Bab 18

Dalam ruangan yang luas terdapat banyak orang dengan penampilan rapi yang sedang melakukan meeting.

Steven menghela nafas malas harus berada pada situasi yang menurutnya sangat membosankan. Mendengarkan penjelasan salah satu karyawan yang bekerja di Perusahaannya sedang melakukan presentasi. Steven duduk di kursi paling ujung dekat dengan Louis. Disini lainnya ada Anna, sekretaris Steven. Merasa mulai bosan Steven meraih ponsel yang ada di atas meja tidak jauh darinya.

Ting!

Tepat saat dirinya menghidupkan ponsel Steven tersenyum samar mendapat sebuah pesan dari Aliesha. Tanpa menunggu lama Steven bergegas membacanya.

^^^Xaviera❤️:^^^

^^^Steven, apa kamu tidak sibuk?^^^

^^^Maaf baru bisa membalas pesanmu.^^^

Me:

Tidak masalah sayang.

Aku tidak sibuk. Ada apa. Ingin bertemu?

Tersenyum sangat tipis pandangan Steven terfokus pada ponsel yang ada di hadapan yang diletakkan di atas meja.

"Bisakah tidak bermain ponsel saat sedang meeting!"

Tegas Louis memenuhi ruangan. Semua orang menjadi gugup mendengar perkataan Louis yang tiba-tiba. Seketika suasana di dalam ruangan menjadi hening dalam sekejap.

"Kamu adalah pewaris selanjutnya. Sebagai pemimpin jadilah contoh yang baik. Bukan sibuk sendiri."

Louis menatap Steven dengan raut wajah marah. Tidak terganggu sama sekali nyatanya Steven terlihat santai dengan kemarahan Loius tidak merasa terintimidasi sekalipun.

"Pendengaranku masih berfungsi dengan baik. Kalaupun fokusku teralihkan. Tenang saja. Aku masih mendengar dengan baik. Pak Presdir."

Steven membalas menatap tidak kalah tajam dari Louis, keduanya saling melempar tatapan bermusuhan.

"Lanjutkan."

Louis kembali menghadap depan. Suasana menjadi menegangkan akibat perseteruan antara Steven dan Louis yang sudah diketahui sebagian besar karyawan Perusahaan, mengetahui hubungan keduanya yang memang tidak baik.

Steven lebih memilih menfokuskan diri pada ponsel dan mengabaikan presentasi yang kembali berlanjut.

^^^Xaviera❤️:^^^

^^^Memangnya kamu tidak sibuk?^^^

Me:

Tidak. Jadi, mau bertemu?

^^^Xaviera❤️:^^^

^^^Boleh. Aku juga ingin keluar untuk mendinginkan kepalaku yang hampir memanas.^^^

Me:

What's wrong?

Aku jemput sekarang.

^^^Xaviera❤️:^^^

^^^Jangan. Kita bertemu di cafe dekat komplek Perumahanku saja.^^^

Me:

Hm. Kita bertemu di sana. Aku akan berangkat sekarang.

Beranjak dari duduknya Steven menatap kearah Anna berada, mengabaikan pasang mata yang menatap kearah dirinya.

"Laporkan semua hasil meeting hari ini padaku. Aku ada urusan penting."

Belum juga Anna menjawab Steven sudah lebih dulu pergi. Melangkah dengan cepat meninggalkan ruang meeting untuk segera menemui Aliesha.

Louis menatap kepergian Steven dengan raut wajah tidak terbaca. Sekilas senyum smirk terlukis pada wajah Louis yang kembali menghadap depan.

...***...

'Dimana gadis itu. Apa belum sampai!'

Steven mengedarkan pandangan memperhatikan kesetiap sudut ruangan Cafe, tapi tidak menemukan keberadaan Aliesha. Memilih meja kosong yang ada di sudut ruangan Cafe Steven duduk di salah satu kursi, satu tangannya meraih ponsel dalam jas untuk mengubungi Aliesha.

^^^"Ya Steven!"^^^

"Aku sudah sampai."

^^^"Aku juga hampir sampai. Sudah ya."^^^

"Tunggu!! Kenapa nafasmu seperti terengah-engah. Kamu dimana sekarang?"

^^^"Sudah tunggu saja."^^^

Tut! Tut! Tut!

Panggilan telepon diakhiri oleh Aliesha. Steven menghela nafas panjang menghadapi sikap gadis yang disukainya. Jika dengan orang lain Steven yang akan membuat mereka menunggu tapi akan berbeda jika menyangkut tentang Aliesha. Steven tidak masalah jika harus dibuat menunggu selama apapun selama yang ditunggu adalah Aliesha. Padahal Steven paling tidak suka dengan yang namanya menunggu.

Dalam posisinya Steven dibuat terkejut mendapati Aliesha yang sedang berjalan kearahnya dengan nafas tidak teratur. Reflek dirinya beranjak berdiri menghampiri gadis itu.

"Hah. Hahh."

"Hi, ada apa?"

Steven begitu panik melihat Aliesha. Mengabaikan Steven Aliesha melangkah mendekati kursi dan duduk untuk mengatur nafasnya sendiri, diikuti Steven yang duduk berlawanan dengan Aliesha.

"Kamu berjalan kaki dari rumah sampai sini?"

Iris blue Steven meneliti wajah Aliesha yang terlihat memerah juga kedua tangan Aliesha yang tidak memakai sarung tangan.

"Aliesha!"

"Apa! Sudah Aku katakan. Aku membutuhkan sesuatu untuk mendinginkan kepalaku."

"Tapi tidak dengan berjalan kaki di musim dingin sayang!"

Steven berusaha mengontrol diri supaya tidak kelepasan meninggikan nada bicaranya karena terlalu khawatir pada Aliesha, gadis cantiknya memang suka sekali melakukan sesuatu yang tidak terduga.

"Apa sangat dingin! Haruskah kita pergi ke rumah sakit?"

"Jangan berlebihan. Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit dingin."

Aliesha mencoba meyakinkan Steven yang kelewat berlebihan menurutnya. Rasanya Steven ingin marah tapi mengingat sifat Aliesha semua itu akan percuma karena Steven tahu bahwa Aliesha sangat keras kepala tidak bisa dinasehati.

"Tahu begini. Tadi Aku jemput."

"Sudah jangan dibahas. Kamu sudah pesan?"

"Belum. Aku menunggumu."

"Mau pesan apa? Aku pesankan."

Beranjak dari duduknya Steven berdiri dengan masih menatap Aliesha.

"Ice cre...!"

Ctak!!

"Steven!!"

Menatap Steven dengan tatapan tajam penuh permusuhan Aliesha mengusap-usap keningnya akibat mendapat sentilan dari Steven.

"Duduk diam yang manis. Aku pergi pesan dulu."

Mengabaikan kemarahan Aliesha sebelum melangkah pergi Steven mengacak rambut Aliesha tapi ditepis dengan cepat oleh gadis itu.

"Tadi menawari. Tapi sekarang melarang."

Gumam Aliesha merapikan kembali rambut panjangnya. Steven hanya terkekeh pelan melangkah pergi menuju tempat untuk memesan.

...*...

"Bukankah ini akan membuat kepalaku bertambah panas!"

Kelopak mata Aliesha berkedip beberapa kali menatap sebuah gelas yang berisi teh panas yang masih mengepulkan asap.

"Sudah jangan protes. Itu bisa menghangatkan tubuhmu. Itu teh herbal."

"Lalu rasanya bagaimana?"

Aliesha beralih menatap Steven yang sedang menikmati latte miliknya.

"Aku tidak tahu."

"Kenapa Kamu memesannya jika tidak tahu?"

"Kata pelayan itu bagus di saat musim dingin. Aku secara khusus memesan untukmu. Jadi, diminum ya sayang!"

Steven menahan senyum menatap Aliesha yang masih menatapnya dengan marah. Mau tidak mau Aliesha meraih gelas itu, bagaimanapun dirinya harus menghargai Steven.

Meniupnya secara perlahan Aliesha mulai menyeruput sedikit demi sedikit sampai membasahi tenggorokan. Iris blue Steven masih menatap lekat Aliesha menunggu reaksi gadis di hadapannya.

"Bagaimana?"

"Rasanya sedikit pedas. Tapi tidak buruk. Terima kasih Steven."

Aliesha kembali menyeruput tehnya. Steven tersenyum hangat, kenapa semua kekasihnya tidak seperti Aliesha. Rasanya Steven ingin menertawakan pemikiran konyolnya sendiri, bagaimana bisa dirinya membandingkan Aliesha dengan semua kekasihnya.

Tentu saja Aliesha berbeda karena gadis cantiknya itu spesial tidak bisa di bandingkan dengan gadis lain. Dengan penampilan casual sederhana musim dingin nyatanya dalam pandangan Steven Aliesha selalu terlihat cantik walaupun tidak berdandan sekalipun.

Juga sikap Aliesha yang selalu apa adanya membuat Steven selalu merasa nyaman dengan Aliesha karena kebersamaan mereka yang sederhana, gadis yang sedari dulu disukainya yang bisa menarik perhatiannya. Yang selalu Steven suka dari Aliesha karena gadis cantiknya selalu menghargai hal sekecil apapun, seperti sekarang.

"Jadi apa yang sedang menyulitkan kesayanganku ini?"

Aliesha mengangkat pandangan menatap Steven. Meletakkan kembali gelasnya diatas meja.

"Jika cara bicaramu seperti itu orang lain akan salah paham. Mungkin itu sebabnya Kamu mudah sekali putus dengan semua kekasihmu."

"Pasti Kamu selalu bersikap manis pada semua perempuan. Jadi kekasihmu merasa cemburu."

Alis Steven terangkat, mengernyit bingung menatap Aliesha yang duduk dengan tenang bersandar pada kursi.

"Apa ini! Tidak biasanya Kamu memberi nasehat. Biasanya Kamu sangat acuh dan tidak perduli."

"Bukankah Kamu merasa sedih putus dengan Eve?"

Memotong desert dan memakannya Steven dengan santai bersandar pada punggung kursi.

"Tidak juga."

"Tidak pernah serius."

"Sudah jangan membahas masalah Eve. Aku juga sudah lupa."

Meletakkan kembali garpu pada piring Steven kembali meminum latte miliknya.

"Ya tentu saja. Mungkin sebentar lagi Kamu sudah mendapat gantinya."

"Sayangku memang sangat mengerti Aku."

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!