"Ekhm. Jadi Kamu tidak tahu maksud dari ucapanku?"
Steven berusaha keras menahan suara tawanya supaya tidak tertawa lagi, karena tidak ingin membuat gadis cantiknya kembali kesal.
Aliesha hanya melirik Steven sekilas enggan menanggapi. Ingin rasanya Steven kembali tertawa melihat Aliesha yang menurutnya terlihat sangat lucu. Terlebih dengan sikap Aliesha yang terlihat menggemaskan dimata Steven.
"Sepertinya Kamu memang tidak tahu."
Steven terkekeh pelan menatap Aliesha yang terlihat cemberut dengan menatap kearah lain.
"Aku akan pulang."
Aliesha beranjak berdiri, merasa seperti dipermainkan karena diantara Steven dan Dalziel tidak ada yang mau memberi tahu atau menjelaskan apa yang lucu dari pembicaraan mereka.
"Maaf sayang. Aku tidak akan tertawa lagi. Janji."
Steven mencoba membujuk Aliesha yang sudah bersiap akan pergi dengan tas ranselnya.
"Jangan marah manis. Kita bahkan belum menemukan tema data untuk skripsimu."
Dalziel tersenyum meyakinkan Aliesha. Menghela nafas panjang Aliesha mencoba untuk tetap bersabar menghadapi keduanya yang akan sama-sama sangat menyebalkan jika sudah mengganggu dirinya.
"Jadi?"
Aliesha duduk kembali dengan malas, wajahnya terlihat cemberut menatap keduanya.
"Kamu tahu pelajaran biologi tentang reproduksi?"
Aliesha mengangguk pelan, terlihat sedang berfikir. Kali ini Steven hanya diam mendengarkan sesekali tersenyum mendapati raut wajah Aliesha. Bagi Steven Aliesha akan terlihat sangat lucu dan menggemaskan jika sedang berpikir, terlihat seperti anak kecil dengan berbagai ekspresi.
"Kamu tahu apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan keturunan?"
Dalziel mencoba menjelaskan dengan hati-hati. Keduanya menatap Aliesha menunggu respon gadis itu. Mengangguk ragu-ragu Aliesha memalingkan wajah kearah lain, terlihat semburat merah menghiasi kedua pipinya. Aliesha tahu maksud dari perkataan Dalziel walaupun dirinya tidak benar-benar tahu tentang apa yang dilakukan dari hal itu.
"Aku pikir Kamu tidak benar-benar tahu sayang."
Steven tersenyum simpul, yakin bahwa gadis cantiknya hanya tahu sebatas teori tetapi tidak untuk tindakan.
"Jadi apa hubungannya dengan perkataanmu. Kenapa membahas hal itu?"
"Itu maksud dari perkataan Steven tentang berhubungan badan, manis."
"Steven."
Kesal Aliesha menatap Steven dengan marah. Sedangkan Steven hanya tersenyum santai menanggapi Aliesha.
"Apa sayang!"
"Jika berbicara itu yang jelas."
"Kamu saja yang tidak tahu."
"Salahmu menggunakan bahasa yang tidak Aku mengerti."
Steven maupun Dalziel hanya mampu tersenyum simpul, ingin tertawa takut Aliesha akan kembali marah.
"Bukan salahku jika Kamu tidak tahu."
"Kenapa sikapmu selalu menyebalkan tidak pernah berubah dari dulu!"
"Aku tahu Aku tampan Baby."
Steven maupun Aliesha saling melempar tatapan, bedanya Aliesha terlihat marah bercampur kesal sedangkan Steven tersenyum senang. Dalziel yang sudah terbiasa dengan keadaan keduanya tidak terlalu ambil pusing. Nyatanya memang Steven sangat suka menggoda Aliesha dan akan berujung pada gadis itu menjadi kesal bukan main adalah sesuatu yang selalu mewarnai kebersamaan mereka.
"Sebaiknya cari kasus yang lain saja. Atau gunakan skripsimu yang lama."
Kata Dalziel mengalihkan perhatian keduanya. Aliesha kembali terlihat tidak bersemangat.
"Masalahnya sudah Aku delete semua datanya."
"Kenapa di hapus?"
"Karena waktu itu Aku sedang kesal."
Aliesha meraih es krim yang sebagian sudah mencair, memakannya dengan suapan yang besar. Dirinya membutuhkan sesuatu yang manis dan dingin untuk menghilangkan kekesalannya. Jika mengingat kembali bagaimana sikap Briela yang selalu membuat Aliesha merasa kesal bukan main tapi tidak bisa melakukan apapun karena situasi yang ada.
Keduanya terdiam mendengar perkataan Aliesha, tahu keadaan yang menyulitkan gadis itu. Bahkan iris blue Steven berubah menyorot dengan tajam dengan rahang yang mengeras seperti menahan sesuatu.
"Steven. Apa tidak ada kasus yang lain?"
Aliesha membuyarkan lamunan Steven. Detik berikutnya raut wajah Steven sudah berubah dengan senyum menawan menatap Aliesha.
"Kamu ingin kasus yang bagaimana? Pencurian dan perampokan tadi menolak."
"Bukan begitu. Aku takut waktunya tidak akan cukup."
"Ya sudah yang kasus model itu saja. Lagi pula kejadiannya sudah berlalu."
Aliesha terlihat berfikir, haruskah dirinya mengambil kasus itu. Tapi penyebab masalah dalam kejadian yang membuat Aliesha merasa tidak nyaman.
"Apa kasusnya sudah selesai. Sudah tidak ada penyelidikan. Sudah tahu penyebab sesungguhnya?"
"Hm. Kenapa Kamu seperti detektif?"
"Aku hanya bertanya."
Kesal Aliesha menatap Steven yang masih menatap dirinya, detik berikutnya Aliesha menyandarkan diri pada sandaran kursi.
"Hhhh. Kirim saja dulu datanya. Nanti Aku akan mencari sumber data yang lain juga."
"Hm. Nanti Aku carikan yang lain juga."
"Haruskah Aku juga ikut mencari?"
Tanya Dalziel menatap bergantian keduanya.
"Apa projek untuk skripsimu sudah selesai?"
"Mungkin! Persiapannya sudah 95%."
"Bukankah terakhir kali Kamu bilang masih 70%?"
Aliesha menatap Dalziel tidak percaya. Dalziel hanya tersenyum tipis mendapati keterkejutan Aliesha.
"Sudah mendapat lokasi untuk pameran mu? Jika belum Aku bisa membantu."
"Thanks. Aku sudah dapat lokasinya."
"Hhhh!"
Steven dan Dalziel bersamaan menatap Aliesha yang kembali menenggelamkan wajah pada lipatan tangan di atas meja. Detik berikutnya Aliesha mengangkat pandangan, meraih segelas strawberry juice dan diminum sampai habis. Steven dan Dalziel terkekeh bersamaan mendapati sikap Aliesha yang menurut keduanya aneh dan unik.
"Ada apa sayang?"
"Dalziel saja projeknya sudah akan selesai. Aku juga harus bisa menyelesaikan skripsiku."
"Manis pasti bisa."
"Harus."
Kata Aliesha penuh semangat. Keduanya kembali terkekeh, terkadang mood Aliesha memang mudah sekali berubah.
"Aku serius."
"Iya./Iya."
Kata Steven dan Dalziel bersamaan. Keduanya dibuat kembali terkekeh merasa lucu dengan tindakan mereka sendiri.
"Ish."
Aliesha memalingkan wajah kearah lain membiarkan keduanya sibuk bercanda. Pandangan Aliesha tertuju kearah pintu keluar bersamaan seorang pria yang memasuki Cafe dengan langkah cepat menuju meja pemesanan. Iris jade green Aliesha terkejut, dirinya mematung di tempat mendapati siapa yang dilihatnya.
'Mr. Reynard!!'
Aliesha masih memperhatikan kearah Reynard berada. Saat Reynard sudah mendapat pesanannya dan akan berbalik untuk melangkah pergi pandangan mata Reynard tidak sengaja menangkap keberadaan Aliesha yang sedang duduk diam di ujung ruangan yang juga sedang menatap kearahnya.
Aliesha segera menundukkan pandangan saat tatapan keduanya saling beradu. Setelahnya Reynard terlihat melangkah pergi meninggalkan Cafe.
"Kamu sedang melihat apa?"
Tanya Steven yang sedari tadi memperhatikan Aliesha disela pembicaraannya dengan Dalziel. Steven mengikuti menatap kearah yang Aliesha perhatikan sebelumnya di ikuti Dalziel yang juga menatap kearah yang sama.
"Bukan apa-apa."
"Sudah hampir petang, sebaiknya Aku pulang."
Aliesha melihat arloji yang menunjukkan pukul 03:10 P.M.. Bergegas berdiri mengambil tas ransel, pandangannya kembali menatap kearah sebelumnya tapi Aliesha tidak mendapati keberadaan Reynard. Mengedarkan pandangan ke setiap meja cafe untuk memastikan apakah Reynard masih ada ditempat.
'Sepertinya sudah pergi!'
"Kenapa buru-buru. Pulang nanti saja."
Steven menatap Aliesha mencoba menghentikan gadis itu.
"Aku punya banyak tugas yang harus diselesaikan. Tidak sepertimu yang memiliki banyak waktu luang untuk bersantai."
Kata Aliesha yang masih setia berdiri. Nyatanya hal itu tidak membuat Steven marah atau kesal dengan perkataan Aliesha membuat Steven semakin terkekeh pelan.
"Mau menjadi kekasihku? Aku pastikan Kamu tidak perlu melakukan apapun. Hanya cukup menikmati waktu bersamaku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments