Dalziel dan Steven dibuat kebingungan sendiri saat harus menghadapi Aliesha jika dalam keadaan sedang ada masalah, gadis itu pasti akan menjadi keras kepala dan sulit diatur. Nyatanya sedari tadi Dalziel maupun Steven sudah berusaha membujuk Aliesha tapi gadis itu seperti enggan menanggapi dan tidak ada respon sama sekali.
Makanan yang sudah Steven pesan untuk Aliesha saja tidak di sentuh sama sekali padahal Dalziel sudah menghabiskan makanannya karena dirinya juga belum sarapan sedari pagi. Steven juga sudah membayar semua pesanan saat pelayan mengantar makanan untuk Rafael.
Aliesha sendiri masih setia dalam posisinya menenggelamkan wajah pada lipatan tangan di atas meja, ketiganya masih berada di dalam Cafe.
"Xaviera!"
Kata Dalziel putus asa, tapi nyatanya berhasil mengusik ketenangan Aliesha. Mengangkat pandangan Aliesha menatap Dalziel dengan cemberut bercampur kesal.
"Ah, Alright. Aliesha. Manis."
Dalziel tersenyum hangat menatap Aliesha. Sahabat kecilnya ini memang tidak suka jika dipanggil dengan nama depan, padahal saat masih kecil panggilannya adalah 'Xaviera'. Bahkan sampai sekarang Dalziel tidak tahu pasti alasan kenapa Aliesha merubah nama panggilannya.
"Makan dulu Aliesha. Setelah itu kita pikirkan tentang skripsimu."
Mengatakan dengan raut wajah serius Steven menatap Aliesha lekat. Dalziel mengangguk setuju menanggapi perkataan Steven. Aliesha hanya mampu menatap keduanya dengan malas.
"Aku...!"
"Lapar atau tidak harus tetap makan."
Tegas Dalziel mengetahui apa yang akan Aliesha katakan.
"Apa Kamu sangat tidak suka tinggal dengan Nenek dan Kakekmu?"
Kata Steven yang semakin membuat Aliesha bertambah lesu bercampur sedih.
"Upss! Sepertinya Aku salah bicara!"
"Bukan begitu. Kalian tidak mengerti."
Steven menutup mulutnya sendiri dengan tangan, mengalihkan pandangan ke arah lain mencoba untuk menghindari tatapan marah Aliesha yang tertuju pada dirinya.
Dalziel menghela nafas panjang menghadapi keduanya. Terkadang Steven memang tidak bisa membaca situasi yang ada. Sudah tahu Aliesha akan menjadi sensitif jika membahas tentang masalah ancaman Gaillard yang akan mengirim Aliesha ke tempat Nenek dan Kakeknya jika tahun ini skripsinya tidak juga selesai.
Sebenarnya bukan Aliesha tidak suka tinggal dengan Nenek dan Kakeknya. Tapi menurut pemikiran Aliesha, Kakeknya adalah seseorang yang sangat tegas dalam segala hal. Dirinya saja selalu dibuat tidak bisa berkutik atau membantah jika sudah berhadapan dengan Gaillard, apalagi harus berhadapan langsung dengan sang Kakek yang menurutnya lebih tegas lagi dari sang Ayah.
Keluarga dari sang Ayah memang sangat ketat jika menyangkut soal tata krama ataupun peraturan. Mungkin karena hal itu juga yang membuat Gaillard menjadi seperti sekarang.
"Kamu makan saja dulu. Kita yang akan memikirkan solusinya. Benarkan Stev!"
Menepuk bahu Steven pelan Dalziel memberi kode dari tatapan matanya supaya Steven mengiyakan. Steven hanya melirik sekilas pada Dalziel.
"Benar sayang. Kamu masih punya kita. Kita pasti akan membantu."
Keduanya menatap Aliesha dengan raut wajah serius berusaha meyakinkan gadis itu. Aliesha menghela nafas panjang berusaha untuk tidak terlalu larut dalam kegundahan yang ada walaupun pikirannya saat ini sangat kacau, bukankah dirinya masih memiliki batas waktu untuk membuat yang baru tugas skripsinya.
Steven maupun Dalziel tersenyum saat melihat Aliesha meraih cheese cake yang sedari tadi belum tersentuh sama sekali.
"Sekarang apa yang akan Kamu lakukan?"
"Tentu saja membuat yang baru. Lagi."
Kata Aliesha lesu, sesekali memotong cheese cake dan memakannya tanpa selera.
"Ingin kasus seperti apa untuk menjadi tema datamu? Atau mau Aku bantu mengerjakan!!"
Steven menatap Aliesha lekat, kali ini tidak ada senyum menggoda dari raut wajah Steven yang ada hanya senyum hangat yang menghiasi wajah tampannya.
"Jangan. Aku akan membuatnya sendiri. Emh, Bantu Aku mencari sumber datanya saja."
"Kenapa tidak meminta salah satu dari kasus Uncle Gaillard?"
Tanya Dalziel sambil meminum orange juice miliknya yang masih tersisa setengah.
"Benar. Bukankah Paman Gaillard menangani banyak kasus?"
"Kasus yang Ayah tangani terlalu berat."
"Benar juga. Mengingat reputasi Paman Gaillard sekarang."
Kata Steven yang mendapat anggukkan kepala singkat dari Dalziel, setuju atas perkataan Steven.
"Bagaimana jika salah satu kasus yang diberitakan oleh perusahaan mediaku!"
Steven mengangkat sebelah alisnya yang masih menatap Aliesha.
"Memangnya tidak apa-apa?"
Aliesha menatap Steven dengan raut wajah berpikir.
"Tidak masalah sayang. Aku sendiri yang akan mencari datanya. Aku pastikan itu valid."
"Sekarang kita hanya perlu memikirkan kasus apa yang ingin Kamu jadikan tema data."
Kata Dalziel menatap Aliesha yang masih memakan cheese cake miliknya. Menghentikan kegiatannya Aliesha mendorong cheese cake yang masih tersisa setengah ketengah meja, dirinya memang sedang tidak berselera untuk makan.
"Kalian ada ide? Kalau bisa jangan yang terlalu berat kasusnya."
"Pencurian, perampokan!"
Kata Steven yang mendapat penolakan dari Aliesha.
"Yang lain."
"Penculikan. Aah, korupsi!"
"Dalziel, waktunya tidak akan cukup. Kasusnya terlalu berat."
Kesal Aliesha menatap Dalziel dengan raut wajah serius.
"Haha. Aku hanya mencoba membantu."
Dalziel tertawa canggung, jujur saja dirinya menang kurang tahu masalah tentang kasus atau berita pidana yang terkait tentang hukum.
"Ada salah satu kasus yang cukup ramai diberitakan. Perusahaan mediaku juga meliputnya."
Steven terlihat serius saat mengatakannya membuat Aliesha dan Dalziel bersamaan menatap Steven dengan pandangan penuh tanda tanya.
"Tentang apa?"
Menatap Steven dengan penuh harap iris jade green Aliesha berbinar dengan rasa ingin tahu yang kentara. Steven tersenyum simpul membalas menatap lekat Aliesha, seperti tersihir oleh binar mata Aliesha yang sedang menatapnya. Tatapan mata yang selalu Steven suka dari Aliesha. Selalu membuat Steven terpesona saat melihatnya.
"Tentang seorang model bunuh diri. Atau meninggal karena berhubungan badan. Mungkin. Entahlah, aku juga tidak begitu tahu!!"
Tatapan mata Steven tidak pernah lepas menatap Aliesha, seperti enggan mengalihkan perhatian dari gadis yang saat ini terlihat kebingungan.
Bahkan Steven tidak mengedipkan mata walau hanya untuk sekejap saja, takut jika pemandangan indah di hadapannya terlewatkan oleh iris blue miliknya.
"Maksudmu berpelukan?"
Aliesha terlihat sedang berfikir, memikirkan perkataan yang baru saja Steven katakan. Setelahnya Tidak hanya Aliesha sendiri yang terlihat kebingungan.
Steven yang sedari tadi menatap Aliesha bahkan Dalziel yang sedari tadi diam mendengarkan ikut mengernyit bingung. Steven dan Dalziel saling melempar tatapan satu sama lain, merasa kebingungan dengan perkataan Aliesha.
"Manis, apa maksudmu?"
Dalziel beralih menatap Aliesha begitu juga dengan Steven.
"Bukankah Steven mengatakan meninggal karena berhubungan badan! Apa berpelukan bisa membuat seseorang meninggal?"
1 detik.
2 detik.
3 detik.
"Astaga Hahaha."
Menggema dengan begitu santainya suara tawa Steven yang kesekian kali memenuhi ruangan Cafe yang cukup ramai pengunjung.
"Pfftt. Ekhm."
Dalziel sendiri berusaha menahan diri supaya tidak ikut tertawa menyadari maksud dari perkataan Aliesha. Ketiganya menjadi pusat perhatian, setiap pengunjung menatap kearah meja yang mereka tempati karena tawa Steven yang cukup keras.
"Apa yang lucu?"
Aliesha menatap bergantian antara Steven dan Dalziel. Tidak memperdulikan pasang mata yang memperhatikan mereka. Kenyataannya memang sejak awal Aliesha dan Steven berada di cafe pasti ada saja yang melihat kearah keduanya.
"Aliesha berapa umurmu sekarang?"
Tanya Steven disela-sela tawa yang masih terdengar.
"Sudah, jangan menggodanya."
"Bukan begitu, tapi!! Hahaha."
Tawa Steven kembali menggema saat mengingat kembali perkataan Aliesha. Dalziel hanya menghela nafas panjang sambil menggeleng pelan melihat Steven.
"Ish. Tertawa saja terus."
Kesal Aliesha memalingkan wajah kearah lain, dirinya tidak tahu apa yang sedang Steven tertawakan.
Dalziel dengan sengaja menyikut lengan Steven memberi peringatan untuk berhenti tertawa sebelum Aliesha bertambah kesal.
"Ekhm. Jadi Kamu tidak tahu maksud dari ucapanku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments