Dalam ruangan yang cukup luas terdapat Steven yang masih sibuk dengan setumpuk berkas. Terfokus pada berkas di hadapan dan sesekali melirik dengan ekor matanya pada ponsel yang terletak di atas meja samping laptop. Steven sedang berada dalam ruang kerja miliknya.
Ting!
Xaviera❤️
Satu pesan masuk.
Dengan cepat Steven meraih ponsel miliknya, tersenyum saat membaca pesan dari Aliesha yang dibalasnya dengan singkat.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk."
Cklek!
Terlihat wanita dewasa dengan penampilan yang rapi melangkah menghampiri meja kerja Steven. Ditangan wanita itu terdapat beberapa berkas yang dibawanya.
"Permisi Tuan Steven. Ada berkas yang menunggu persetujuan Anda."
Diletakkan berkas itu di atas meja kerja Steven. Tanpa melihat Steven hanya mengangguk dengan wajah dinginnya.
"Data yang Aku minta sudah dapat?"
"Baru saja Tuan Steven."
"Segera kirim padaku."
"Baik."
Wanita itu mengangguk singkat, setia berdiri di depan meja kerja Steven.
"Apa Tuan Steven hari ini akan lembur?"
"Hm. Jika pekerjaanmu sudah selesai Kau boleh pulang."
"Baik Tuan Steven. Saya permisi."
Wanita itu membungkuk sekilas setelahnya melangkah keluar menyisakan Steven yang tidak mengalihkan pandangan sedikitpun dari berkas, bahkan Steven tidak membalas perkataan sekretarisnya dan lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dikarenakan Steven seharian meninggalkan Kantor mengabaikan pekerjaan yang seharusnya sudah selesai.
...***...
Acara makan malam keluarga Martinez berlangsung tenang, tapi sesekali Aliesha melirik kearah Gaillard berada. Aliesha berharap bahwa Gaillard tidak akan menanyakan atau membahas tentang skripsinya.
"Aku sudah selesai."
Aliesha beranjak dari duduknya bersiap melangkah tapi perkataan Gaillard menghentikan gerakannya.
"Bagaimana bimbinganmu?"
"Semua. Berjalan. Seperti biasa."
Tidak berani menatap Gaillard yang sedang menatap kearahnya Aliesha masih berdiri dengan pandangan menatap kearah lain.
"Tidak ada masalah bukan?"
Seketika tubuh Aliesha diam membeku, dirinya rasanya ingin menghilang saja dari sana. Kenapa Gaillard selalu peka terhadap situasinya. Setiap kali Aliesha ada masalah atau membuat masalah pasti Gaillard akan tahu, apa memang insting Gaillard sangat tajam jika menyangkut tentang dirinya.
"Ada apa?"
Berdiri di samping Aliesha yang hanya terdiam Ashana melihat keduanya dengan raut wajah bingung. Pandangan Ashana beralih menatap Gaillard yang masih setia memperhatikan Aliesha.
"Jika memang tidak ada masalah, bagus!! Tapi Kamu harus ingat. Harus bisa selesai sebelum liburan musim panas."
"Iya Ayah."
"Ayah ke ruang kerja dulu."
Gaillard beranjak pergi meninggalkan Ashana juga Aliesha yang masih berdiri.
"Mau Bunda buatkan chocolat panas?"
Ashana mengusap sayang puncak kepala Aliesha yang lebih tinggi darinya, tersenyum tipis mencoba menghibur Aliesha yang terlihat sedih mendengar perkataan Gaillard.
"Eum."
"Nanti Bunda antar ke kamar."
"Iya. Aku keatas dulu Bunda."
Aliesha tersenyum tipis manatap Ashana setelahnya melangkah pergi dengan langkah malas. Ashana yang melihatnya hanya bisa menghela nafas panjang.
.......
Aliesha berjalan dengan gontai memasuki kamar, merebahkan diri di tempat tidur menatap langit-langit. Tangan Aliesha meraih ponsel yang ada di meja nakas. Menghidupkan layar ponsel iris jade green Aliesha terlihat berbinar mendapati satu pesan dari Steven.
^^^Steven:^^^
^^^Sayang, sudah aku kirim.^^^
Aliesha bergegas beranjak bangun dari tidurnya menuju meja belajar. Menghidupkan laptop, tertera tiga email baru masuk. Bergegas memeriksa Aliesha tersenyum lega saat membaca sekilas isi email.
Me:
Steven, terima kasih.
Setelah mengirim pesan untuk Steven, Aliesha duduk dengan tegap di kursi, pandangannya terfokus pada laptop dihadapan untuk membaca keseluruhan dari kasus yang Steven kirim.
...***...
Ting!
Ting! Ting!
Ting!
Menghentikan kegiatan makannya Steven meraih ponsel untuk melihat berbagai notifikasi masuk. Iris blue Steven menangkap nama 'Xaviera' yang tertera dalam layar ponsel. Steven bergegas untuk membukanya mengabaikan puluhan pesan beruntun yang memenuhi layar ponsel miliknya.
^^^Xaviera❤️:^^^
^^^Steven, terima kasih.^^^
Steven tersenyum simpul membaca pesan dari Aliesha.
Me:
You're welcome Baby.
Steven tersenyum geli sendiri saat mengirim pesan untuk Aliesha. Bisa dirinya bayangkan bagaimana reaksi Aliesha yang pasti akan terlihat sangat lucu saat menahan rasa kesal.
Meletakkan ponsel di atas meja Steven kembali menikmati makanan yang tersaji dengan tenang yang sebelumnya dipesankan oleh sekretarisnya. Sebelum kembali mengerjakan setumpuk berkas Steven mengisi perutnya lebih dulu. Sepertinya malam ini Steven harus lembur untuk bisa menyelesaikan semua pekerjaannya.
...*...
Drrttt! Drrttt!!
Dering ponsel yang selalu berbunyi nyatanya tidak membuat Steven terganggu dalam tidurnya. Merebahkan diri pada sofa panjang dengan jas sebagai selimut, sepertinya Steven menginap di ruang kerja Perusahaan keluarganya.
Drrttt! Drrttt!!
Ponsel yang terus berdering membuat Steven menggeram kesal, masalahnya Steven baru tertidur pukul 03:00 A.M. tapi ponselnya tidak mau diam padahal dirinya berusaha mengabaikan.
Dengan masih menutup mata Steven meraih ponsel miliknya yang ada di atas meja. Mengambilnya dengan kesal, sedikit membuka mata untuk menekan tombol pada layar ponsel.
^^^"Hello! Sayang."^^^
"Hm."
^^^"Kamu sedang apa?"^^^
"Apa yang Kau inginkan?"
^^^"Aku hanya rindu padamu."^^^
"Jadi!"
^^^"Bisakah kita bertemu? Ada hal penting yang ingin Aku bicarakan. Ini sangat mendesak."^^^
"Hm."
^^^"Nanti Aku kirim loka...!"^^^
Steven mematikan panggilan telepon secara sepihak tanpa menunggu lawan bicaranya menyelesaikan perkataannya. Melempar begitu saja ponsel dalam genggaman ke sofa Steven mencari posisi nyaman berniat untuk melanjutkan tidur yang tertunda.
Tok! Tok! Tok!
"Tuan Steven!!"
Tok! Tok! Tok!
Cklek!!
Seorang wanita dewasa dengan penampilan rapi melangkah mendekati sofa yang ada di sudut ruangan, lebih tepatnya menghampiri Steven yang masih terlelap terbaring di atas sofa.
"Tuan Steven!!"
Mencoba memanggil Steven dengan suara pelan, sekretaris itu berdiri tidak jauh dari sofa. Tidak juga mendapat respon dari Steven sekretaris itu berniat untuk membangunkan dengan mengulurkan tangan menyentuh bahu Steven.
GREP!!
Belum juga sekretaris itu menyentuh bahu Steven, tangan sekretaris itu sudah lebih dulu di cengkram erat oleh Steven.
"Maaf Tuan Steven."
Segera melepaskan cengkraman tangannya Steven sudah sepenuhnya terbangun, duduk dengan raut wajah dingin menatap sekretarisnya yang berdiri dengan menundukkan pandangan.
"Ada apa?"
"Saya berniat membangunkan Anda. Maaf jika Saya lancang."
"Apa Tuan Steven menginap di kantor?"
"Minta seseorang untuk mengirimkan pakaian untukku."
Steven memijit pelipisnya yang sedikit berdenyut, masih dengan raut wajah dingin menatap sekretarisnya.
"Baik. Ada tambahan lagi Tuan Steven?"
"Tidak. Kau bisa kembali ke tempatmu."
"Kalau begitu saya permisi Tuan Steven."
Setelah kepergian sekretarisnya Steven menghela nafas panjang menyandarkan kepala pada sandaran sofa, memijit puncak hidungnya memejamkan mata. Kepalanya terasa pusing karena kurangnya istirahat juga tidur dengan posisi yang tidak nyaman di atas sofa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments