XAVIERA: Bitter And Sweet Love
Seorang pria berpenampilan rapi yang dibalut setelan kemeja berwarna hitam memasuki rumah dengan langkah cepat. Menuju ruang makan yang terdapat seorang wanita paruh baya yang sedang membersihkan meja makan.
"Bibi!"
Panggilnya mendekati wanita paruh baya itu yang tak lain adalah pekerja di rumah tersebut.
"Tuan Xavier. Ada yang bisa Bibi bantu?"
Tanyanya ramah saat melihat Xavier menuju kearahnya, seketika menghentikan aktivitasnya.
"Aliesha sudah berangkat ke kampus?"
"Nona Aliesha masih di kamarnya. Sampai sekarang belum keluar. Bahkan Nona melewatkan sarapan paginya."
Katanya menjelaskan, karena pagi tadi hanya ada Tuan dan Nyonya rumah yang berada di ruang makan.
"Anak ini!"
Gumam Xavier yang masih terdengar Bi Frida selaku asisten rumah tangga keluarga Martinez.
"Kalau begitu aku keatas dulu Bi."
Bi Frida tersenyum seraya menganggukkan kepala dan melanjutkan kembali pekerjaan yang sempat terhenti.
Tanpa membuang banyak waktu Xavier mengambil langkah cepat menuju lantai dua tepat dimana letak kamar seorang gadis bernama Xaviera Aliesha Martinez selaku putri bungsu keluarga Martinez.
Kaki jenjang Xavier melangkah dengan mantap menapaki setiap anak tangga bergegas menuju ke kamar sang adik.
Xavier Dariel Martinez, anak sulung keluarga Martinez. Memiliki wajah yang tampan dengan warna rambut dark blonde dilengkapi iris satin grey yang menyorot dingin menambah kesan misterius namun sama sekali tidak mengurangi tingkat ketampanannya. Langkah Xavier terhenti tepat di depan pintu dengan warna purple. Tangannya terulur untuk meraih kenop pintu dan mendorongnya secara perlahan.
Cklek!
Pintu terbuka menampilkan ruangan yang didominasi dengan warna lilac dan seorang gadis yang masih terlelap dalam tidurnya. Xavier melangkah mendekati ranjang mengamati sang adik yang masih tertidur dengan kondisi ranjang yang berantakan. Dengan berbagai buku, kertas-kertas yang berserakan dan laptop yang ternyata masih menyala menayangkan sebuah film di sisi sang adik.
Xavier menghela nafas panjang, menggeleng pelan tidak habis pikir dengan kebiasaan sang adik. Melangkah mendekat menghampiri tempat tidur mendudukkan diri di tepian ranjang yang terdapat Aliesha dengan tertidur menyamping membelakangi kekacauan yang dibuat diri sendiri. Tangan Xavier terulur untuk mengusap puncak kepala sang adik.
"Sayang bangun."
Panggil Xavier lembut berusaha membangunkan Aliesha tapi tidak ada pergerakan dari sang adik. Mungkin bagi Aliesha usapan tangan Xavier seperti pengantar tidur baginya membuat gadis itu semakin terlelap lebih dalam tidurnya. Tidak mendapat respon dari sang adik Xavier beralih mengusap pipi dan sesekali menarik pelan hidung Aliesha.
"Sayang cepat bangun!"
Berharap sang adik akan segera bangun Xavier masih terus mengusap pipi Aliesha. Mendapatkan gangguan dalam tidurnya membuat Aliesha menarik selimut sampai menutupi seluruh wajah masih enggan untuk meninggalkan dunia mimpinya. Melihat hal itu lantas Xavier menyingkap selimut yang menutupi wajah Aliesha.
"Emhh. Kakak jangan menggangguku. Ini masih pagi!"
Rengek Aliesha dengan kesal, alasannya karena dirinya baru saja bisa tidur pukul empat dini hari. Rasanya baru sebentar Aliesha memejamkan mata dan sang kakak sudah mengganggunya.
"Ini sudah lewat 08.00 A.M. sayang. Nanti kamu bisa terlambat bimbingan."
Seperti sebuah alarm tanda bahaya Aliesha dalam sekejap langsung terduduk dengan mata yang terbuka lebar. Menampilkan iris jade green yang terlihat terkejut.
"Gawat. Aku ketiduran!"
Racau Aliesha, masalahnya hari ini adalah jadwal bimbingan juga hampir semalaman dirinya mempelajari materi dan berakhir ketiduran.
Sebenarnya sang ibu sudah membangunkannya pagi tadi tapi entah bagaimana dirinya bisa tertidur kembali. Entah apa yang harus dirinya lakukan, Aliesha bergegas merapikan semua kertas-kertas yang berserakan di sampingnya. Merapikan dengan terburu membuat gerakan tangannya terlihat serampangan.
Xavier yang melihatnya menyentuh tangan sang adik guna menghentikan dari aktivitasnya.
"Kakak saja yang bereskan. Sekarang kamu bersiap."
Mendengar hal itu lantas Aliesha tersenyum, memang sang kakak bagaikan malaikat penolong baginya.
Dengan gerakan cepat Aliesha beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi yang ada di sudut ruangan. Melenggang masuk sebelum menutup pintu Aliesha menyempatkan diri untuk berbalik menatap sang kakak.
"Kakak yang terbaik."
Senyum Aliesha menghiasai wajah cantiknya sebelum benar-benar masuk kedalam dan menutup pintu kamar mandi.
Xavier hanya menggeleng pelan seraya tersenyum tipis. Senyum yang memang tidak banyak di perlihatkan ke orang lain terkecuali jika itu adalah adiknya, Aliesha juga keluarga Xavier sendiri. Tangan Xavier dengan cepat merapikan kekacauan yang ditinggalkan sang adik. Tangan Xavier begitu cekatan merapikan berbagai kertas yang di butuhkan Aliesha untuk data bimbingan hari ini.
Bagaimana Xavier bisa tahu apa saja yang dibutuhkan oleh Aliesha karena sudah jelas yang membuat data bimbingan pembahasan adalah Xavier sendiri. Dimulai dari mencari tema data yang akan menjadi topik data untuk skripsi, merangkum hingga pembahasan serta hasil akhir dari tugas itu sendiri. Semua yang mengerjakan adalah Xavier dan tentu saja didampingi oleh Aliesha. Harus diperjelas bahwa Aliesha hanya menemani sang kakak saat mengerjakan tugasnya. Karena bagaimanapun Aliesha harus mengetahui sebagian besar dari apa yang menjadi tema data dalam pembahasan tugas studi skripsinya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Xavier untuk membereskan semua kekacauan Aliesha. Nyatanya Xavier sudah memisahkan mana yang akan dibawa dan menyimpannya.
Xavier beranjak berdiri untuk mengambil tas di atas meja belajar Aliesha yang ada di seberang ranjang tidak jauh dari pintu. Memasukkan semua yang dibutuhkan sang adik termasuk laptop juga ponsel. Setelah dirasa semua sudah lengkap Xavier berjalan kearah pintu tidak lupa membawa tas sang adik sebelum keluar dirinya berhenti sejenak menatap kamar mandi.
"Sayang Kakak tunggu di bawah!"
"Iya. sebentar lagi aku selesai."
Mendapat jawaban dari sang adik, Xavier mulai melangkah pergi meninggalkan kamar tidak lupa menutup kembali pintunya.
Aliesha baru saja menyelesaikan acara mandinya. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Aliesha untuk mandi dikarenakan memang sedang musim dingin dan juga karena mengejar waktu.
Cklek!
Pintu kamar mandi terbuka, melangkah keluar mengenakan jubah mandi Aliesha terlihat lebih segar dari sebelumnya. Melangkah cepat menuju lemari pakaian untuk mencari pakaian yang akan dikenakan hari ini. Pilihannya jatuh pada celana jeans navy panjang dan atasan sweater dengan warna senada untuk melindungi diri dari cuaca disaat musim dingin. Kembali melangkah masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Aliesha tipikal perempuan yang memang lebih suka berpenampilan casual dibanding kearah feminim untuk gadis seusianya.
Keluar dengan pakaian casual Aliesha menuju meja rias yang ada disisi lemari pakaian untuk merapikan rambut dan sedikit merias wajah. Membiarkan rambut panjang sewarna caramel ikal bagian bawah yang dibiarkan tergerai. Memoles bibir dengan pelembab tidak lupa memakaikan cream wajah sebagai pelengkap juga menyemprotkan parfum sebagai penutup.
Walaupun tidak berdandan nyatanya Aliesha memang sudah terlihat cantik juga manis. Dengan bibir tipis bagian atas dan sedikit tebal di bagian bawah yang merah alami, hidung mancung juga bulu mata lentik dibingkai wajah tipikal kecil membuatnya terlihat cantik terkesan manis ditambah dengan binar iris jade green Aliesha yang membuatnya terlihat seperti boneka hidup. Hanya saja Aliesha tidak suka menonjolkan penampilannya karena lebih suka berpenampilan biasa.
Dirasa penampilannya sudah sempurna Aliesha bergegas turun untuk menghampiri sang kakak yang sedang menunggunya. Melangkah dengan cepat menuruni setiap anak tangga menuju ruang makan.
Terlihat Xavier yang sedang duduk terfokus menatap layar ponsel dalam genggaman. Mendengar derap langkah mendekat Xavier beralih menfokuskan pandangan ke sumber suara. Tersenyum menatap Aliesha yang semakin mendekat.
"Sudah siap! Duduklah. Kakak meminta Bibi untuk membuatkan sarapan untukmu."
Di meja makan terdapat segelas susu hangat dan sepiring sandwich di hadapan Xavier. Aliesha tersenyum manis menghampiri Xavier. Menarik kursi disebelah sang kakak dan mendudukkan diri dengan tangan kanan terulur meraih segelas susu hangat. Xavier hanya memperhatikan sang adik dalam diam.
Aliesha meminum segelas susu itu dalam beberapa kali tegukan hingga habis, diletakkan kembali saat gelasnya sudah kosong. Tangannya beralih mengambil sepotong sandwich yang tersedia dengan dirinya yang beranjak berdiri.
"Kakak ayo berangkat sekarang."
Beranjak dari tempat duduk seraya memakan sarapan pagi Aliesha melangkah menuju keluar rumah. Xavier yang sudah terbiasa dengan perilaku sang adik hanya mengikuti dari belakang dalam diam tidak lupa membawa tas Aliesha. Menasehati sepertinya akan percuma karena Aliesha pasti akan mengulangi hal yang sama. Sifatnya memang sedikit sulit untuk diatur dan sering membuat masalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments