Bab 3

Dengan langkah gontai Aliesha masuk ke dalam rumah yang terbilang cukup besar dan mewah. Berjalan dengan langkah malas, wajah yang terlihat lelah menuju arah tangga. Bi Frida yang melihatnya bergegas menghampiri.

"Nona Aliesha sudah pulang. Mau Bibi siapkan makan siang?"

"Tidak. Aku tidak lapar."

Terlihat tidak bersemangat Aliesha melanjutkan langkahnya. Bi Frida merasa aneh karena tidak biasanya Aliesha terlihat murung.

"Nona baik-baik saja?"

"Ya. Aku hanya merasa lelah, ingin istirahat."

"Iya nona."

Tidak ingin bertanya lebih jauh lagi Bi Frida hanya memperhatikan dalam diam.

Menaiki anak tangga demi anak tangga langkah Aliesha berhenti tepat di depan pintu kamarnya.

Cklek!

Blam!

Klik! Klik!

Suara pintu kamar yang terkunci. Aliesha kembali melangkah, melepaskan tas ransel dan diletakkan begitu saja di sisi tempat tidur. Menjatuhkan diri diatas tempat tidur yang cukup besar dengan keadaan tengkurap. Tangan Aliesha meraih salah satu bantal, menenggelamkan wajahnya.

...*...

Hari sudah menjelang sore. Seorang wanita paruh baya berjalan memasuki rumah kediaman Martinez. Berpenampilan sederhana yang dibalut dress dibawah lutut dengan terusan legging, mantel yang menggantung di tangan kiri sedangkan tangan kanan menenteng sebuah tas.

"Selamat sore Nyonya."

"Aliesha sudah pulang?"

Mengangguk sekilas Ashana Martinez menatap Bi Frida selaku ibu Aliesha. Secara wajah tidak terlalu berbeda dengan Aliesha, karena putrinya lebih menuruni paras ibunya di banding sang ayah. Hanya secara fisik Aliesha mirip dengan sang Ayah dari mulai iris mata dan tinggi badan yang terbilang cukup tinggi untuk gadis seusianya. Bedanya Ashana lebih terlihat lemah lembut dengan sifat keibuannya.

"Sudah Nyonya."

"Bibi siapkan bahan untuk makan malam. Saya ke kamar dulu."

"Baik Nyonya."

Rutinitas sehari-hari bagi Ashana Martinez. Walaupun Ashana memiliki kesibukan di luar untuk mengurus Butik miliknya sendiri tapi tidak pernah melewatkan tugasnya sebagai seorang Ibu dan juga istri.

Tangan Ashana terlihat cekatan untuk memotong-motong bahan untuk menu makan malam nanti dengan dibantu Bi Frida.

"Apa Aliesha berangkat ke kampus Bi?"

Ashana menatap Bi Frida sekilas yang masih sibuk dengan masakannya. Dikarenakan pagi tadi ada urusan mendesak di Butik Ashana hanya membangunkan Aliesha.

"Berangkat Nyonya. Nona Aliesha diantar Tuan Xavier."

"Xavier datang ke sini?"

"Iya."

Ashana tersenyum mengetahui kedekatan putra putrinya, walaupun mereka bukan kakak beradik dari ibu yang sama. Terlebih Xavier, sedari kecil Xavier terlihat sangat menyayangi dan selalu menjaga Aliesha.

Perhatian keduanya teralihkan oleh derap langkah kaki yang mendekat.

"Ayah sudah pulang?"

Senyum Ashana mengembang saat melihat sang suami berjalan kearahnya. Gaillard Martinez, pria paruh baya dengan setelan jas kantornya. Bertubuh tegap dengan wajah tegas dan sorot mata yang tajam. Gaillard mengangguk sekilas saat sudah berdiri tidak jauh dari tempat Ashana.

"Ayah mau mandi."

"Iya. Ayah ke kamar dulu nanti Bunda menyusul."

Mendapat jawaban dari Ashana Gaillard melenggang pergi menuju kamar yang berada di lantai dua. Gaillard memang bukan tipikal orang yang suka berbasa-basi. Berprofesi sebagai pengacara di firma hukum yang cukup ternama di Kota London.

"Tolong Bibi lanjutkan."

"Iya Nyonya."

Ashana menghentikan kegiatannya sebelum pergi untuk menyusul Gaillard.

...*...

Di ruang makan terdapat Gaillard dan Ashana yang duduk di kursi masing-masing tanpa adanya Aliesha.

"Dimana Xaviera?"

Gaillard menatap Ashana karena tidak mendapati putrinya.

"Mungkin masih di kamar."

Ashana mencoba menjelaskan. Bi Frida yang sedang menyajikan makanan ikut membuka suara.

"Apa mungkin Nona Aliesha sakit? Tadi sewaktu pulang terlihat tidak bersemangat."

Mendengar perkataan Bi Frida raut wajah Ashana terlihat khawatir.

"Bunda akan ke kamar Aliesha. Ayah makan lebih dulu saja."

"Ayah tunggu."

Ashana mulai melangkah pergi menuju kamar Aliesha dengan terburu. Berhenti tepat di depan pintu kamar sang putri.

Tok! Tok! Tok!

Cklek!

Cklek!

Tangan Ashana mencoba mendorong pintu untuk membukanya tapi ternyata pintu kamar Aliesha terkunci.

Tok! Tok! Tok!

"Sayang ini Bunda. Ayo makan malam dulu!!"

"Bunda duluan saja, aku belum lapar."

"Apa kamu sakit? Sayang buka dulu pintunya!!"

Ashana bertambah khawatir mendengar suara Aliesha yang terdengar berbeda.

"Aku tidak apa-apa Bunda. Bunda dan Ayah saja yang makan lebih dulu."

"Iya, tapi buka dulu pintunya sayang!!"

Hening.

Tidak kunjung mendapat respon dari Aliesha, Ashana bergegas turun untuk menghampiri Gaillard.

"Ayah. Aliesha tidak mau keluar kamar!!"

Dengan langkah terburu-buru Ashana mendekati Gaillard yang ternyata ada Xavier juga di ruang makan, keduanya terlihat sedang berbincang.

"Xavier kapan datang?"

"Baru saja Bunda."

"Aliesha mana?"

Beranjak berdiri Xavier menghampiri Ashana dan memeluknya sekilas.

"Ayah. Aliesha tidak mau keluar kamar. Bahkan kamarnya di kunci."

Ashana menatap Gaillard dengan raut wajah khawatir. Bergegas beranjak dari duduk Gaillard bersiap untuk melangkah tapi gerakannya terhenti.

"Aku saja. Bunda dan Ayah tunggu disini."

"Kamu bujuk Aliesha, Bunda takut dia kenapa-kenapa!!"

"Iya Bunda."

Tersenyum meyakinkan Ashana Xavier melangkah pergi menuju kamar Aliesha.

Tok! Tok! Tok!

"Sayang ini Kakak, bisa buka pintunya!!"

Hening.

Cklek!

Cklek!

Tangan Xavier menggenggam erat kenop pintu, Xavier masih mencoba untuk membuka pintu kamar Aliesha.

"Kakak hitung sampai tiga jika belum dibuka. Kakak akan dobrak pintunya!!"

Kata Xavier yang tidak kunjung mendapat respon dari Aliesha.

"Satu!!"

"Dua!!"

"Ti...!!"

Klik! Klik!

Suara kunci pintu yang terdengar menandakan bahwa Aliesha sudah membukanya. Xavier bergegas membuka pintunya.

Cklek!

Terlihat Aliesha yang masih mengenakan pakaian pagi tadi dengan posisi tidur tengkurap. Xavier melangkah menghampiri Aliesha, duduk di tepian tempat tidur.

"Ada apa, Kamu sakit?"

Aliesha hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Bangun dulu. Katakan kamu kenapa?"

Hening.

"Sayang!!"

Tangan kanan Xavier mengusap pelan kepala Aliesha. Iris satin grey Xavier menatap teduh pada Aliesha yang masih pada posisi.

"Sebenarnya ada apa hm! Cerita sama Kakak."

"Hiks. Hiks. Hiks."

Bukannya menjawab pertanyaan Xavier, Aliesha justru terisak pelan dengan tubuh yang bergetar. Xavier yang melihatnya mulai khawatir dengan keadaan adiknya.

"Sayang jangan buat Kakak khawatir!!"

"Sekarang bangun. Cerita sama Kakak kamu kenapa?"

Perlahan Aliesha mulai bangun dari tidurnya. Duduk menghadap Xavier. Bulir-bulir bening terus mengalir membasahi pipi putih Aliesha.

"Hiks. Tadi bimbingannya hiks. Gagal hiks. Hiks."

Aliesha sudah tidak bisa menghentikan isak tangisannya.

"Kenapa bisa gagal. Apa Kamu telat, atau Dosennya tidak ada jadi bimbingannya dibatalkan?"

Tangan Xavier menghapus air mata Aliesha, menatapnya dengan penuh kasih sayang.

"Tadi hiks. Yang mengikuti bimbingan banyak. Yang datangnya paling awal hiks. Yang melakukan bimbingan pertama hiks."

"Lalu?"

Dengan penuh kesabaran Xavier mendengarkan penjelasan Aliesha. Dengan sesekali tangannya menghapus bulir-bulir air mata yang terus menerus mengalir dari iris gade green Aliesha.

Mata Aliesha sendiri sudah sembab dengan hidung merah, entah sudah berapa lama Aliesha menangis.

"Aku berencana hiks. Menunggu di perpustakaan. Karena Aku hiks. Yang datang paling akhir."

"Tapi setelah hiks. Aku kembali hiks. Ternyata Dosennya sudah pergi hiks. Hiks."

Xavier hanya mampu menghela nafas pelan mengetahui alasan Aliesha sampai mengurung diri di dalam kamar.

"Kalau hari ini gagal, masih ada lain waktu. Kenapa harus menangis!!"

Aliesha menatap Xavier yang tersenyum hangat padanya, berusaha menenangkan dirinya. Tangan Xavier menghapus sisa-sisa air mata Aliesha.

"Sudah jangan menangis. Sekarang bersih-bersih lalu turun. Kita makan malam bersama."

Aliesha menggelengkan kepalanya pelan, isak tangisnya sudah mulai mereda.

"Kalian saja yang makan malam, Aku tidak lapar."

"Kasian Bunda dan Ayah masih menunggu, apalagi Bunda!!"

"Tapi...!"

"Ekhm!!"

Belum juga Aliesha menyelesaikan perkataannya. Suara seseorang mengalihkan perhatian keduanya, Xavier dan Aliesha melihat kearah sumber suara. Terlihat Gaillard berdiri di ambang pintu melihat kearah keduanya.

Aliesha yang melihat Gaillard langsung menundukkan kepala, tidak berani bertatap muka.

"Cepat turun untuk makan malam."

Kata Gaillard dengan suara tegasnya,  melangkah pergi begitu saja setelah selesai berbicara.

Xavier kembali menatap Aliesha yang hanya menundukkan kepala, beranjak berdiri dengan mengeluarkan tangan kanannya. Melihat tangan sang kakak Aliesha hanya terdiam.

"Ayo, sudah dipanggil Ayah."

Tidak ada respon.

"Kakak tadi beli cake kesukaanmu, tidak mau di makan?"

Xavier sengaja membelikan cake kesukaan Aliesha untuk menghibur sang adik dari kesibukan studi. Tidak punya pilihan lain pada akhirnya Aliesha meraih tangan Xavier.

"Mau mandi dulu atau langsung ke ruang makan?"

"Aku cuci muka dulu, kalau mandi pasti lama. Sudah ditunggu Ayah juga."

Suara Aliesha terdengar pelan dan serak, mungkin karena terlalu lama menangis.

"Ya sudah Kakak tunggu."

Aliesha beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar mandi meninggalkan Xavier.

Melangkah ke arah pintu Xavier bersandar di samping pintu kamar dengan tangan dilipat didepan dada. Sorot mata yang terlihat kosong dengan raut wajah tidak terbaca. Pandangan Xavier hanya menatap ke arah luar jendela kamar Aliesha, entah apa yang sedang Xavier pikirkan.

"Kakak!!"

Mendengar suara Aliesha dalam sekejap ekspresi Xavier terlihat berubah. Beralih menatap Aliesha dengan senyum tipis dan sorot mata teduh.

"Ayo."

"Kakak kenapa! ada masalah?"

Aliesha menatap Xavier dengan raut wajah bingung, sedikit mendongak karena tinggi badan mereka. Aliesha mendapati Xavier yang terlihat tidak seperti biasanya.

Keduanya berjalan beriringan dengan tangan yang saling bergandengan, tangan kanan Aliesha yang terbebas merangkul tangan Xavier yang menggenggam tangannya.

"Bukan apa-apa."

Xavier tersenyum menatap kearah Aliesha. Tangan kirinya yang terbebas terulur untuk mengacak gemas rambut sang adik.

"Yakin bukan apa-apa?"

Aliesha merasa tidak percaya karena dirinya tidak pernah melihat Xavier seperti itu. Yang selalu Aliesha lihat dari sang kakak adalah Xavier yang selalu tersenyum hangat dengan sorot mata teduh saat menatap dirinya.

"Iya. Hanya masalah pekerjaan."

"Alright."

"Apa ponselmu rusak? Kakak hubungi tidak bisa."

"Tidak. Tapi sengaja Aku matikan."

"Kebiasaan."

Xavier mengetuk pelan dahi Aliesha, merasa gemas. Xavier menyempatkan untuk pulang ke rumah karena telepon Aliesha yang tidak bisa dihubungi juga untuk mengantarkan secara langsung cake kesukaan sang adik. Karena khawatir Xavier memutuskan untuk datang dan benar saja Aliesha sedang tidak baik-baik saja karena kesalahannya.

Setelah keduanya memasuki ruang makan Aliesha melambatkan langkah kaki, sedikit merapat pada Xavier untuk menyembunyikan diri.

Terlihat Ashana duduk di salah satu kursi yang paling dekat dengan Gaillard sedangkan Gaillard duduk di kursi paling ujung meja menatap keduanya.

"Akhirnya yang ditunggu turun juga."

Terpopuler

Comments

C S Rio

C S Rio

Ceritanya bikin keterusan, semangat terus author!

2024-06-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!