Dalam ruangan yang luas terdapat banyak orang dengan penampilan rapi yang sedang melakukan meeting.
Steven menghela nafas malas harus berada pada situasi yang menurutnya sangat membosankan. Mendengarkan penjelasan salah satu karyawan yang bekerja di Perusahaannya sedang melakukan presentasi. Steven duduk di kursi paling ujung dekat dengan Louis. Disini lainnya ada Anna, sekretaris Steven. Merasa mulai bosan Steven meraih ponsel yang ada di atas meja tidak jauh darinya.
Ting!
Tepat saat dirinya menghidupkan ponsel Steven tersenyum samar mendapat sebuah pesan dari Aliesha. Tanpa menunggu lama Steven bergegas membacanya.
^^^Xaviera❤️:^^^
^^^Steven, apa kamu tidak sibuk?^^^
^^^Maaf baru bisa membalas pesanmu.^^^
Me:
Tidak masalah sayang.
Aku tidak sibuk. Ada apa. Ingin bertemu?
Tersenyum sangat tipis pandangan Steven terfokus pada ponsel yang ada di hadapan yang diletakkan di atas meja.
"Bisakah tidak bermain ponsel saat sedang meeting!"
Tegas Louis memenuhi ruangan. Semua orang menjadi gugup mendengar perkataan Louis yang tiba-tiba. Seketika suasana di dalam ruangan menjadi hening dalam sekejap.
"Kamu adalah pewaris selanjutnya. Sebagai pemimpin jadilah contoh yang baik. Bukan sibuk sendiri."
Louis menatap Steven dengan raut wajah marah. Tidak terganggu sama sekali nyatanya Steven terlihat santai dengan kemarahan Loius tidak merasa terintimidasi sekalipun.
"Pendengaranku masih berfungsi dengan baik. Kalaupun fokusku teralihkan. Tenang saja. Aku masih mendengar dengan baik. Pak Presdir."
Steven membalas menatap tidak kalah tajam dari Louis, keduanya saling melempar tatapan bermusuhan.
"Lanjutkan."
Louis kembali menghadap depan. Suasana menjadi menegangkan akibat perseteruan antara Steven dan Louis yang sudah diketahui sebagian besar karyawan Perusahaan, mengetahui hubungan keduanya yang memang tidak baik.
Steven lebih memilih menfokuskan diri pada ponsel dan mengabaikan presentasi yang kembali berlanjut.
^^^Xaviera❤️:^^^
^^^Memangnya kamu tidak sibuk?^^^
Me:
Tidak. Jadi, mau bertemu?
^^^Xaviera❤️:^^^
^^^Boleh. Aku juga ingin keluar untuk mendinginkan kepalaku yang hampir memanas.^^^
Me:
What's wrong?
Aku jemput sekarang.
^^^Xaviera❤️:^^^
^^^Jangan. Kita bertemu di cafe dekat komplek Perumahanku saja.^^^
Me:
Hm. Kita bertemu di sana. Aku akan berangkat sekarang.
Beranjak dari duduknya Steven menatap kearah Anna berada, mengabaikan pasang mata yang menatap kearah dirinya.
"Laporkan semua hasil meeting hari ini padaku. Aku ada urusan penting."
Belum juga Anna menjawab Steven sudah lebih dulu pergi. Melangkah dengan cepat meninggalkan ruang meeting untuk segera menemui Aliesha.
Louis menatap kepergian Steven dengan raut wajah tidak terbaca. Sekilas senyum smirk terlukis pada wajah Louis yang kembali menghadap depan.
...***...
'Dimana gadis itu. Apa belum sampai!'
Steven mengedarkan pandangan memperhatikan kesetiap sudut ruangan Cafe, tapi tidak menemukan keberadaan Aliesha. Memilih meja kosong yang ada di sudut ruangan Cafe Steven duduk di salah satu kursi, satu tangannya meraih ponsel dalam jas untuk mengubungi Aliesha.
^^^"Ya Steven!"^^^
"Aku sudah sampai."
^^^"Aku juga hampir sampai. Sudah ya."^^^
"Tunggu!! Kenapa nafasmu seperti terengah-engah. Kamu dimana sekarang?"
^^^"Sudah tunggu saja."^^^
Tut! Tut! Tut!
Panggilan telepon diakhiri oleh Aliesha. Steven menghela nafas panjang menghadapi sikap gadis yang disukainya. Jika dengan orang lain Steven yang akan membuat mereka menunggu tapi akan berbeda jika menyangkut tentang Aliesha. Steven tidak masalah jika harus dibuat menunggu selama apapun selama yang ditunggu adalah Aliesha. Padahal Steven paling tidak suka dengan yang namanya menunggu.
Dalam posisinya Steven dibuat terkejut mendapati Aliesha yang sedang berjalan kearahnya dengan nafas tidak teratur. Reflek dirinya beranjak berdiri menghampiri gadis itu.
"Hah. Hahh."
"Hi, ada apa?"
Steven begitu panik melihat Aliesha. Mengabaikan Steven Aliesha melangkah mendekati kursi dan duduk untuk mengatur nafasnya sendiri, diikuti Steven yang duduk berlawanan dengan Aliesha.
"Kamu berjalan kaki dari rumah sampai sini?"
Iris blue Steven meneliti wajah Aliesha yang terlihat memerah juga kedua tangan Aliesha yang tidak memakai sarung tangan.
"Aliesha!"
"Apa! Sudah Aku katakan. Aku membutuhkan sesuatu untuk mendinginkan kepalaku."
"Tapi tidak dengan berjalan kaki di musim dingin sayang!"
Steven berusaha mengontrol diri supaya tidak kelepasan meninggikan nada bicaranya karena terlalu khawatir pada Aliesha, gadis cantiknya memang suka sekali melakukan sesuatu yang tidak terduga.
"Apa sangat dingin! Haruskah kita pergi ke rumah sakit?"
"Jangan berlebihan. Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit dingin."
Aliesha mencoba meyakinkan Steven yang kelewat berlebihan menurutnya. Rasanya Steven ingin marah tapi mengingat sifat Aliesha semua itu akan percuma karena Steven tahu bahwa Aliesha sangat keras kepala tidak bisa dinasehati.
"Tahu begini. Tadi Aku jemput."
"Sudah jangan dibahas. Kamu sudah pesan?"
"Belum. Aku menunggumu."
"Mau pesan apa? Aku pesankan."
Beranjak dari duduknya Steven berdiri dengan masih menatap Aliesha.
"Ice cre...!"
Ctak!!
"Steven!!"
Menatap Steven dengan tatapan tajam penuh permusuhan Aliesha mengusap-usap keningnya akibat mendapat sentilan dari Steven.
"Duduk diam yang manis. Aku pergi pesan dulu."
Mengabaikan kemarahan Aliesha sebelum melangkah pergi Steven mengacak rambut Aliesha tapi ditepis dengan cepat oleh gadis itu.
"Tadi menawari. Tapi sekarang melarang."
Gumam Aliesha merapikan kembali rambut panjangnya. Steven hanya terkekeh pelan melangkah pergi menuju tempat untuk memesan.
...*...
"Bukankah ini akan membuat kepalaku bertambah panas!"
Kelopak mata Aliesha berkedip beberapa kali menatap sebuah gelas yang berisi teh panas yang masih mengepulkan asap.
"Sudah jangan protes. Itu bisa menghangatkan tubuhmu. Itu teh herbal."
"Lalu rasanya bagaimana?"
Aliesha beralih menatap Steven yang sedang menikmati latte miliknya.
"Aku tidak tahu."
"Kenapa Kamu memesannya jika tidak tahu?"
"Kata pelayan itu bagus di saat musim dingin. Aku secara khusus memesan untukmu. Jadi, diminum ya sayang!"
Steven menahan senyum menatap Aliesha yang masih menatapnya dengan marah. Mau tidak mau Aliesha meraih gelas itu, bagaimanapun dirinya harus menghargai Steven.
Meniupnya secara perlahan Aliesha mulai menyeruput sedikit demi sedikit sampai membasahi tenggorokan. Iris blue Steven masih menatap lekat Aliesha menunggu reaksi gadis di hadapannya.
"Bagaimana?"
"Rasanya sedikit pedas. Tapi tidak buruk. Terima kasih Steven."
Aliesha kembali menyeruput tehnya. Steven tersenyum hangat, kenapa semua kekasihnya tidak seperti Aliesha. Rasanya Steven ingin menertawakan pemikiran konyolnya sendiri, bagaimana bisa dirinya membandingkan Aliesha dengan semua kekasihnya.
Tentu saja Aliesha berbeda karena gadis cantiknya itu spesial tidak bisa di bandingkan dengan gadis lain. Dengan penampilan casual sederhana musim dingin nyatanya dalam pandangan Steven Aliesha selalu terlihat cantik walaupun tidak berdandan sekalipun.
Juga sikap Aliesha yang selalu apa adanya membuat Steven selalu merasa nyaman dengan Aliesha karena kebersamaan mereka yang sederhana, gadis yang sedari dulu disukainya yang bisa menarik perhatiannya. Yang selalu Steven suka dari Aliesha karena gadis cantiknya selalu menghargai hal sekecil apapun, seperti sekarang.
"Jadi apa yang sedang menyulitkan kesayanganku ini?"
Aliesha mengangkat pandangan menatap Steven. Meletakkan kembali gelasnya diatas meja.
"Jika cara bicaramu seperti itu orang lain akan salah paham. Mungkin itu sebabnya Kamu mudah sekali putus dengan semua kekasihmu."
"Pasti Kamu selalu bersikap manis pada semua perempuan. Jadi kekasihmu merasa cemburu."
Alis Steven terangkat, mengernyit bingung menatap Aliesha yang duduk dengan tenang bersandar pada kursi.
"Apa ini! Tidak biasanya Kamu memberi nasehat. Biasanya Kamu sangat acuh dan tidak perduli."
"Bukankah Kamu merasa sedih putus dengan Eve?"
Memotong desert dan memakannya Steven dengan santai bersandar pada punggung kursi.
"Tidak juga."
"Tidak pernah serius."
"Sudah jangan membahas masalah Eve. Aku juga sudah lupa."
Meletakkan kembali garpu pada piring Steven kembali meminum latte miliknya.
"Ya tentu saja. Mungkin sebentar lagi Kamu sudah mendapat gantinya."
"Sayangku memang sangat mengerti Aku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments