. Wajah Aliesha yang terlihat pucat karena kurangnya istirahat, rambut yang di ikat secara asal.

Melangkah dengan malas Aliesha menuruni setiap anak tangga menuju dapur. Membuka lemari pendingin untuk mengambil air mineral, meneguknya beberapa kali tegukan.

"Nona Aliesha!"

Panggil Bi Frida yang membawa keranjang berisi pakaian.

"Bunda belum pulang Bi?"

"Belum."

Aliesha mengangguk sekilas, kembali menutup botol air mineral yang baru diminumnya.

"Ya sudah Aku keatas dulu Bi"

"Iya."

Aliesha melangkah pergi menuju kamar tidak lupa membawa botol air mineral. Dirinya harus berhadapan lagi dengan tugasnya.

...*...

"Hoamhh."

Sudah kesekian kali Aliesha menguap mengabaikan rasa kantuknya. Sudah pukul 02:57 A.M. tapi dirinya memaksa untuk tetap terjaga. Sore tadi Aliesha sudah menerima jadwal bimbingan, memaksa untuk segera bisa menyelesaikan bab satu dari skripsi untuk bimbingan esok hari.

Tangan Aliesha masih sibuk mengetik dengan kelopak mata yang secara perlahan sudah mulai terpejam.

TUK!!

"Haishh!"

Aliesha mengusap keningnya yang terbentur meja, menggosoknya secara perlahan untuk menghilangkan rasa sakit yang mulai mendera.

"Aliesha fokus."

Aliesha memukul pelan kedua pipinya sendiri untuk menghilangkan rasa kantuk yang semakin menguasai. Kembali mengetik berbagai rangkaian kata yang sudah dirinya susun untuk bab satu skripsinya.

Bruk!!

Karena rasa kantuk yang semakin mendera dan bertumpuk, Aliesha tertidur pulas dengan kepala bersandar kesamping di atas meja tepat di sisi laptop yang masih menyala. Dengkuran halus yang terdengar membuktikan bahwa Aliesha semakin terlelap dalam tidurnya.

Cklek!!

Pintu kamar Aliesha terbuka, terlihat Gaillard berdiri di ambang pintu melihat kearah Aliesha yang sudah terlelap di meja belajarnya. Melangkah menghampiri untuk mengetahui dari dekat.

Gaillard menghela nafas panjang menatap setiap kertas yang ada di atas meja. Membungkukkan badan Gaillard membawa Aliesha ke dalam gendongan untuk memindahkan Aliesha ketempat tidur.

Merebahkan secara perlahan tidak lupa menyelimuti sampai bahu untuk membuat Aliesha tetap merasa hangat. Duduk diri di sisi tempat tidur Gaillard mengusap pelan puncak kepala Aliesha, menatap Aliesha yang terlelap. Terlihat dari wajah pucat Aliesha yang kelelahan.

Chup!!

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!